Selasa, 14 Mei 2019

SRPB JATIM TIDAK PUNYA DUIT, TAPI BISA DO IT


       “Cak, sampiyan tahu gak, kemarin pas terjadi bencana banjir di beberapa kota di jawa timur, banyak organisasi relawan yang turun membantu dengan membawa logistik cukup  dan perlalatan rescue yang memadai, termasuk ada yang membawa mobil dapur umum, “ Kata mas Dalbo mengawali obrolan malam di warung kopi langganan.

“Iya, kata teman-teman yang sudah di lokasi sejak awal juga bilang bahwa mereka datang lebih dulu sebagai bentuk emergency respon dari pada yang lain,” Kata Cak Mukidi menjawab sambil membaca Koran Memo, Koran kesayangannya. Korang yang selalu memuat peristiwa perkosaan dan kriminalitas.

“Lha kapan lho SRPB bisa membeli mobil dapur umum dan perahu karet?. Masak SRPB kalah dengan yang lain.” Ujar mas Dalbo penuh selidik.
lha dalah, sebuah pertanyaan lugu dari mereka yang belum tahu, termasuk mas Dalbo ini. Ya wajarlah, sebagai orang yang baru bergabung menyangka jika SRPB JATIM itu terdiri dari kaum beruang yang punya duit banyak.

Mas Dalbo juga menganggap bahwa SRPB JATIM itu sama dengan organisasi relawan lain yang donaturnya banyak berlimpah duit lebih, sehingga bisa bergerak kemana-mana, kapan saja dengan dukungan logistik dan peralatan yang lebih dari cukup. Oalah mas Dalbo sampiyan kok ya ada-ada saja.

Kantor Sekretariat saja belum punya, masih tergantung kepada kebaikan pihak lain yang berkenan meminjamkan tempat untuk beraktivitas dan bersilaturahmi, dalam rangka membangun sinergitas antar organisasi relawan, berbagi informasi dan saling tukar pengalaman sebagai upaya meningkatkan kapasitas relawan penanggulangan bencana. Peralatan pun juga masih milik masing-masing individu.
        
        Ya, sesungghnyalah SRPB JATIM itu memang tidak punya duit, yang dimiliki adalah semangat untuk berbagi dan berekspresi, serta ber ‘ do it ‘ secara bersama-sama untuk kemaslahatan bersama, dan ternyata, ketika semuanya dilakukan bersama-sama dengan penuh komitmen, maka semuanya bisa terlaksana.

Contoh kongkritnya adalah kegiatan Arisan ilmu Nol Rupiah yang sudah digelar berkali-kali sebagai media menambah wawasan dan pengetahuan. Tanpa mengandalkan dana besar, ternyata kegiatan itu tetap bisa berjalan tanpa mengurangi makna untuk belajar.

Begitu juga saat berkeinginan mengadakan baju dan kaos seragam. Semua dibicarakan bersama untuk mufakat, baru kemudian dengan modal semangat rencana itu di eksekusi untuk urunan bagi mereka yang berkenan untuk memiliki baju dan kaos seragam. Tidak ada paksaan untuk memiliki. Sehingga issue diluar sana yang mengatakan bahwa SRPB JATIM itu dananya di support oleh BPBD adalah salah besar dan ngawur pol.

Cak Dalbo hanya mecucu saat dijelaskan apa itu SRPB JATIM dengan segala suka dukanya, karena belum semua elemen mau mengakui dan menerima kehadiran SRPB JATIM. Semuanya terjadi dikarenakan sentimen pribadi, mungkin juga sakit hati karena kalah pinter, takut tersaingi, dan takut kalah popularitas. Sungguh, SRPB JATIM lahir bukan untuk itu. Semua terjadi karena salah persepsi semata karena jarang duduk bareng, ngopi bersama.

Sekali lagi, SRPB JATIM lahir untuk mempererat tali silaturahmi serta memperluas jejaring kemitraan antar relawan, pegiat alam, pekerja kemanusiaan, dan pemerintah yang membidanginya. keberadaannya merupakan wadah untuk saling belajar dan tukar pengalaman dibidang kebencanaan. Tidak menutup kemungkinan sebagi tempat terjadinya transaksi ekonomi dan siapa tahu juga sebagai ajang pertemuan jodoh, utamanya bagi yang masih jomblo.

Bisa keberadaannya berperan sebagai katalisator yang menjembatani antara keinginan dan kebutuhan relawan dengan pihak-pihak terkait dalam rangka peningkatan kapasitas, sehingga memudahkan pendataan, pembinaan dan mobilisasi organisasi relawan jika tugas-tugas kemanusiaan memanggilmya untuk turun membantu sesamanya yang sedang dilanda bencana.

“Nah, agar sampiyan memahami dan tidak salah paham dengan apa itu SRPB JATIM, monggo sampiyan sering mengikuti dan terlibat dalam kegiatannya. Ini penting agar sampiyan juga bisa turut menjelaskaan kepada mereka yang tidak tahu dan sok tahu, apa itu SRPB JATIM dengan segala keterbatasannya. Karena sesungguhnyalah di SRPB JATIM itu selalu diupayakan agar tidak ada dusta diantara kita,” Kata Cak Mukidi menyudahi obrolan hangat malam itu karena harus segera pulang untuk menunaikan solat tahajud dan persiapan makan sahur bersama keluarga kecilnya. [eBas/selasa-14/5, malem ke sepuluh bulan romadhon 1440]  




………………………………………………
   

2 komentar:

  1. SRPB adalah wadah sinergi untuk peduli.

    BalasHapus
  2. lucu sekali, SRPB yang gak ada duitnya itu lho. kok ya ada oknum yg sangat sakit hati jika SRPB berkembang dengan segala aktivitas dan kiprahnya yang bisa membawa manfaat dan barokah bagi relawan, sehingga si oknum rela bergirilya kemana-mana menyebar info ttg SRPB yang tdk benar penuh profokasi dan fitnah. tentu dengan tujuan satu, SRPB tidak diterima dimana mana dan dibubarkan.
    subhanallah si oknum itu kira2 sakit apa ya?. kok sampai segitunya tidak suka dengan SRPB. apakah dengan adanya SRPB rejekinya si oknum berkurang kah?.....

    jika ingin membubarkan SRPB ya perintahkan saja pak kalaksa bpbd agar membubarkan tanpa harus menyebar fitnah keman-mana

    subhanalloh semoga kelakuan si oknum diterema di sisi NYA

    ingat karma itu ada

    BalasHapus