Dalam rangka
memenuhi ajakan masyarakat penanggulangan bencana indonesia (MPBI) untuk
memeriahkan KN-PRBBK tahun 2021, masing-masing forum pengurangan risiko bencana
tingkat provinsi, mengadakan focus group discussion (FGD).
Atas nama
kesehatan dan keselamatan di era pandemi covid-19, kegiatan ini dilakukan
secara daring, yang bisa diakses oleh siapa saja dimana saja di seluruh wilayah
indonesia. Yang penting ada koneksi internet. Sehingga semua bisa saling menyimak
pengalaman daerah lain dalam menyelenggarakan upaya pengurangan risiko bencana.
Dengan berbagi
pengalaman itu nantinya dapat dirumuskan sebuah rekomendasi terkait dengan pengembangan
dan penerapan PRBBK di Indonesia. Artinya, praktek baik yang dilakukan oleh
berbagai pihak itu hendaknya didokumentasikan dalam sebuah buku yang bisa
dijadikan bahan diskusi sambil ngopi, sehingga muncul inspirasi untuk membuat
aksi.
Dalam gelaran
FGD, masing-masing pihak yang terpilih, menceritakan pengalamannya melakukan
kerja-kerja kemanusiaan yang bersentuhan dengan kebencanaan. Dengan gayanya
sendiri mereka menebarkan virus pengurangan risiko bencana untuk membangun
budaya tangguh bencana.
Ada juga
yang melakukan kerja-kerja pemberdayaan kepada kaum perempuan, dengan berbagai
keterampilan fungsional. Mereka melakukan programnya itu, ada yang murni
dilakukan sebdiri, ada juga yang berkerjasama dengan BPBD setempat, dan elemen
pentahelix lainnya. Ada juga yang menjalankan paket program dari BNPB.
Semua dilakukan
agar masyarakat memiliki kesadaran akan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi
bencana. Sehingga mereka dapat berbuat sesuatu secara mandiri saat terjadi
bencana (daya lenting), sebelum datang bantuan dari luar.
Hal ini
sejalan dengan definisi UNISDR (2009), menjadi acuan otoritatif tentang makna
PRB, yaitu sebagai konsep dan praktik mengurangi risiko bencana melalui upaya
sistematis untuk menganalisa dan mengelola faktor-faktor penyebab dari bencana
termasuk dengan dikuranginya paparan terhadap ancaman, penurunan kerentanan
manusia dan properti, pengelolaan lahan dan lingkungan yang bijaksana, serta
meningkatkan kesiapsiagaan terhadap kejadian yang merugikan.
Konon, hasil
dari FGD ini nantinya akan dipilih yang “terbaik” untuk dibawa ke ajang
KN-PRBBK secara virtual di era pandemi covid-19. Ini bukan berarti yang lainnya
tidak baik. Namun karena keterbatasan waktu, maka hanya yang terbaiklah yang ditampilkan.
Dengan harapan
bisa menginspirasi berbagai pihak, untuk meningkatkan sinerginya, memperbaiki
koordinasi dan komunikasi dalam membangun ketangguhan masyarakat terhadap
risiko bencana yang ada di wilayahnya, dan menangani isu-isu terkait kapasitas
dan kerentanan menghadapi bencana
Hal ini
sejalan dengan definisi PRBBK yang dikemukakan oleh Pribadi (2008), sebagai
suatu proses pengelolaan risiko bencana yang melibatkan secara aktif masyarakat
yang berisiko dalam mengkaji, menganalisis, menangani, memantau, dan
mengevaluasi risiko bencana untuk mengurangi kerentanannya dan meningkatkan
kemampuannya.
Semoga hasil gelaran KN-PRBBK virtual yang akan
diselenggarakan tanggal 20 – 24 September 2021, berhasil mendokumentasikan
praktek baik PRBBK di berbagai daerah untuk dijadikan bahan pembelajaran
bersama bagi semua komunitas yang peduli pada kerja-kerja kemanusiaan. Wallahu a’lam
bishowab. [eBas/ndleming dewe malem jum’ad-02092021]
(United Nations
BalasHapusInternational Strategy for Disaster Reduction/UNISDR) (2009) mendefinisikan
bencana sebagai “gangguan serius terhadap masyarakat atau komunitas yang
menyebabkan terjadinya kehilangan jiwa, kerugian ekonomi, dan lingkungan
secara luas, yang melebihi kemampuan masyarakat yang terkena dampak untuk
menghadapinya dengan menggunakan sumber daya mereka sendiri.”
pengurangan risiko bencana (PRB) yang lebih memberikan pesan menguatkan
BalasHapuspenanggulangan bencana pada aspek antisipatif, preventif, dan mitigatif
Pelaksanaan PRBBK di Indonesia dalam gambaran besarnya masih mencari bentuk di
BalasHapuskonteks lokal. Berbagai inisiatif membangun, ‘desa tangguh’, ‘desa siaga’, ‘kampung
siaga bencana, ‘mukim daulat bencana’, hingga rentetan nama lainnya, masih dalam
taraf proyek percontohan dari berbagai versi organisasi non pemerintah maupun
pemerintah dan donor. Semuanya masih dalam tahap mencari bentuk yang terbaik.