Dalam
rangka membangun kesiapsiagaan dan ketangguhan sejak dini, badan penanggulangan
bencana daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur, melaksanakan program satuan
pendidikan aman bencana (SPAB) di 19 Kabupaten. Kegiatan dipusatkan di salah
satu sekolah yang telah ditentukan. Harapannya dapat menjadi contoh bagi
sekolah lain.
Safari SPAB ini dimulai dari Kabupaten
Sumenep, kemudian berturut turut Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten
Lamongan, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten
Pasuruan, Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, Kabupaten Madiun, Kabupaten Ngawi,
Kabupaten Sampang, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember, Kabupaten
Tulungagung, Kabupaten Pacitan, dan Kabupaten Magetan.
Semua
kegiatan Safari SPAB ini diupayakan menempati salah satu sekolah yang representatif.
Baik untuk penyampaian teori, maupun praktek simulasi. Mengingat bahwa, sekolah
menjadi tempat ideal dalam mensosialisasikan masalah kebencanaan sejak usia
dini. Sekaligus menumbuhkan budaya tangguh bencana.
Untuk
menjalankan kegiatan ini, BPBD Provinsi Jawa Timur tidak bisa sendiri. Mereka menggandeng
sekretariat bersama relawan penanggulangan bencana (SRPB) Jawa Timur. Penunjukan
ini dirasa sangatlah tepat, mengingat SRPB memiliki tim yang sudah terlatih
dalam mengedukasi masyarakat tentang upaya pengurangan risiko bencana. Termasuk
melakukan sosialisasi SPAB, yang hasilnya cukup signifikan, dan mendapat
apresiasi positif dari BNPB, beberapa waktu yang lalu.
Dalam
kolaborasi ini, mereka berbagi peran agar pelaksanaannya lancar sesuai aturan.
SRPB, dengan kapasitasnya melakukan komunikasi, edukasi dan informasi,
sedangkan staf BPBD yang menyertai, kebagian ngurusi administrasi.
Dalam
buku peta jalan program SPAB 2020 – 2024 disebutkan bahwa bencana yang terjadi
di Indonesia telah berdampak serius dan menganggu penyelenggaraan layanan
pendidikan. Setidaknya terdapat 62.687 satuan pendidikan di Indonesia yang
terdampak langsung bencana alam selama 10 (sepuluh) tahun terakhir.
Kerusakan
sarana prasarana satuan pendidikan, gangguan terhadap akses dan fungsi layanan
pendidikan, peserta didik dan pendidik yang menjadi korban dan harus mengungsi,
serta dampak buruk lainnya dari bencana benar-benar mengganggu proses
pembelajaran dan pelayanan Pendidikan.
Informasi
inilah yang disampaikan kepada warga sekolah, agar mereka paham akan pentingnya
membangun kesiapsiagaan menghadapi bencana melalui program SPAB. Paling tidak,
mereka menjadi tahu potensi bencana yang ada di daerahnya, mengenali daerah rawan
bencana, dengan membuat peta rawan bencana dan memasang rambu-rambu evakuasi
serta menentukan titik kumpul saat terjadi bencana.
Mereka
juga paham tentang manfaat tas siaga bencana, serta apa yang harus dilakukan untuk mengurangi risiko bencana. Baik sebelum,
sesaat, dan pasca bencana. Hal ini sesuai dengan tujuan SPAB, yaitu melindungi
warga satuan pendidikan dari dampak buruk bencana, termasuk memastikan
keberlangsungan layanan pendidikan dalam situasi darurat dan memulihkan kembali
fungsi satuan pendidikan pasca bencana.
Seperti
diketahui bahwa bencana adalah urusan bersama, maka masyarakat (dalam hal ini
warga sekolah) kiranya wajib mendapatkan pelatihan terkait dengan penanganan
bencana. Karena, jika ada bencana di daerahnya, merekalah yang menjadi korban
pertama sekaligus penolong pertama, sebelum pihal luar datang memberikan
bantuan.
Tentunya
tim SRPB yang diamanahi menjalankan safari SPAB, telah paham bahwa Semua materi
yang disampaikan dalam safari SPAB, harus dikemas dalam suasana yang
menyenangkan dan menggunakan bahasa setempat agar mudah dipahami. Termasuk
dalam memanfaatkan waktu. Alhamdulillah semua berjalan sesuai sekenario.
Harapannya,
masing-masing sekolah yang berkesempatan menimati safari SPAB bisa
menindaklanjuti secara mandiri, dengan mengoptimalkan sumber daya manusia yang
dimiliki. Sekolah juga tidak diharamkan untuk menggandeng komunitas relawan
yang ada di daerahnya untuk diajak bersama membangun budaya tangguh untuk warga
sekolah. Bahkan jika memungkinkan juga bisa dikembangkan ke daerah dimana
sekolah itu berada.
Hal
ini sejalan dengan salah satu prinsip pelaksanaan SPAB, yaitu kerjasama lintas sektor
untuk mendukung percepatan penerapan SPAB yang holistik dan terintegrasi.
Kerjasama
sebaiknya dijalin dari sebelum-saat dan sesudah terjadi bencana sehingga warga
sekolah dapat berperan serta dalam membantu upaya pengurangan risiko bencana,
maupun saat terjadi bencana, seperti yang diajarkan oleh tim safari SPAB dari
SRPB Jawa Timur. [eBas/SeninPon-15082022]
memberikan materi SPAB itu yang harus diingat adalah bagaimana warga sekolah yg terdiri dari guru, siswa, kasek dan staf TU memahami adanya potensi bencana di daerahnya yg bisa berdampak pada sekolahnya dan proes belajar mengajar, dan mampu berbuat sesuati sebelum, sesaat dan sesudah bencana untuk mengurangi risiko bencana.
BalasHapuswarga sekolah juga mampu berbuat untuk melakukan evakuasi mandiri saat terjadi bencana sebelum bantuan dari luar datang.
juga tidak kalah penting warga sekolah mampu membantu proses PB saat tanggap bencana.
ngunu jare kancaku