Kamis, 03 Maret 2022

MENDOKUMENTASIKAN KEGIATAN UNTUK PEMBELAJARAN

Jumat bersih, begitulah kebiasaan hampir semua organisasi perangkat daerah, setiap hari jumat setelah senam bersama. Biasanya ada extra fooding yang ikut meramaikan kegiatan yang mengedepankan kebersamaan itu. Kadang nasi pecel. Nasi bakar, atau soto. Ada juga gorengan yang menemani susu sapi, telur rebus, wedang kopi, teh dan air putih. Tentu semua dilakukan dengan tetap mentaati protokol kesehtan,

Saya pun, saat kena giliran WFH (work from home), menyempatkan bersih-bersih meja yang berserakan kertas catatan tentang apa saja yang sempat tercatat. Ternyata banyak yang harus dibuang karena sudah usang. Cukup banyak kertas yang dibuang.

Konon, menurut Erick Inavor, sebenarnya kertas-kertas bekas itu bisa dijadikan uang jika rajin mengumpulkan, untuk kemudian 'dipertimbangkan'. Hanya perlu kepedulian dan semangat untuk mengumpulkannya. Banyak contoh komunitas yang memanfaatkan barang bekas untuk membiayai operasionalisasi organisasinya, sehingga tidak membebani anggotanya.

Ada selembar catatan dari sebuah pertemuan resmi yang diampu oleh lembaganya mbak Miranti. Menurut saya ini menarik untuk direnungkan. Sudah seberapa jauhkan catatan itu dicoba realisasikan?.

Salah satu kertas yang siap dibuang, ada catatan yang berisi berbagai usulan. Seperti perlunya ada rapat pengurus forum yang dilakukan secara berkala, baik luring maupun daring. Perlunya peningkatan kapasitas pengurus forum, dan pendataan jumlah destana dan spab yang telah dibentuk (dan ada kegiatannya).

Ada juga Pendampingan/Penguatan program destana dan spab. Pemanfaatan media sosial sebagai media sebar info. Harapan agar ada pemetaan kapasitas pengurus forum, serta Pendataan fasilitator destana dan spab.

Kemudian ada usulan tentang perlunya kerja sama multipihak dalam kegiatan program pengurangan risiko bencana, Inisiasi terbentuknya tim siaga bencana di satuan pendidikan. Perlunya mendorong realisasi hasil jambore FPRB tahun 2021 dan program literasi kebencanaan.

Alhamdulillah, beberapa usulan di atas telah mewarnai perjalanan program FPRB Jawa Timur. Misalnya, tentang perlunya upaya peningkatan kapasitas pengurus forum. Ini sudah dilakukan dan beberapa pengurus forum yang sudah meningkat kapasitasnya dipercaya untuk melaksanakan programnya BPBD, dengan aturan main yang telah disepakati.

Begitu juga dengan program sambang dulur sinau bareng (SDSB) dan Sapa Destana, telah rutin dilakukan oleh mereka yang berkompeten, dalam rangka memperkuat Pendampingan program destana dan spab, sehingga bisa berkegiatan secara mandiri dan lestari, serta terbentuknya tim siaga bencana di daerah dan satuan pendidikan.

Hal ini sejalan dengan harapan Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, BPBD Provinsi Jawa Timur, bahwa dengan dibentuknya Destana, akan terwujud masyarakat yang tangguh, yang mampu menyusun sistem penanggulangan bencana secara mandiri. Harapan inilah yang mungkin perlu dijadikan bahan 'obrolan' saat melaksanakan program Sapa Destana.

Tinggal bagaimana mendokumentasikan semua hasil pembelajaran yang telah dilakukan selama ini, untuk dijadikan pedoman bagi yunior yang akan menggantikan seniornya, pada saatnya nanti. Termasuk memanfaatkan media sosial untuk mengabarkan segala praktik baik yang bisa diduplikasi oleh pihak lain, sebagai upaya mendukung gerakan literasi kebencanaan. [ebas/JumatWage-04032022]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3 komentar:

  1. selalu belajar dan terus belajar
    tetap semangat menebar manfaat bagi umat
    bismillah barokah

    BalasHapus
  2. Sae sanget,, matur nuwun sampun diemutaken malih,, monggo menawi wonten usulan khususipun ndamel pertemuan pengurus, mergi admin sampun merencanakan, nanging dereng saget kelaksanaan amargi Omicron,

    BalasHapus
  3. tidak bermaksud ngemut aken nangin sekedar mendokumentasikan biar tdk hilang dan saget kagem pembelajaran kedepan bila saatnya tiba

    BalasHapus