Berbagai komunitas
peduli lingkungan, punya cara menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya
menjaga kelestarian lingkungan. Berbagai tema diangkat, yang muaranya hanya
satu, untuk melindungi sumber air tanah agar tidak musnah karena peruntukan
lahan yang kelewat serakah.
Melalui kegiatan
peringatan hari air, mereka menyampaikan pesan-pesan sekaligus contoh nyata
bagaimana upaya sederhana yang mudah dilakukan untuk merawat lingkungann. Termasuk
promosi akan pentingnya air bagi kehidupan makhluk serta
upaya melindungi pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan untuk masa
depan,
Ada seminar,
diskusi untuk menemukan solusi, yaitu Kegiatan ini bertujuan untuk
mengkaji dan mendiskusikan permasalahan yang berkaitan dengan sektor air
terhadap apa yang telah dilakukan selama ini dan upaya perbaikan sehingga
melahirkan suatu rumusan dan ditindaklajuti dalam bentuk tindakan yang akan
dilaksanakan secara bersama oleh pihak – pihak terkait.
Tidak sedikit komunitas yang langsung mengadakan
gerakan bersih-bersih sungai, bersih-bersih pantai, gerakan penanaman pohon di
lereng gunung, lahan gundul dan sekitar sumber mata air. Baik atas inisiatif
komunitas maupun kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat luas.
Sungguh, jika aneka pohon yang ditanam itu tumbuh
subur, maka lingkungan sekitar akan tampak rindang dan menjadi hunian baru
berbagai satwa liar. Paling tidak daerah itu menjadi lahan resapan yang bisa
mengurangi bahaya banjir dan longsor. Dengan kata lain, dalam kajian Hidrologis manfaat penanaman pohon akan
menjadikan daerah sebagai daerah resapan/persediaan air tanah yang dapat
memenuhi kehidupan bagi manusia dan makhluk lainnya.
Ingat,
ketika air tanah tidak bisa tersimpan karena tanahnya semakin gersang, maka
potensi banjir pun akan meningkat. Contoh, menurut Koran kompas hari senin
(19/3) dikatakan bahwa sejak 1975 hingga kini, banjir bengawan solo makin kerap
terjadi seiring dengan makin parahnya kerusakan lingkungan di sepanjang daerah
aliran sungai.
Masih menurut
kompas, sungai sepanjang 527 kilometer ini, melintasi 17 kabupaten dan kota di
Jawa Tengah dan Jawa Timur ini sudah rusak sejak di bagian hulunya di Kabupaten
Wonogiri, Jawa Tengah. Kawasan vegetasi tanaman keras telah berubah menjadi
lahan pertanian semusim sehingga terjadi erosi dan sedimentasi di sepanjang
sungai mulai Kabupaten Sukoharjo, Solo, Sragen, Blora, Bojonegoro, hingga
muaranya di Kabupaten Gresik.
Apalagi,
masyarakat juga masih menganggap sungai sebagai tempat sampah terbesar dan
terpanjang. Sehingga mereka terbiasa membuang sampah di sungai. Dampaknya jelas,
banjir pun muncul setiap tahun. Hal ini membuktikan masyarakat masih abai
terhadap sungai.
Pertanyaannya
kemudian, dampak apa yang ditinggalkan setelah usainya peringataan hari air
yang digelar oleh berbagai komunitas peduli lingkungan ?. bisakah masyarakat
tergugah kesadarannya untuk berbuat sesuatu menjaga kelestarian lingkungannya.?.
sebuah tugas berat karena upaya pelestarian lingkungan itu sering berbenturan
dengan “kepentingan perut” dan
kepentingan ikutan lainnya. Wallahu a’lam bishowab. Salam tangguh, salam
lestari, salam kemanusiaan. [eBas/siang senin kliwon]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar