“Iya,
kata teman-teman yang sudah di lokasi sejak awal juga bilang bahwa mereka
datang lebih dulu sebagai bentuk emergency respon dari pada yang lain,” Kata
Cak Mukidi menjawab sambil membaca Koran Memo, Koran kesayangannya. Korang yang
selalu memuat peristiwa perkosaan dan kriminalitas.
“Lha
kapan lho SRPB bisa membeli mobil dapur umum dan perahu karet?. Masak SRPB
kalah dengan yang lain.” Ujar mas Dalbo penuh selidik.
lha dalah, sebuah pertanyaan lugu
dari mereka yang belum tahu, termasuk mas Dalbo ini. Ya wajarlah, sebagai orang
yang baru bergabung menyangka jika SRPB JATIM itu terdiri dari kaum beruang
yang punya duit banyak.
Mas Dalbo
juga menganggap bahwa SRPB JATIM itu sama dengan organisasi relawan lain yang
donaturnya banyak berlimpah duit lebih, sehingga bisa bergerak kemana-mana,
kapan saja dengan dukungan logistik dan peralatan yang lebih dari cukup. Oalah
mas Dalbo sampiyan kok ya ada-ada saja.
Kantor Sekretariat
saja belum punya, masih tergantung kepada kebaikan pihak lain yang berkenan meminjamkan
tempat untuk beraktivitas dan bersilaturahmi, dalam rangka membangun sinergitas
antar organisasi relawan, berbagi informasi dan saling tukar pengalaman sebagai
upaya meningkatkan kapasitas relawan penanggulangan bencana. Peralatan pun juga
masih milik masing-masing individu.
Ya,
sesungghnyalah SRPB JATIM itu memang tidak punya duit, yang dimiliki adalah
semangat untuk berbagi dan berekspresi, serta ber ‘ do it ‘ secara
bersama-sama untuk kemaslahatan bersama, dan ternyata, ketika semuanya
dilakukan bersama-sama dengan penuh komitmen, maka semuanya bisa terlaksana.
Contoh
kongkritnya adalah kegiatan Arisan ilmu Nol Rupiah yang sudah digelar
berkali-kali sebagai media menambah wawasan dan pengetahuan. Tanpa mengandalkan
dana besar, ternyata kegiatan itu tetap bisa berjalan tanpa mengurangi makna
untuk belajar.
Begitu
juga saat berkeinginan mengadakan baju dan kaos seragam. Semua dibicarakan
bersama untuk mufakat, baru kemudian dengan modal semangat rencana itu di eksekusi untuk urunan bagi mereka yang
berkenan untuk memiliki baju dan kaos seragam. Tidak ada paksaan untuk
memiliki. Sehingga issue diluar sana yang mengatakan bahwa SRPB JATIM itu
dananya di support oleh BPBD adalah salah besar dan ngawur pol.
Cak Dalbo
hanya mecucu saat dijelaskan apa itu SRPB JATIM dengan segala suka dukanya,
karena belum semua elemen mau mengakui dan menerima kehadiran SRPB JATIM. Semuanya
terjadi dikarenakan sentimen pribadi, mungkin juga sakit hati karena kalah
pinter, takut tersaingi, dan takut kalah popularitas. Sungguh, SRPB JATIM lahir
bukan untuk itu. Semua terjadi karena salah persepsi semata karena jarang duduk
bareng, ngopi bersama.
Sekali lagi,
SRPB JATIM lahir untuk mempererat tali silaturahmi serta memperluas jejaring
kemitraan antar relawan, pegiat alam, pekerja kemanusiaan, dan pemerintah yang
membidanginya. keberadaannya merupakan wadah untuk saling belajar dan tukar
pengalaman dibidang kebencanaan. Tidak menutup kemungkinan sebagi tempat
terjadinya transaksi ekonomi dan siapa tahu juga sebagai ajang pertemuan jodoh,
utamanya bagi yang masih jomblo.
Bisa keberadaannya
berperan sebagai katalisator yang menjembatani antara keinginan dan kebutuhan
relawan dengan pihak-pihak terkait dalam rangka peningkatan kapasitas, sehingga
memudahkan pendataan, pembinaan dan mobilisasi organisasi relawan jika
tugas-tugas kemanusiaan memanggilmya untuk turun membantu sesamanya yang sedang
dilanda bencana.
“Nah,
agar sampiyan memahami dan tidak salah paham dengan apa itu SRPB JATIM, monggo
sampiyan sering mengikuti dan terlibat dalam kegiatannya. Ini penting agar
sampiyan juga bisa turut menjelaskaan kepada mereka yang tidak tahu dan sok
tahu, apa itu SRPB JATIM dengan segala keterbatasannya. Karena sesungguhnyalah di
SRPB JATIM itu selalu diupayakan agar tidak ada dusta diantara kita,” Kata Cak
Mukidi menyudahi obrolan hangat malam itu karena harus segera pulang untuk
menunaikan solat tahajud dan persiapan makan sahur bersama keluarga kecilnya.
[eBas/selasa-14/5, malem ke sepuluh bulan romadhon 1440]
………………………………………………
SRPB adalah wadah sinergi untuk peduli.
BalasHapuslucu sekali, SRPB yang gak ada duitnya itu lho. kok ya ada oknum yg sangat sakit hati jika SRPB berkembang dengan segala aktivitas dan kiprahnya yang bisa membawa manfaat dan barokah bagi relawan, sehingga si oknum rela bergirilya kemana-mana menyebar info ttg SRPB yang tdk benar penuh profokasi dan fitnah. tentu dengan tujuan satu, SRPB tidak diterima dimana mana dan dibubarkan.
BalasHapussubhanallah si oknum itu kira2 sakit apa ya?. kok sampai segitunya tidak suka dengan SRPB. apakah dengan adanya SRPB rejekinya si oknum berkurang kah?.....
jika ingin membubarkan SRPB ya perintahkan saja pak kalaksa bpbd agar membubarkan tanpa harus menyebar fitnah keman-mana
subhanalloh semoga kelakuan si oknum diterema di sisi NYA
ingat karma itu ada