Konon,
istilah ngabuburit itu adalah kegiatan yang dilakukan seseorang atau sekelompok
orang dalam rangka menunggu saat berbuka
puasa dibulan romadhon. Bentuknya bisa bermacam-macam sesuai selera. Ada yang sekedar
jalan-jalan keliling kota, ada yang cangkruk’an di café atau warkop, ada pula yang
ngobrol di taman kota dan kegiatan lain yang menyenangkan.
Begitu juga
dengan kawan-kawan komunitas pecinta alam, mereka dengan kreativitasnya membuat
acara NGABURESIK, plesetan cerdas dari ngabuburit sambil resik-resik. Konon,
kesepakatan ngaburesik itu dibuat di emperan toko, saat kumpul-kumpul sambil
ngopi mempererat tali silaturahim.
Ya, mereka
sepakat berkegiatan menunggu saatnya berbuka sambil melakukan hal-hal yang
positif menjaga kebersihan pantai dari sampah plastik. Lokasinya di pantai
kenjeran. Tepatnya, disekitar “Taman Suroboyo” yang belum diresmikan, masih
tahab finishing, namun sudah diramaikan oleh pengunjung dan pedagang.
Kegiatan ini
diikuti oleh beberapa komunitas, mereka secara spontan bersinergi membangun
aksi bersih-bersih. Pinjam istilahnya Cak nDaru, sinergitas tak pandang
golongan atau komunitas. Semua lebur oleh keragaman, namun satu tujuan yang
sama. Surabaya harus bebas dari sampah plastik.
“Pantai
Kenjeran ini kita jadikan titik awal kegiatan bersih-bersih sampah plastik sampai
terlihat hasilnya, baru bergeser ke tempat lain,”Kata Ki Rebo, saat melakukan evaluasi
kegiatan ngaburesik sambil menikmati hidangan buka puasa, hasil sumbangan dari donatur.
Masih kata
Ki Rebo, jika memungkinkan kegiatan ini ditindak lanjuti dengan melakukan
edukasi kepada masyarakat agar tumbuh kepedulian terhadap sampah, dan
kebersihan lingkungan. Termasuk mengupayakan penambahan tempat sampah di
beberapa sudut taman sekitar pantai. Pemasangan rambu-rambu larangan buang
sampah sembarangan. Pemasangan poster ajakan peduli sampah. Seperti, “Kebersihan
Sebagian dari Iman”, “Arek Suroboyo Peduli Sampah, “Warga Surabaya Cinta
Lingkungan Bersih, Nyaman dan Asri”, dan lainnya sesuai kreativitas
kawan-kawan.
Kegiatan yang
digelar hari sabtu pon (18/5) itu sedikit banyak telah memunculkan semangat
bersama untuk menindak lanjuti. Dan kawan-kawan Sahabat pena ditunjuk sebagai ‘Leading
sector’ (starter) program ini, sesuai konsep yang digaungkan oleh BNPB, “Kita
Jaga Alam-Alam Jaga Kita”.
Untuk merealisasikannya,
tentu diperlukan komunikasi yang harmonis dan setara antar komunitas. Mengingat
upaya edukasi masalah lingkungan dan kebersihan untuk mewujudkan Surabaya
bersih dari sampah (plastik), itu bukan hal yang gampang. Perlu proses panjang
dan berkesinambungan.
Tidak ada
salahnya jika dokumentasi kegiatan ngaburesik itu di share kemana-mana sebagai
upaya menebar virus peduli sampah plastik. Dimana, konon Indonesia adalah
penghasil sampah (plastik) terbesar ke dua di dunia. Untuk itulah upaya
penyadaran akan dampak sampah plastik perlu segera dilakukan. Sukur-sukur jika
Sahabat Pena berkenan melaporkan kegiatan ini kepada penguasa Surabaya, agar
mereka tahu dengan harapan kedepan mereka mau membantu.
Terkait dengan
ngaburesik ini, Ki Rebo, mengatakan bahwa ini kegiatan yang sangat positif,
mengajarkan kepada diri sendiri dan masyarakat akan pentingnya lingkungan yang
nyaman dan aman. Nyaman dari polusi sampah, da n aman dari akibat yang
ditimbulkan oleh polusi sampah.
Beliau juga
mengatakan, salut kepada rekan-rekan Sahabat Pena yang memulai mengajak kepada
kita arti pentingnya Kota Surabaya Bebas dari Sampah. Artinya, aksi ngaburesik
yang tercetus di bulan yang penuh mahfiroh dan barokah ini hendaknya
benar-benar bisa menjadi titik awal gerakan bersih sampah.
Di sisi
lain, menurut Cahyo dari grup Federal, mengingatkan bahwa sampah plastik yang
banyak menyangkut di pangkal pohon bakau di kawasan wisata konservasi mangrove
wonorejo, sangat membahayakan kesuburan pohon bakau dan menghambat pertumbuhan tunasnya.
Hal ini mengingat, keberadaan mangrove itu konon berfungsi sebagai penghambat
terjadinya abrasi, banjir rob dan pemecah gelombang tsunami hingga 80%.
“Hal ini
kiranya juga perlu menjadi perhatian dan peran serta komunitas pecinta alam
yang selalu peduli terhadap kerusakan lingkungan,” Ujarnya.
Rembang petang pun
beranjak malam. Keramaian taman di malam minggu mulai terasa, ditingkah suara asongan
menawarkan dagangannya untuk mengais rejeki malam minggu. Lamat terdengar adzan
isya’ memanggil umat-NYA untuk ke masjid. Beribadah malam, mengharap ridho,
ampunan dan pahala NYA.
Satu-satu
peserta ngaburesik balik kanan, kembali pulang membawa selaksa kenang, sambil
berharap pertemuan-pertemuan selanjutnya untuk merancang aksi yang semakin
berisi, bisa segera datang. Semoga langkah kecil ini merupakan awal dari
langkah besar yang bermakna bagi upaya pelestarian lingkungan alam. Wallahu a’lam
bishowab. Salam Lestari. [eBas]
kegiatan yang tampaknya kecil dan sederhana ini jika dikerjakan bersama penuh riang gembira pasti akan ada hasilnya.
BalasHapussampah plastik sangat susah musnah utk itu cara termudah adalah dgn dibakar jika sudah tdk bisa di daur ulang