Jumat bersih,
begitulah kebiasaan hampir semua organisasi perangkat daerah, setiap hari jumat
setelah senam bersama. Biasanya ada extra fooding yang ikut meramaikan kegiatan
yang mengedepankan kebersamaan itu. Kadang nasi pecel. Nasi bakar, atau soto. Ada
juga gorengan yang menemani susu sapi, telur rebus, wedang kopi, teh dan air
putih. Tentu semua dilakukan dengan tetap mentaati protokol kesehtan,
Saya pun,
saat kena giliran WFH (work from home), menyempatkan bersih-bersih meja yang
berserakan kertas catatan tentang apa saja yang sempat tercatat. Ternyata banyak
yang harus dibuang karena sudah usang. Cukup banyak kertas yang dibuang.
Konon,
menurut Erick Inavor, sebenarnya kertas-kertas bekas itu bisa dijadikan uang
jika rajin mengumpulkan, untuk kemudian 'dipertimbangkan'. Hanya perlu kepedulian dan semangat untuk
mengumpulkannya. Banyak contoh komunitas yang memanfaatkan barang bekas untuk
membiayai operasionalisasi organisasinya, sehingga tidak membebani anggotanya.
Ada selembar
catatan dari sebuah pertemuan resmi yang diampu oleh lembaganya mbak Miranti. Menurut
saya ini menarik untuk direnungkan. Sudah seberapa jauhkan catatan itu dicoba
realisasikan?.
Salah satu
kertas yang siap dibuang, ada catatan yang berisi berbagai usulan. Seperti perlunya
ada rapat pengurus forum yang dilakukan secara berkala, baik luring maupun
daring. Perlunya peningkatan kapasitas pengurus forum, dan pendataan jumlah
destana dan spab yang telah dibentuk (dan ada kegiatannya).
Ada juga Pendampingan/Penguatan
program destana dan spab. Pemanfaatan media sosial sebagai media sebar info. Harapan
agar ada pemetaan kapasitas pengurus forum, serta Pendataan fasilitator destana
dan spab.
Kemudian ada
usulan tentang perlunya kerja sama multipihak dalam kegiatan program pengurangan
risiko bencana, Inisiasi terbentuknya tim siaga bencana di satuan pendidikan. Perlunya
mendorong realisasi hasil jambore FPRB tahun 2021 dan program literasi
kebencanaan.
Alhamdulillah,
beberapa usulan di atas telah mewarnai perjalanan program FPRB Jawa Timur. Misalnya,
tentang perlunya upaya peningkatan kapasitas pengurus forum. Ini sudah
dilakukan dan beberapa pengurus forum yang sudah meningkat kapasitasnya
dipercaya untuk melaksanakan programnya BPBD, dengan aturan main yang telah
disepakati.
Begitu juga
dengan program sambang dulur sinau bareng (SDSB) dan Sapa Destana, telah rutin
dilakukan oleh mereka yang berkompeten, dalam rangka memperkuat Pendampingan program
destana dan spab, sehingga bisa berkegiatan secara mandiri dan lestari, serta
terbentuknya tim siaga bencana di daerah dan satuan pendidikan.
Hal ini
sejalan dengan harapan Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, BPBD
Provinsi Jawa Timur, bahwa dengan dibentuknya Destana, akan terwujud masyarakat
yang tangguh, yang mampu menyusun sistem penanggulangan bencana secara mandiri.
Harapan inilah yang mungkin perlu dijadikan bahan 'obrolan' saat melaksanakan program Sapa
Destana.
Tinggal bagaimana
mendokumentasikan semua hasil pembelajaran yang telah dilakukan selama ini,
untuk dijadikan pedoman bagi yunior yang akan menggantikan seniornya, pada
saatnya nanti. Termasuk memanfaatkan media sosial untuk mengabarkan segala
praktik baik yang bisa diduplikasi oleh pihak lain, sebagai upaya mendukung
gerakan literasi kebencanaan. [ebas/JumatWage-04032022]
selalu belajar dan terus belajar
BalasHapustetap semangat menebar manfaat bagi umat
bismillah barokah
Sae sanget,, matur nuwun sampun diemutaken malih,, monggo menawi wonten usulan khususipun ndamel pertemuan pengurus, mergi admin sampun merencanakan, nanging dereng saget kelaksanaan amargi Omicron,
BalasHapustidak bermaksud ngemut aken nangin sekedar mendokumentasikan biar tdk hilang dan saget kagem pembelajaran kedepan bila saatnya tiba
BalasHapus