Minggu, 21 November 2021

UPAYA PEMBENTUKAN FPRB KOTA SURABAYA

Salah satu mata acara jambore forum pengurangan risiko bencana (FPRB) Jawa timur, yang digelar di Obis Camp, Mojokerto, selama tiga  hari,  Jumat sampai minggu, tanggal 17 – 19 september 2021, adalah focus group discussion, yang membahas berbagai agenda.

Salah satu bahasan yang menarik adalah perlunya mempercepat terbentuknya FPRB di seluruh Kabupaten/Kota di Jawa timur. termasuk Kota Surabaya yang belum punya forum PRB. Bahkan Kota Surabaya adalah satu-satunya Kota yang tidak memiliki BPBD tapi punya BPB Linmas (Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat).

Saat diskusi tentang pembentukan forum itulah, delegasi relawan dari Surabaya, dengan lantang dan percaya diri, mengatakan bahwa mereka siap membentuk FPRB Kota Surabaya di pertengahan bulan November 2021. (mungkin, maksudnya agar punya semangat hari pahlawan).

Sayangnya, sepulang dari jambore di Obis, delegasi relawan Surabaya, tidak segera ‘umeg’ menyiapkan upaya pembentukan FPRB sesuai janjinya. Sebagai mahasiswa, mereka langsung tenggelam dalam kesibukan kampus. Lupa untuk segera mengkomunikasikan ke berbagai komunitas relawan di Kota Surabaya, untuk diajak terlibat dalam upaya pembentukan forum.

Kini, November telah merangkak menuju bulan Desember. Sementara mereka tidak merasa bersalah akan janjinya. Tidak ada sama sekali inisiatif untuk ngobrol bareng lintas komunitas untuk merealisasikan janjinya.

Ya, perlu dimaklumi, disamping mereka sibuk belajar di Kampus, tampaknya mereka belum tahu ‘peta komunitas relawan’ Surabaya yang sangat beragam dengan kepentingan dan dinamikanya. Karena ketidak tahuannya itulah, mereka abai dengan janjinya. Hanya sekedar menyatakan siap tapi tidak sigap.

Karena dianggap ‘wan prestasi’ itulah, maka berbagai komentar muncul di grup whatsapp. Maksudnya baik. Tidak bermaksud membully, namun lebih sebagai motovasi agar janjinya cepat terrealisasi.

Salah satunya adalah Fatoni, sosok relawan berpengalaman dari Kota Malang ini bilang, FPRB Surabaya, mana suaramu. katanya bulan November sudah terbentuk forum PRB Kota Surabaya?.

“Wah, ternyata mbleset. Apa nunggu bencana besar datang ke Surabaya,  baru Fprum PRB terbentuk?, Katanya di Surabaya banyak relawannya, namun mengapa tidak segera terbentuk  forum, ” Katanya.

Masih kata Fatoni, yang terdaftar dibanyak organisasi ini, bahwa siapapun yang mewakili Surabaya, itulah yang patut kita tunggu prosesnya, jangan sampai semua disuruh menunggu entah sampai kapan, tanpa batas waktu.

Komentar Fatoni yang ‘menggigit’ itu dibalas oleh Alfin, salah seorang pengurus Forum PRB Jawa timur, bahwa teman-teman relawan Surabaya sedang berproses, tidak serta-merta berdiam diri, kebingungan harus berbuat apa. Tapi memang sedang berproses.

Masih Kata pria berdarah Madura ini, memang pada saat Jambore di Obis Camp kemarin,  perwakilan dari Mahagana UNAIR spontanitas menyanggupi akan terbentuknya FPRB dalam waktu dekat, akan tetapi mereka belum paham betul apa yang diutarakan, bahkan saat itu mereka baru mengenal apa itu FPRB.

“Beda dengan pean yang sudah paham seluk beluk FPRB. Belum lagi kondisi politik dan birokrasi di Surabaya, Namun, pelan tapi pasti, di nantinya juga akan terbentuk FPRB kok. Tenang saja, kita tunggu dan hargai proses dari semua itu”, Kata Alfin, yang juga aktif menjadi pengasuh Jamaah LC.

Sedangkan Rurid, yang pernah merasakan pahit getirnya menahkodai Forum, mengatakan bahwa pembentukan Forum itu tidak bisa di paksakan. Dia bilang bahwa, dulu FPRB Jatim perlu waktu dua tahun untuk merumuskannya dengan melibatkan berbagai pihak.

Sing temping fungsi forum di jalankan sambil menggeret aktor Penthahelix agar turut aktif berforum,” Ujarnya dengan dialek daerah Kepanjen, Kabupaten Malang.

Masih kata Sekjen yang terpilih di Hotel Pelangi, Kota Malang, tahun 2017 itu, bahwa Relawan Surabaya itu  sak arat-arat, akademisinya  sak bajek, dan media yang ada pun sak korap, Kate opo meneh ?. Monggo di rumuskan pembentukan FPRB Kota Surabaya dengan riang gembira dan canda serta tawa.

Sepakaaat ... Proses terus dijalankan, keputusan diusahakan,” Kata Khusairi, akademisi dari Unair. Entah proses apa yang telah dijalankan dan keputusan apa yang tengah diusahakannya. Yang penting semua masih dalam koridor saling menguatkan tanpa melemahkan.

Sementara, dalam menyikapi pertanyaan kritis dari pria yang sedang menyelesaikan program doktoralnya di Unair, Ki Rebo, nama panggilan Prijoko Utomo dari SAR SER, hanya bilang bahwa  keberadaan FPRB Kota Surabaya, memang belum terdengar keras, masih bisik-bisik optimis.

Sementara Suprayogi, dari Posko Relawan Surabaya sepakat dengan komentarnya Ki Rebo. Dia bilang, bahwa  Surabaya memang belum punya BPBD. Sementara ini, yang ada adalah BPB linmas yang berdasar pada Permendagri. Padahal, seharusnya sesuai dengan perka BNPB no 3 tahun 2008 tentang pembentukan BPBD.

Sejak hampir 10 tahun lebih surabaya tanpa adanya BPBD. Namun seluruh elemen relawan yang tergabung tetap berusaha bergerak bergiat sesuai aturan yang ada dan insyaallah FPRB kota surabaya segera terbentuk,” Ujarnya optimis.

Sungguh menarik membahas upaya pembentukan Forum PRB di Kota Surabaya (bahkan mungkin daerah lain yang senasib dengan Surabaya). Termasuk permasalahan ikutan yang menggelayut setelah forum terbentuk. Hal ini terjadi karena masing-masing daerah memiliki perbedaan dalam berbagai aspek, juga dalam memahami regulasi yang ada.

Bang Yos, mengingatkan, agar berhati-hati dalam merangkai kata dan menambah kata, yang diposting di grup whatsapp. Karena risiko kepleset sangat besar.

Alangkah tidak eloknya jika upaya mendokumentasikan komentar kritis tentang pembentukan Forum PRB Kota Surabaya, tidak disudahi. Ya, lebih baik diakhiri, dari pada nanti kepleset beneran.

Terimakasih Bang Yos, sudah berkenan mengingatkan untuk berhati-hati dalam beropini dan membuat framming, agar tidak kepleset nantinya.

Yang jelas, lewat tulisan kita belajar bernarasi dan berbagi. Baik itu berbagi ide, gagasan dan pengalaman. Semoga pengurus Forum yang didapuk menggawangi bidang media, sudah menyiapkan forumnya untuk belajar menulis. Baik secara luring maupun daring di era pandemi, agar relawan berani menulis. Namun ingat kata Pramudya Ananta Toer, bahwa menulis itu perlu keberanian. Termasuk berani terpeleset. Siapa tahu dari situ bisa menginspirasi untuk menyusun aksi yang diberkati Illahi. *[eBas/ndleming sore minggu legi-21112021]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  

3 komentar:

  1. Cak Anam berkomentar di grup whatsapp bagus banget dan perlu dicerna bersama agar tidak menimbulkan kesalahpahaman


    gelem yo diajak, gak gelem ya ditinggal saja sementara.

    jika tidak bisa dijangkau semuanya, maka jangan ditinggal semuanya.
    sebenarnya bukan kapasitas saya (sy merasa juga bukan kapasitas LPBI) agar impian pak ebas (juga idaman kita semua) segera diwujudkan.
    jika sulit yang ideal dimunculkan, maka yang setengah ideal juga bisa dilaksanakan.
    jika yang setengah ideal masih sulit, maka seperempat ideal saja. jika masih sulit bisalah seperdelapan ideal diwujudkan.
    proses itu sdh dilaksanajuangkan oleh pak ebas dkk sby. hanya saja mungkin stok sabar dan ulet, masih perlu ditingkatkan.
    bisa jadi tantangan di ibukota propinsi, jauh lebih keras dibanding area lainnya.
    pak ebas mas alfin dan kk lainya, andai saja upayanya itu dilakukab di area bukan sby, bisa jadi fprb sdh terwujud, bahkan berjalan dg berbagai aktifitas yang full manfaat.
    intinya pak ebas dan kk harus lebih percaya diri. bahwa upaya jenengan sdh maksimal, hanya saja masih harus dioptimalkan.
    analisa yang dangkal ini setidaknya (semoga) membangkitkan lebih keras lagi upaya peewujudan impian fprb sby.
    usia boleh senior pak ebas, tp semangat jangan kalah sama mas alvin.
    istilah "merangkai kata" tidak hanya pada saat menulis, merangkai potensi itu juga mjd langkah taktis mewujudkan "bencana urusan bersama".
    saya lebih meyakini, tanpa LPBI NU, pak ebas akan terus berproses mewujudkan impian itu. jangan percaya pada analisa mata di di kejauhan, apa lahi usia kita mulai udzur, yang bisa jadi kita tak sadar sedang terkena "rabun".
    maaf pak ebas. yunior nuturi senior.

    BalasHapus
  2. Mas Didik Mulyono, orang yang berjasa terhadap berdirinya FPRB Jatim mengingatkan kita semua dengan pertanyaan pertanyaan refleksi utk kita semua, apakah forum PRB memang dibutuhkan di Kota Surabaya? kalo iya, peran seperti apa yang akan dijalankan? Atau yg penting terbentuk dl, setelah itu baru ditata manajemen organisasinya?
    apa goal dr pembentukan Forum PRB Kota Surabaya? Untuk berkontribusi kepada Making City Resilience 2030? atau ada hal strategis lain yang perlu menjadi agenda besar?
    atau tinggal memaksimalkan peran dan fungsi organisasi yg sdh ada di Kota Surabaya, misalnya forum CSR, forum mitra pembangunan, forum AMPL, forum anak dan forum2 lainnya?
    atau sebenrnya kita sedang ber euforia utk terus membentuk organisasi baru di masing2 daerah?

    BalasHapus