Kamis, 16 September 2021

LOMBA DESA TANGGUH BENCANA

    Konon, untuk melihat keberhasilan program desa tangguh bencana (destana) yang pembentukannya didampingi oleh fasilitator desa tangguh bencana, adalah dengan diadakan lomba destana, yang menjadi program rutin BPBD. 

    Ada tiga kategori lomba yang boleh dipilih sesuai dengan kesiapan desa setempat. Ada kategori pratama, madya, dan utama. Tentu masing-masing kategori ada persyaratannya sendiri untuk dinilai oleh Tim Juri.

    Ya, namanya lomba, kalah menang itu biasa. Karena, konon, yang diharapkan pasca lomba itu adalah terjadinya pelembagaan mandiri yang bisa memberdayakan aktor lokal dalam bentuk koordinasi untuk meningkatkan kerjasama antar pihak untuk membangun kesiapsiagaan menuju budaya tangguh bencana.

    Dalam perka BNPB nomor 1 tahun 2012, tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana, dikatakan bahwa, Desa/kelurahan tangguh itu sudah memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi potensi ancaman bencana, serta pemulihan diri dengan segera dari dampak bencana yang merugikan.

    Artinya, aktor destana yang terdiri dari berbagai elemen pentahelix, harus menyusun program peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengurangan risiko bencana, bekerjasama dengan berbagai pihak (termasuk BPBD), serta mendokumentasikan praktek baik yang telah dikerjakan dalam bentuk buku dan dikomunikasikan lewat berbagai media, sehingga bisa diduplikasi/diadopsi oleh pihak lain.

    Adapun tujuan dari program ini antara lain; (1) Melindungi masyarakat (khususnya yang tinggal di kawasan KRB) dari potensi bencana yang ada. (2) Meningkatkan peran serta masyarakat, khususnya kelompok rentan dalam pengelolaan sumber daya untuk pengurangan risiko bencana, (3) Meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya dan pemeliharaan kearifan lokal untuk PRB.

    Kang ET, panggilan khas doktor Eko Teguh Paripurno, dalam sebuah webinar mengatakan bahwa, prinsip destana itu diantaranya adalah, Masalah bencana adalah urusan bersama, Masyarakat setempat menjadi pelaku utama, dan dilakukan secara partisipatoris, program destana harus berpihak kepada kelompok rentan, serta memperluas jejaring kemitraan dengan berbagai komunitas untuk meningkatkan kapasitas sumber daya lokal.

    Namun nyatanya, dalam lomba destana, apapun kategorinya, yang sering menonjol adalah acara seremonialnya dengan menghadirkan pejabat setempat, sehingga pembicaraannya ngelantur kemana-mana. Segala dokumen yang diperlukan untuk penilaian tersedia dan siap “dipenthelengi” oleh tim juri. Dokumen itu meliputi aspek kesiapsiagaan, aspek risiko, aspek kesehatan, aspek anggaran, dan indikator bencana.

    Sementara, lokasi yang memiliki potensi bencana juga disiapkan untuk ditinjau. Tidak lupa rambu-rambu evakuasi, titik kumpul, dan rambu tanda bahaya juga dipasang di beberapa titik yang strategis agar mudah dilihat warga. Rambu-rambu itu ada yang terpasang sudah lama dan permanen. Ada pula yang tampak baru dipasang dari bahan ala kadarnya untuk memenuhi aturan lomba.

    Sedangkan, tim relawan destana, banyak yang masih “tergagap” saat menjawab pertanyaan yang diajukan tim juri. Ini juga harus dimaklumi, karena destana baru dibentuk dengan didampingi fasilitator destana. Mereka tampaknya baru belajar menyusun aneka dokumen dan belajar menjawab pertanyaan. Pelatihan untuk peningkatan kapasitas pun masih sangat terbatas. Masih perlu proses agar sesuai dengan harapan perka BNPB nomor 1 tahun 2021.

    Untuk itulah, pasca penilaian lomba destana ini, diharapkan ada upaya mandiri menyusun program kerja destana yang melibatkan aktor lokal dari berbagai pihak (pentahelix) dalam rangka peningkatan kapasitas pengurangan risiko potensi bencana yang ada di daerahnya, tentu dengan mengedepankan kearifan lokal.

    Semua ini perlu dilakukan dengan membuka jejaring kemitraan dengan berbagai komunitas yang peduli kepada kemanusiaan, pelestarian alam dan kebencanaan. Selain meningkatkan kapasitas dibidang keterampilan, juga perlu meningkatkan kemampuan melakukan kajian risiko bencana, penyusunan rencana penanggulangan bencana, menyusun rencana aksi komunitas dan sejenisnya. Sehingga dapat menginspirasi desa/kelurahan sekitar, untuk turut serta membangun kesiapsiagaan dalam rangka membangun budaya sadar bencana.

    Kini, lomba destana tahun 2021, sudah usai, tinggal menunggu pengumuman resmi, siapa yang menang dan kapan mengambil piala, piagam dan hadiah kemenangan. Harapannya, tentulah semangat ber-destana-ria tetap tumbuh dengan kreativitas masing-masing. Termasuk mempelajari Perka BNPB nomor 1 tahun 2012 dan nomor 17 tahun 2011, agar semakin paham dengan perannya.

    sehingga komponen destana, seperti yang dipaparkan Kang Et dalam sebuah webinar, berupa legislasi, kelembagaan, perencanaan, pendanaan, pengembangan kapasitas, dan penyelenggaraan penanggulangan bencana, bisa terpenuhi dan bisa berjalan seperti yang diharapkan dalam konsep PRBBK. Salam tangguh, Salam Sehat. [eBas/JumatLegi-17092021]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

9 komentar:

  1. Desa/Kelurahan Tangguh Bencana adalah sebuah desa atau kelurahan yang memiliki kemampuan untuk mengenali ancaman di wilayahnya dan mampu mengorganisir sumber daya masyarakat untuk mengurangi kerentanan dan sekaligus meningkatkan kapasitas demi mengurangi risiko bencana. Kemampuan ini diwujudkan dalam perencanaan pembangunan yang mengandung upaya-upaya pencegahan, kesiapsiagaan, pengurangan risiko bencana dan peningkatan kapasitas untuk pemulihan pascabencana. Dalam Destana, masyarakat terlibat aktif dalam mengkaji, menganalisis, menangani, memantau, mengevaluasi dan mengurangi risiko-risiko bencana yang ada di wilayah mereka, terutama dengan memanfaatkan sumber daya lokal demi menjamin keberkelanjutan.

    BalasHapus
  2. hasil pengamatan saya yang saya kumpulkan dari berbagai sumber informasi (para pelaku, pejabat, masyarakat dan lainnya) dapat disimpulkan bahwa keberadaan destana itu masih harus didampingi pasca pembentukannya. karena jelas tidak mungkin setelah dibina selama sebulan langsung bisa mengerjakan/menjalankan program destana seperti amanat perka bnpb nomor 1 tahun 2021 tentang destana. sehingga wajar ketika mengikuti lomba, yang banyak ditampilkan adalah kelengkapan dokumen dan bukti fisik lainnya sebagai pendongkrak nilai. sementara perubahan perilaku seperti kesadaran akan pentingnya kesiapsiagaan sesuai konsep budaya tangguh bencana masih perlu dikomunikasikan secara terus menerus

    BalasHapus
  3. Hasil ngobrol bersama bapak Suwarno (ketua Forum PRB Desa Temas, Batu)-6sept2021

    1. Potensi bencana yang ada adalah kebakaran (karena kepadatan penduduk), jalan sempit sehingga menyulitkan mobil pemadam kebakaran masuk kampung (jika ada kebakaran, tapi Alhamdulillah aman). Untuk itu jalan kampong dijadian satu arah dengan pemasangan rambu2 jalur evakuasi dan rambu2 titikkumpul (bantuan dari BPBD Batu dan BPBD Prov, Jatim). kemudian mengadakan sosialisasi bahaya kebakaran dengan mendatangkan dinas pemadam kebakaran untuk simulai.

    2. Potensi bencana yang lain adalah gempa. Untuk Banjir biasanya disebabkan karena volume curah hujan yang tinggi, sementara sungai penuh sampah dan terjadi penyemputan dan sedimentasi sungai. Untuk itu perlu ada edukasi tentang peningkatan kebersihan dan menjaga lingkungan.

    3. Untuk potensi bencana longsor, ada 17 KK yang rumahnya rawan longsor. Jarak antara rumah dan daerah tebing yang longsor hanya 2 meter. Sehingga warga disitu perlu waspada (khususnya saat musim hujan). Upaya satgas Forum adalah melakukan mitigasi (pemantauan) yang hasilnya diberikan ke ketua RT dan RW serta ke kepala desa (pak Lurah) untuk dikomunikasikan ke jajaran atas. Namun penanganan ini sangatlah sulit karena melibatkan lintas OPD, serta diperlukan dana yang besar. Mungkin perlu relokasi penduduk di daerah rawan longsor ke daerah lain. (itupun tidak mudah).

    4. Komunikasi dan koordinasi antara BPBD dan Forum PRB lumayan bagus, mereka sering berkomunikasi untuk membahas kegiatan. Sekedar masukan, jika memungkinkan hendaknya BPBD kerjasama dengan Forum PRB untukmelakukan pembinaan/pendampingan ke destana yang ada untuk menjamin keberadaannya sampai mereka bisa mandiri dalam melakukan kesiapsiagaan, mitigasi sebagai upaya membangun budaya tangguh.

    BalasHapus
  4. Beberapa catatan yang sempat tercatat dari ngobrol bersama Hendra (anggota Kelurahan Tangguh Bencana) kelurahan Samaan, Kecamatan klojen, Kota Malang. Selasa, 7 September 2021.

    1. Potensi bencana yang menonjol adalah Longsor. Mengingat kelurahan Samaan penduduknya banyak mendirikan rumah di bantaran sungai Brantas. Bahkan ada yang dipinggir sungai (menurut mereka itu gudang pemulung dan tempat istirahatnya para pencari pasir dan batu kali).

    2. Pemkot sudah melarang warga berdiam di bantaran sungai tapi warga membandel karena tidak punya uang untkbeli rumah, mereka juga tidak mau di relokasi.

    3. Pernah terjadi banjir longsor karena kiriman dari desa lain.

    4. Yang dilakukan oleh relawan kelurahan adalah, mitigasi, edukasi/sosialisasi, pemanfaatan peringatan dini menggunakan whatsapp, HT, pengeras suara di masjid/mushola dan kontongan, serta pemasangan tanda bahaya longsor, rambu2 evakuasi dan titik kumpul. Mereka juga melakukan pemantauan debit sungai ketika terjadi hujan lebat, sehingga warga bisa segera bersiap-siap evakuasi mandiri.

    5. Untuk meningkatkan kapasitas relawan, beberapa personil diikutkan pekatihan kebencanaan bekerjasama dengan BPBD, Universitas Brawijaya dan lainnya. termasuk mengadakan pelatihan keluarga tangguh bencana, pelatihan pemulasaraan jenazah covid, dan melibatkan perempuan dalam penanganan bencana, termasuk bergotong royong membantu warga yang isoman secara patungan dari warga.

    6. Relawan kelurahan juga mengagendakan rapat/pertemuan koordinasi lintas sector (pentahelix). Termasuk menggandeng anggota dewan (DPRD Kota) untuk membantu pengadaan sarpras satgas covid.

    7. Mendorong masing2 RT/RW untuk membuat usulan ke kelurahan agar dalam musrenbang ada anggaran yang diperuntukkan untuk membuat plengseng ditepi sungai yang rawan longsor dan pemasangan gronjong.

    8. Yang menarik di kelurahan Samaan adalah adanya program kreatif, seperti program Biofil, Bio Septect, Septiktang komunal, Sanitasi Desa, dan taman Keceh. Sebenarnya masih sangat banyak potensi lokal yang bisa dikembangkan mengingat SDM setempat lumayan kreatif, semangat bergotong royong dan kompak. Tingal bagaimana pihak BPBD mendorong untuk peningkatan kapasitas yang berhunungan dengan pemberdayaan masyarakat dan pengurangan risiko bencana.

    9. Diharapkan mereka bisa memanfaatkan keberadaan KIM untuk menginformasikan segala kegiatan yang ditangani oleh relawan kelurahan Samaan.

    10. Diharapkan mereka dalam mengedukasi masyarakat terkait dengan potensi bencana longsor, juga disisipi ajakan untuk menjaga kebersihan lingkungan, kebersihan sungai dan tidak membuag sampah di sungai.

    BalasHapus
  5. *catatan dari penilaian destana madya di desa sukoharjo, kec kanigaran, kota probolinggo, rabu 8/9/21.

    1. Potensi bencana : Banjir, yg disebabkan volume air besar shg meluap karna pendangkalan dan penyempuran sungai, juga kiriman dari desa bagian atas dan daerahnya memang rendah. Namun cepat surut. Shg tdk pernah terjadi pengungsian warga. Namun bpbd dan relawan tetap menyiapkan tempat ngungsi dan logistik.

    Upaya PRB
    1. Sosialisasi/edukasi bencana utk kesiapsiagaan dan ketangguhan warga hadapi bencana.
    2. Pemasangan rambu2 evakuasi, peta rawan bencana.
    3. Peringatan dini berupa whatsApp, sirine dari megaphone, speakers masjid/ mushola dan kentongan.
    4. Warga telah biasa dgn banjir rutin yg tdk membahayakan, mereka sudah tau bagaimana mengamankan harta bendanya jika banjir datang (akrab dgn bencana sesuai konsep living harmony with disaster).

    Peningkatan kapasitas relawan
    1. Pelatihan kebencanaan
    2. Koordinasi komunikasi antar OPD terkait, bpbd dan berbagai komunitas dgn dibentuknya posko relawan di bpbd.

    Secara berkala berbagai komunitas ada giat membersihkan sungai dari sampah dan lakukan penghijauan

    Relawan juga bantu giatnya bpbd. Seperti ngadain penyemprotan, bagi2 masker, sosialisasi prokes

    BalasHapus
  6. Catatan Penilaian destana madya desa patemon, kec pakem kab bondowoso, kamis, 9/9/21

    1. Potensi bencana yg ada yaitu kekeringan dan angin. Namun sejauh ini tidak pernah menelan korban harta benda, apalagi nyawa

    2. Sekarang tinggal 3 RT yg terdampak dari 8 RT yg ada. Karena telah ada program sumur bor dan pamsimas bantuan provinsi.
    Jika kekeringan, bpbd juga bantu kirim air dgn truck tangki 2 kali seminggu. Namun ada juga warga yg cari air secara mandiri dgn memanfaatkan sumber mata air yg ada.

    3. Dampak kekeringan adalah gatal2 dan diare karna mengkonsumsi air kotor, serta tanaman pertanian mengering.

    4. Peningkatan kapasitas relawan adalah diklat kebencanaan, membentuk wadah komunikasi/koordinasi lewat Whatsapp dan kentongan.
    Dlm rangka pembinaan relawan Pihak Desa selalu memfasilitasi kebutuhan relawan, seperti sarpras dan fasilitasi pertemuan rutin utk peningkatan kapasitas dan semangat relawan utk melaksanakan tugasnya.

    5. Upaya yg dilakukan seperti Penggunaan dana desa sosial untuk giat PRB, untuk giat sosialisasi PRB kekeringan dan pandemi covid lewar yasinan/tahlilan sambil bagi2 masker. Kegiatan sosial lain adalah menggalang dana utk berbagi nasi bungkus di masjid dan warga yg isoman.

    6. Jalur evakuasi non permanen, tampak baru dipasang menjelang penilaian. Pemasangannya pun kurang tepat dan strategis dan amat disayangkan dipaku dipohon.
    Karna bencana kekeringan tidak membahayakan, sebaiknya rambu2 evakuasi diganti dgn rambu2 peringatan dan himbauan.

    7. Perlu mengadakan pencarian sumber mata air dan melestarikannya dgn melakukan penghijauan.

    8. Sbg destana madya seharusnya ada upaya membuat program mandiri agar keberadaan destana dapat berkegiatan yg bermanfaat utk warga desa, termasuk membangun jejaring kemitraan dgn berbagai komunitas relawan dan ormas lainnya.

    BalasHapus
  7. catatan penilaian destana madya desa durenan kec gemarang kab madiun

    1. Potensi bencana yg ada adalah longsor, tapi tdk membahayakan jiwa hanya kerusakan ringan dan tdk selalu terjadi longsor, tergantung intensitas hujan dan angin yg menyertai.

    2. Warga terpapar hanya pasrah dan tetap tenang. Tdk ada upaya serius utk mengurangi bahaya longsor, misal buat terasering, menanaman pohon, rumput gajah, akar wangi, dll

    3. Upaya relawan destana
    a. Komunikasi lewat HP
    b. Penyuluhan bahaya longsor
    c. Kerja bakti +
    penghijauan lahan/bukit
    d. Pemasangan rambu evakuasi, titik kumpul dan tanda bahaya longsor.

    4. Peningkatan kapasitas relawan
    a. Diklat kebencanaan, masih satu kali dan direncanakan giat simulasi.
    Utk destana madya harusnya ada program diklat dan bekerjasama dgn berbagai komunitas utk peningkatan kapasitas. Misalnya giat mitigasi, melakukan kajian ttg PRB, penyusunan RPB, dll sesuai kriteria destana madya yg ada di perka bnpb nomor 1 thn 2012 ttg destana

    Selama ini relawan destana desa durenan kec gemarang lebih fokus ke fase tanggap darurat (respon), shg belum ada pertemuan rutin.

    Utk tempat evakuasi selama ini belum pernah digunakan karena memang belum pernah terjadi bencana longsor yg memaksa warga mengungsi.

    Harapan tim juri, relawan destana pasca penilaian lomba ini menyusun program2 destana yg melibatkan berbagai elemen pentahelix sesuai perka no: 1 thn 2012 dan mempelajari perka 17 thn 2011

    BalasHapus
  8. Catatan penilaian destana madya desa Ngampel kec Mojoroto kab Kediri, rabu 15sept2021

    1. Potensi bencana adalah banjir rutin tiap musim hujan kiriman dari daerah pegunungan, saluran tertutup sampah dan daerahnya scr geografis rendah. Tapi banjir cepat surut

    2. Warga sudah biasa hadapi banjir. Ada tempat pengungsian (balai desa dan masjid) tapi jarang digunakan, paling ngungsinya hanya semalam. Kebanyakan pilih ngungsi ke famili.

    3. Relawan siaga memberi bantuan dgn menggunakan sarpras yg dipinjam dari bpbd.

    4. Relawan destana belum pernah mengadakan diklat kebencanaan secara mandiri. Hanya ada diklat dlm bentuk pendampingan pembentukan destana, latihan ppgd dan penanganan kebakaran.

    5. Ada 3 RW yg jadi langganan banjir dan warga sudah bisa mengantisipasi dibantu relawan.

    6. Relawan mengedukasi warga lewat giat PKK, yasinan, Rapat warga dan lewat grup WA.

    7. Relawan destana akan merencanakan peningkatan kapasitas bekerjasa dgn bpbd dan komunitas di kediri yg punya kemampuan diberbagai bidang. Itupun jika pandemi sudah tidak ada.

    8. Saat ini konsentrasi di penanganan covid.

    9. Saran, relawan destana perlu didampingi utk memahami perka bnpb nomor 1 thn 2012 dan perka nomor 17 thn 2011

    BalasHapus
  9. Catatan dari penilaian destana di desa kalimalang kec sukorejo kab ponorogo, kamis 16092021

    1. Potensi bencana Banjir, akibat sampah dan curah hujan tinggi.

    2. Banjir cepat surut shg tdk terjadi pengungsian. Warga terdampak (di RW 1 dan 2) dan tanaman di sawah ladang rusak.

    3. Warga sudah tahu jika ada banjir yg masuk kampungnya sesuai kearifan lokal yg ada.

    4. Relawan memantau pergerakan air di sungai dgn HT dan bantu evakuasi dan jaga keamanan.

    5. Peningkatan kapasitas hanya saat pendampingan pembentukan destana oleh fasilitator.

    6. Sifatnya masih respon shg tdk ada giat dan pertemuan rutin.

    7. Perlu memahami perka bnpb nomor 1 thn 2012 dan nomor 17 thn 2011

    8. Perlu pendampingan agar destana bisa jalan berdaya dan mandiri

    BalasHapus