Sabtu, 18 Mei 2019

NGABURESIK DI PANTAI KENJERAN


Konon, istilah ngabuburit itu adalah kegiatan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang  dalam rangka menunggu saat berbuka puasa dibulan romadhon. Bentuknya bisa bermacam-macam sesuai selera. Ada yang sekedar jalan-jalan keliling kota, ada yang cangkruk’an di café atau warkop, ada pula yang ngobrol di taman kota dan kegiatan lain yang menyenangkan.

Begitu juga dengan kawan-kawan komunitas pecinta alam, mereka dengan kreativitasnya membuat acara NGABURESIK, plesetan cerdas dari ngabuburit sambil resik-resik. Konon, kesepakatan ngaburesik itu dibuat di emperan toko, saat kumpul-kumpul sambil ngopi mempererat tali silaturahim.

Ya, mereka sepakat berkegiatan menunggu saatnya berbuka sambil melakukan hal-hal yang positif menjaga kebersihan pantai dari sampah plastik. Lokasinya di pantai kenjeran. Tepatnya, disekitar “Taman Suroboyo” yang belum diresmikan, masih tahab finishing, namun sudah diramaikan oleh pengunjung dan pedagang.

Kegiatan ini diikuti oleh beberapa komunitas, mereka secara spontan bersinergi membangun aksi bersih-bersih. Pinjam istilahnya Cak nDaru, sinergitas tak pandang golongan atau komunitas. Semua lebur oleh keragaman, namun satu tujuan yang sama. Surabaya harus bebas dari sampah plastik.

“Pantai Kenjeran ini kita jadikan titik awal kegiatan bersih-bersih sampah plastik sampai terlihat hasilnya, baru bergeser ke tempat lain,”Kata Ki Rebo, saat melakukan evaluasi kegiatan ngaburesik sambil menikmati hidangan buka puasa, hasil sumbangan dari donatur.

Masih kata Ki Rebo, jika memungkinkan kegiatan ini ditindak lanjuti dengan melakukan edukasi kepada masyarakat agar tumbuh kepedulian terhadap sampah, dan kebersihan lingkungan. Termasuk mengupayakan penambahan tempat sampah di beberapa sudut taman sekitar pantai. Pemasangan rambu-rambu larangan buang sampah sembarangan. Pemasangan poster ajakan peduli sampah. Seperti, “Kebersihan Sebagian dari Iman”, “Arek Suroboyo Peduli Sampah, “Warga Surabaya Cinta Lingkungan Bersih, Nyaman dan Asri”, dan lainnya sesuai kreativitas kawan-kawan.

Kegiatan yang digelar hari sabtu pon (18/5) itu sedikit banyak telah memunculkan semangat bersama untuk menindak lanjuti. Dan kawan-kawan Sahabat pena ditunjuk sebagai ‘Leading sector’ (starter) program ini, sesuai konsep yang digaungkan oleh BNPB, “Kita Jaga Alam-Alam Jaga Kita”.

Untuk merealisasikannya, tentu diperlukan komunikasi yang harmonis dan setara antar komunitas. Mengingat upaya edukasi masalah lingkungan dan kebersihan untuk mewujudkan Surabaya bersih dari sampah (plastik), itu bukan hal yang gampang. Perlu proses panjang dan berkesinambungan.

Tidak ada salahnya jika dokumentasi kegiatan ngaburesik itu di share kemana-mana sebagai upaya menebar virus peduli sampah plastik. Dimana, konon Indonesia adalah penghasil sampah (plastik) terbesar ke dua di dunia. Untuk itulah upaya penyadaran akan dampak sampah plastik perlu segera dilakukan. Sukur-sukur jika Sahabat Pena berkenan melaporkan kegiatan ini kepada penguasa Surabaya, agar mereka tahu dengan harapan kedepan mereka mau membantu.

Terkait dengan ngaburesik ini, Ki Rebo, mengatakan bahwa ini kegiatan yang sangat positif, mengajarkan kepada diri sendiri dan masyarakat akan pentingnya lingkungan yang nyaman dan aman. Nyaman dari polusi sampah, da n aman dari akibat yang ditimbulkan oleh polusi sampah.

Beliau juga mengatakan, salut kepada rekan-rekan Sahabat Pena yang memulai mengajak kepada kita arti pentingnya Kota Surabaya Bebas dari Sampah. Artinya, aksi ngaburesik yang tercetus di bulan yang penuh mahfiroh dan barokah ini hendaknya benar-benar bisa menjadi titik awal gerakan bersih sampah.

Di sisi lain, menurut Cahyo dari grup Federal, mengingatkan bahwa sampah plastik yang banyak menyangkut di pangkal pohon bakau di kawasan wisata konservasi mangrove wonorejo, sangat membahayakan kesuburan pohon bakau dan menghambat pertumbuhan tunasnya. Hal ini mengingat, keberadaan mangrove itu konon berfungsi sebagai penghambat terjadinya abrasi, banjir rob dan pemecah gelombang tsunami hingga 80%.

“Hal ini kiranya juga perlu menjadi perhatian dan peran serta komunitas pecinta alam yang selalu peduli terhadap kerusakan lingkungan,” Ujarnya.

       Rembang petang pun beranjak malam. Keramaian taman di malam minggu mulai terasa, ditingkah suara asongan menawarkan dagangannya untuk mengais rejeki malam minggu. Lamat terdengar adzan isya’ memanggil umat-NYA untuk ke masjid. Beribadah malam, mengharap ridho, ampunan dan pahala NYA.

Satu-satu peserta ngaburesik balik kanan, kembali pulang membawa selaksa kenang, sambil berharap pertemuan-pertemuan selanjutnya untuk merancang aksi yang semakin berisi, bisa segera datang. Semoga langkah kecil ini merupakan awal dari langkah besar yang bermakna bagi upaya pelestarian lingkungan alam. Wallahu a’lam bishowab. Salam Lestari. [eBas]  




1 komentar:

  1. kegiatan yang tampaknya kecil dan sederhana ini jika dikerjakan bersama penuh riang gembira pasti akan ada hasilnya.
    sampah plastik sangat susah musnah utk itu cara termudah adalah dgn dibakar jika sudah tdk bisa di daur ulang

    BalasHapus