Salah satu mata acara jambore forum pengurangan risiko bencana (FPRB) Jawa timur, yang digelar di Obis Camp, Mojokerto, selama tiga hari, Jumat sampai minggu, tanggal 17 – 19 september 2021, adalah focus group discussion, yang membahas berbagai agenda.
Salah satu bahasan yang menarik
adalah perlunya mempercepat terbentuknya FPRB di seluruh Kabupaten/Kota di Jawa
timur. termasuk Kota Surabaya yang belum punya
forum PRB. Bahkan Kota Surabaya adalah satu-satunya Kota yang tidak memiliki
BPBD tapi punya BPB Linmas (Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan
Masyarakat).
Saat diskusi tentang pembentukan
forum itulah, delegasi relawan dari Surabaya, dengan lantang dan percaya diri,
mengatakan bahwa mereka siap membentuk FPRB Kota Surabaya di pertengahan bulan
November 2021. (mungkin, maksudnya agar punya semangat hari pahlawan).
Sayangnya, sepulang dari jambore
di Obis, delegasi relawan Surabaya, tidak segera ‘umeg’ menyiapkan upaya
pembentukan FPRB sesuai janjinya. Sebagai mahasiswa, mereka langsung tenggelam dalam kesibukan kampus. Lupa untuk
segera mengkomunikasikan ke berbagai komunitas relawan di Kota Surabaya, untuk diajak terlibat dalam upaya pembentukan
forum.
Kini, November telah merangkak
menuju bulan Desember. Sementara mereka tidak merasa bersalah akan janjinya. Tidak
ada sama sekali inisiatif untuk ngobrol bareng lintas komunitas untuk
merealisasikan janjinya.
Ya, perlu dimaklumi, disamping
mereka sibuk belajar di Kampus, tampaknya mereka belum tahu ‘peta komunitas
relawan’ Surabaya yang sangat beragam dengan kepentingan dan dinamikanya. Karena
ketidak tahuannya itulah, mereka abai dengan janjinya. Hanya sekedar menyatakan siap tapi tidak sigap.
Karena dianggap ‘wan prestasi’
itulah, maka berbagai komentar muncul di grup whatsapp. Maksudnya baik. Tidak bermaksud
membully, namun lebih sebagai motovasi agar janjinya cepat terrealisasi.
Salah
satunya adalah Fatoni, sosok relawan berpengalaman dari Kota Malang ini bilang,
FPRB Surabaya, mana suaramu. katanya bulan November sudah
terbentuk forum PRB Kota Surabaya?.
“Wah,
ternyata
mbleset. Apa nunggu
bencana besar datang ke Surabaya, baru Fprum
PRB
terbentuk?, Katanya di Surabaya banyak
relawannya, namun mengapa tidak segera terbentuk forum, ” Katanya.
Masih
kata Fatoni, yang terdaftar dibanyak organisasi ini, bahwa siapapun
yang mewakili Surabaya, itulah yang patut kita tunggu prosesnya, jangan sampai semua disuruh menunggu entah sampai kapan, tanpa batas waktu.
Komentar
Fatoni yang ‘menggigit’ itu dibalas oleh Alfin, salah seorang pengurus Forum
PRB Jawa timur, bahwa teman-teman
relawan Surabaya sedang berproses, tidak serta-merta berdiam diri, kebingungan harus berbuat apa. Tapi memang sedang berproses.
Masih Kata pria berdarah Madura ini, memang
pada saat Jambore di Obis Camp kemarin, perwakilan dari Mahagana UNAIR spontanitas
menyanggupi akan terbentuknya FPRB dalam waktu dekat, akan tetapi mereka belum
paham betul apa yang
diutarakan, bahkan saat itu mereka baru mengenal apa itu FPRB.
“Beda dengan pean yang sudah paham seluk beluk FPRB. Belum lagi kondisi politik dan birokrasi di Surabaya, Namun, pelan tapi pasti, di nantinya juga akan terbentuk FPRB kok. Tenang saja, kita tunggu dan hargai proses dari semua itu”, Kata Alfin, yang juga aktif menjadi pengasuh Jamaah
LC.
Sedangkan
Rurid, yang pernah merasakan pahit getirnya menahkodai Forum, mengatakan bahwa pembentukan
Forum itu tidak bisa di paksakan. Dia bilang bahwa, dulu FPRB Jatim perlu waktu dua tahun untuk merumuskannya dengan melibatkan berbagai pihak.
“Sing
temping fungsi forum di jalankan sambil menggeret aktor Penthahelix agar turut aktif berforum,” Ujarnya dengan dialek daerah Kepanjen, Kabupaten
Malang.
Masih
kata Sekjen yang terpilih di Hotel Pelangi, Kota Malang, tahun 2017 itu, bahwa Relawan Surabaya itu sak arat-arat,
akademisinya sak bajek, dan media yang
ada pun sak
korap, Kate opo meneh ?. Monggo di rumuskan pembentukan FPRB Kota Surabaya dengan riang gembira dan canda serta
tawa.
“Sepakaaat
... Proses terus dijalankan, keputusan diusahakan,” Kata Khusairi, akademisi dari Unair. Entah proses apa yang telah dijalankan dan keputusan apa
yang tengah diusahakannya. Yang penting semua masih dalam koridor saling
menguatkan tanpa melemahkan.
Sementara,
dalam menyikapi pertanyaan kritis dari pria yang sedang menyelesaikan program
doktoralnya di Unair, Ki Rebo, nama panggilan
Prijoko Utomo dari SAR SER, hanya
bilang bahwa keberadaan
FPRB Kota Surabaya, memang belum
terdengar keras, masih bisik-bisik optimis.
Sementara
Suprayogi, dari Posko Relawan Surabaya sepakat dengan komentarnya Ki Rebo. Dia
bilang, bahwa Surabaya memang belum punya BPBD. Sementara
ini, yang ada adalah BPB linmas yang berdasar pada Permendagri. Padahal, seharusnya sesuai dengan perka BNPB no 3 tahun 2008 tentang
pembentukan BPBD.
“Sejak
hampir 10 tahun lebih surabaya tanpa adanya BPBD. Namun seluruh elemen relawan
yang tergabung tetap berusaha
bergerak bergiat sesuai aturan yang ada dan
insyaallah FPRB kota surabaya segera terbentuk,” Ujarnya optimis.
Sungguh
menarik membahas upaya pembentukan Forum PRB di Kota Surabaya (bahkan mungkin daerah
lain yang senasib dengan Surabaya). Termasuk permasalahan ikutan yang
menggelayut setelah forum terbentuk. Hal ini terjadi karena masing-masing
daerah memiliki perbedaan dalam berbagai aspek, juga dalam memahami regulasi
yang ada.
Bang
Yos, mengingatkan, agar berhati-hati dalam merangkai kata dan menambah kata, yang
diposting di grup whatsapp. Karena risiko kepleset sangat besar.
Alangkah
tidak eloknya jika upaya mendokumentasikan komentar kritis tentang pembentukan
Forum PRB Kota Surabaya, tidak disudahi. Ya, lebih baik diakhiri, dari pada
nanti kepleset beneran.
Terimakasih
Bang Yos, sudah berkenan mengingatkan untuk berhati-hati dalam beropini dan
membuat framming, agar tidak kepleset nantinya.
Yang
jelas, lewat tulisan kita belajar bernarasi dan berbagi. Baik itu berbagi ide,
gagasan dan pengalaman. Semoga pengurus Forum yang didapuk menggawangi bidang
media, sudah menyiapkan forumnya untuk belajar menulis. Baik secara luring
maupun daring di era pandemi, agar relawan berani menulis. Namun ingat kata Pramudya
Ananta Toer, bahwa menulis itu perlu keberanian. Termasuk berani terpeleset. Siapa
tahu dari situ bisa menginspirasi untuk menyusun aksi yang diberkati Illahi. *[eBas/ndleming
sore minggu legi-21112021]
Cak Anam berkomentar di grup whatsapp bagus banget dan perlu dicerna bersama agar tidak menimbulkan kesalahpahaman
BalasHapusgelem yo diajak, gak gelem ya ditinggal saja sementara.
jika tidak bisa dijangkau semuanya, maka jangan ditinggal semuanya.
sebenarnya bukan kapasitas saya (sy merasa juga bukan kapasitas LPBI) agar impian pak ebas (juga idaman kita semua) segera diwujudkan.
jika sulit yang ideal dimunculkan, maka yang setengah ideal juga bisa dilaksanakan.
jika yang setengah ideal masih sulit, maka seperempat ideal saja. jika masih sulit bisalah seperdelapan ideal diwujudkan.
proses itu sdh dilaksanajuangkan oleh pak ebas dkk sby. hanya saja mungkin stok sabar dan ulet, masih perlu ditingkatkan.
bisa jadi tantangan di ibukota propinsi, jauh lebih keras dibanding area lainnya.
pak ebas mas alfin dan kk lainya, andai saja upayanya itu dilakukab di area bukan sby, bisa jadi fprb sdh terwujud, bahkan berjalan dg berbagai aktifitas yang full manfaat.
intinya pak ebas dan kk harus lebih percaya diri. bahwa upaya jenengan sdh maksimal, hanya saja masih harus dioptimalkan.
analisa yang dangkal ini setidaknya (semoga) membangkitkan lebih keras lagi upaya peewujudan impian fprb sby.
usia boleh senior pak ebas, tp semangat jangan kalah sama mas alvin.
istilah "merangkai kata" tidak hanya pada saat menulis, merangkai potensi itu juga mjd langkah taktis mewujudkan "bencana urusan bersama".
saya lebih meyakini, tanpa LPBI NU, pak ebas akan terus berproses mewujudkan impian itu. jangan percaya pada analisa mata di di kejauhan, apa lahi usia kita mulai udzur, yang bisa jadi kita tak sadar sedang terkena "rabun".
maaf pak ebas. yunior nuturi senior.
Mas Didik Mulyono, orang yang berjasa terhadap berdirinya FPRB Jatim mengingatkan kita semua dengan pertanyaan pertanyaan refleksi utk kita semua, apakah forum PRB memang dibutuhkan di Kota Surabaya? kalo iya, peran seperti apa yang akan dijalankan? Atau yg penting terbentuk dl, setelah itu baru ditata manajemen organisasinya?
BalasHapusapa goal dr pembentukan Forum PRB Kota Surabaya? Untuk berkontribusi kepada Making City Resilience 2030? atau ada hal strategis lain yang perlu menjadi agenda besar?
atau tinggal memaksimalkan peran dan fungsi organisasi yg sdh ada di Kota Surabaya, misalnya forum CSR, forum mitra pembangunan, forum AMPL, forum anak dan forum2 lainnya?
atau sebenrnya kita sedang ber euforia utk terus membentuk organisasi baru di masing2 daerah?
Bahasan yg menarik 😊
BalasHapus