Jumat, 05 November 2021

KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI MUSIM HUJAN

Di awal musim penghujan ini, beberapa wilayah diguyur hujan deras. Sungai pun tidak mampu menampung derasnya air. Banjir pun meluap melanda apa saja. Aneka sampah, potongan kayu dan rumpun bambu terbawa semua, Sawah dan rumah warga banyak yang rusak. Harta, benda, dan nyawa pun menjadi korban keganasan alam.

Konon, yang menjadi penyebab, diantaranya adalah banyaknya endapan sampah di dasar sungai, onggokan sampah yang menggunung di sekitar jembatan. Ada juga yang bilang karena terjadinya alih fungsi lahan pegunungan, sehingga banyak lereng gunung yang telanjang tanpa tutupan yang mampu menahan/menyimpan air tanah.

Relawan pun cepat tanggap menyumbangkan tenaganya menolong sesama sesuai kemampuannya. Mereka berbondong-bondong mendatangi lokasi. Berkoordinasi dan berbagi peran agar tidak saling tumpang tindih pekerjan.

          “Itu penting lho, ben gak kabeh melu umek, disik-disikan postang posting, eh ternyata sumbernya gak jelas dan malah membingungkan,” Kata Masiku, temannya Masini, di grup whatsapp relawan.

Beberapa relawan yang sudah di lokasi membagikan foto kejadian dengan narasi yang cukup informatif. Harapannya bisa segera diketahui oleh khalayak agar segera bergerak, tidak hanya berteriak.

“Konco-konco monggo serius ini grup pengurus. Kira-kira dukungan apa yang dapat membantu BPBD dalam penanganan darurat banjir, sekaligus menentukan status tanggap darurat, Agar berjalan cepat, tepat, efektif dan efisien,” Kata Mukidi dalam komentarnya di grup whatsapp,

“Ayok dirembug yang serius, jangan hanya pamer foto-foto rapat dan sarasehan took. Saat ini perlu action cepat,” Teriak yang lain. Sementara itu masih banyak yang membagikan foto warga yang dievakuasi di pengungsian, pembagian bantuan dari komunitas tertentu, peninjauan pejabat dan relawan yang sedang menikmati bermacam hidangan, tanpa menghiraukan ajakan Masiku yang jarang berkomentar di grup.

Sementara Cak Kaspo, dalam komentarnya bilang, “Lha yang dibutuhkan BPBD apa ya, sedangkan untuk penyusunan jitupasna dan sejenisnya itu tentulah relawan yang memiliki kapasitas. Apalagi, ada prasyarat tertentu untuk bisa melakukan. Artinya, tidak semua relawan bisa dan boleh melakukan.

“Ingat lho, relawan itu sifatnya hanya membantu. Ya, hanya sebagai pemain pembantu, bukan pemeran utama dalam penanggulangan bencana. Jadi, sebaiknya menunggu komando BPBD yang memiliki kewenangan sesuai amanat UU 24 tahun 2007,” Ujarnya saat menyimak beragam komentar di grup.

Menurut Cak Kaspo, dalam fase tanggap darurat, Kadang kala memang ada sosok relawan yang siap berjibaku membantu karena punya waktu (dan sangu). Ada juga yang karena keahlian tertentu sehingga kedatangannya diharapkan (dan dianggarkan). Juga ada sosok yang pekerjaannya mengharuskan turun ke lokasi bencana. Mereka itulah yang sering kali lebih dulu berada di lokasi untuk beraksi, mendahului mereka yang memegang regulasi.

Jadi, kalau Cak Kaspo dan relawan lain yang senasib Cak Kaspo, belum bisa berbuat seperti jenis relawan di atas, ya jangan dipaido, jangan dibully dan dimaki beramai-ramai. Karen, sesungguhnyalah turun ke lokasi itu perlu bekal yang memadai, dan itu belum tentu dimiliki oleh masing-masing pribadi.

Ini masih awal musim penghujan, bencana sudah menyapa beberapa wilayah dengan memakan korban. Tanda bahwa semua harus meningkatkan kesiapsiagaan. Pemerintah, dalam hal ini BPBD harus siap-siap mengaktivasi renkon menjadi renop. Sehingga jelas siapa mengerjakan apa dengan siapa sambil membawa apa. Begitu juga dengan komunitas relawan, harus siap dimobilisasi untuk aksi kemanusian, sesuai dengan kemampuan yang dapat diperankan. Tentu relawan yang telah memenuhi syarat tertentu. Minimal sehat jiwa raga dan dana.

Tanpa itu, jangan coba-coba nekat. Ingat bahwa relawan itu berhasil tidak dipuji, gagal di bully dan di caci, sedangkan jatuh sakit, salah sendiri karena tidak ada asuransi. Salam Tangguh, Salam kemanusiaan saling menguatkan tanpa melemahkan. [eBas/JumatKliwon-05112021]

 

 

 

1 komentar:

  1. ada guyonnan kelas warkop pinggir jalan bahwa, dulu bencana terjadi sekali dalam sepuluh tahun. sekarang bencana terjadi sepuluh kali dalam setahun.
    artinya dijaman ini semakin banyak jenis bencana dan semakin sering terjadi bencana. banyak faktor yg menjadi peenyebab. diantaranya adalah pembangunaan yg kurang pro pada alam lingkungan.

    dan yg lebih penting lagi adalah perlunya penguatan BNPB dan BPBD sebagai lembaga yg ditugaskan negara ngurusi bencana, agar bisa melakukan koordinasi dan menjadi komandan yang mengkomando OPD terkait dalam hal operasi penanggulangan bencana.

    tanpa penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas SDM maka BNPB/BPBD akan selalu kesulitan dalam menerapkan SPKDB.

    dan relawan itu dalam penanggulangan bencana bukanlah aktor utama, tapi aktor pembantu.
    aktor utamanya adalah BNPB/BPBD yg akan terjun langsung ke lokasi dan relawan membantu semampunya. JANGAN DIBALIK PERANNYA

    BalasHapus