Jumat, 20 April 2018

SEMUA BICARA BENCANA “SIAP UNTUK SELAMAT”

Kini banyak pihak yang tiba-tiba berbicara tentang bencana. Hal ini wajar, karena Indonesia memiliki tingkat kerentanan bencana alam cukup tinggi, hampir setiap wilayah Di Indonesia berpotensi terjadi bencana alam, seperti Banjir, Tanah longsor, Banjir bandang, Gempa dan TsunamI. Hal tersebut di dorong karena letak Indonesia yang berada di antara 3 Lempeng Dunia, sehingga memiliki ancaman bencana cukup tinggi.

Intensitas kejadian bencana tampaknya cenderung meningkat tiap tahun. Hal ini perlu dilakukan upaya penanggulangan bencana dengan mitigasi dan kesiapsiagaan untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan oleh bencana.

Media massa pun sudah berkenan mewartakan peristiwa bencana kepada khalayak. Tidak ketinggalan pula, beberapa institusi negeri pun berpartisipasi membentuk satuan yang menangani bencana. Kemensos punya program Kampung Siaga Bencana, yang merupakan sarana penanggulangan bencana berbasis masyarakat yang diprakarsai oleh Kementerian Sosial dan tersebar di seluruh Indonesia.

Kementerian Kesehatan juga mengimplementasikan Pengurangan Resiko Bencanayang dipesankan oleh Kerangka Aksi Hyogo tahun 2005 yang berupa upaya-upaya penanggulangan krisis kesehatan ini dalam berbagai bentuk program, seperti rumah sakit aman, dan desa sehat dalam rangka keterjangkauan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan percepatan keberdayaan masyarakat desa dalam budaya sehat.
Kemendikbud pun memiliki program sekolah aman bencana. Sementara, BNPB memiliki program andalan yang bernama desa tangguh bencana. Program itu pun disusul dengan program sekolah sungai, sekolah gunung, dan sekolah laut. Dimana, program tersebut ditindak lanjuti oleh BPBD dengan menggunakan dana APBD.
Harapannya, semua program di atas, terjamin kelestariannya dengan dukungan anggaran yang jelas, bukan sekedar program seremonial, yang hanya diaktivasi ketika masa tanggap darurat atau saat ada acara seremonial, seperti kunjungan pejabat, acara studi banding atau saat mengikuti lomba.
Fenomena semua bicara bencana ini sungguh menggembirakan. Itu tanda masyarakat semakin peduli terhadap lingkungannya. Semakin sadar akan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana, yaitu, merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Kesiapsiagaan ini dibangun melalui sosialisasi, lokalatih, dan melakukan simulasi.
Terkait dengan upaya membudayakan masyarakat tangguh bencana, setiap tanggal 26 april, oleh BNPB ditasbihkan menjadi hari kesiapsiagaan bencana. Konon, Pemilihan tangal 26 April tersebut merupakan tanggal disahkannya Undang-Undang No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Sejak saat itulah terjadi perubahan besar paradigma dalam Penanggulangan Bencana dari semula yang responsif ke prefentif.
Mengambil hastag atau tagar #Siap Untuk Selamat, semua komunitas menyambutnya dengan berbagai kreatifitasnya, penuh antusias. Melalui acara ini selain meningkatkan kesadaran, kewaspadaan dan kesiapsiagaan individu, keluarga dan masyarakat dalam menghadapi risiko bencana, juga untuk meningkatkan partisipasi dan membangun budaya gotong royong, kerelawanan serta kedermawanan para pemangku kepentingan baik di tingkat pusat maupun daerah, menuju Indonesia Tangguh Bencana. [eBas/jumat kliwon]







 










Tidak ada komentar:

Posting Komentar