Minggu, 25 Maret 2018

PERINGATAN HARI AIR DAN TANTANGANNYA.


Berbagai komunitas peduli lingkungan, punya cara menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Berbagai tema diangkat, yang muaranya hanya satu, untuk melindungi sumber air tanah agar tidak musnah karena peruntukan lahan yang kelewat serakah.

Melalui kegiatan peringatan hari air, mereka menyampaikan pesan-pesan sekaligus contoh nyata bagaimana upaya sederhana yang mudah dilakukan untuk merawat lingkungann. Termasuk promosi akan   pentingnya air bagi kehidupan makhluk serta upaya melindungi pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan untuk masa depan,

Ada seminar, diskusi untuk menemukan solusi, yaitu Kegiatan ini bertujuan untuk mengkaji dan mendiskusikan permasalahan yang berkaitan dengan sektor air terhadap apa yang telah dilakukan selama ini dan upaya perbaikan sehingga melahirkan suatu rumusan dan ditindaklajuti dalam bentuk tindakan yang akan dilaksanakan secara bersama oleh pihak – pihak terkait. 

Tidak sedikit komunitas yang langsung mengadakan gerakan bersih-bersih sungai, bersih-bersih pantai, gerakan penanaman pohon di lereng gunung, lahan gundul dan sekitar sumber mata air. Baik atas inisiatif komunitas maupun kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat luas.
Sungguh, jika aneka pohon yang ditanam itu tumbuh subur, maka lingkungan sekitar akan tampak rindang dan menjadi hunian baru berbagai satwa liar. Paling tidak daerah itu menjadi lahan resapan yang bisa mengurangi bahaya banjir dan longsor. Dengan kata lain, dalam kajian  Hidrologis manfaat penanaman pohon akan menjadikan daerah sebagai daerah resapan/persediaan air tanah yang dapat memenuhi kehidupan bagi manusia dan makhluk lainnya.

Ingat, ketika air tanah tidak bisa tersimpan karena tanahnya semakin gersang, maka potensi banjir pun akan meningkat. Contoh, menurut Koran kompas hari senin (19/3) dikatakan bahwa sejak 1975 hingga kini, banjir bengawan solo makin kerap terjadi seiring dengan makin parahnya kerusakan lingkungan di sepanjang daerah aliran sungai.

Masih menurut kompas, sungai sepanjang 527 kilometer ini, melintasi 17 kabupaten dan kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur ini sudah rusak sejak di bagian hulunya di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Kawasan vegetasi tanaman keras telah berubah menjadi lahan pertanian semusim sehingga terjadi erosi dan sedimentasi di sepanjang sungai mulai Kabupaten Sukoharjo, Solo, Sragen, Blora, Bojonegoro, hingga muaranya di Kabupaten Gresik.

Apalagi, masyarakat juga masih menganggap sungai sebagai tempat sampah terbesar dan terpanjang. Sehingga mereka terbiasa membuang sampah di sungai. Dampaknya jelas, banjir pun muncul setiap tahun. Hal ini membuktikan masyarakat masih abai terhadap sungai.

Pertanyaannya kemudian, dampak apa yang ditinggalkan setelah usainya peringataan hari air yang digelar oleh berbagai komunitas peduli lingkungan ?. bisakah masyarakat tergugah kesadarannya untuk berbuat sesuatu menjaga kelestarian lingkungannya.?. sebuah tugas berat karena upaya pelestarian lingkungan itu sering berbenturan dengan “kepentingan perut” dan kepentingan ikutan lainnya. Wallahu a’lam bishowab. Salam tangguh, salam lestari, salam kemanusiaan. [eBas/siang senin kliwon]   
  




Tidak ada komentar:

Posting Komentar