Minggu, 14 Agustus 2022

SAFARI SPAB DI JAWA TIMUR TAHUN 2022

Dalam rangka membangun kesiapsiagaan dan ketangguhan sejak dini, badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur, melaksanakan program satuan pendidikan aman bencana (SPAB) di 19 Kabupaten. Kegiatan dipusatkan di salah satu sekolah yang telah ditentukan. Harapannya dapat menjadi contoh bagi sekolah lain.

Safari SPAB ini dimulai dari Kabupaten Sumenep, kemudian berturut turut Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, Kabupaten Madiun, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Sampang, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Pacitan, dan Kabupaten Magetan.

Semua kegiatan Safari SPAB ini diupayakan menempati salah satu sekolah yang representatif. Baik untuk penyampaian teori, maupun praktek simulasi. Mengingat bahwa, sekolah menjadi tempat ideal dalam mensosialisasikan masalah kebencanaan sejak usia dini. Sekaligus menumbuhkan budaya tangguh bencana.

Untuk menjalankan kegiatan ini, BPBD Provinsi Jawa Timur tidak bisa sendiri. Mereka menggandeng sekretariat bersama relawan penanggulangan bencana (SRPB) Jawa Timur. Penunjukan ini dirasa sangatlah tepat, mengingat SRPB memiliki tim yang sudah terlatih dalam mengedukasi masyarakat tentang upaya pengurangan risiko bencana. Termasuk melakukan sosialisasi SPAB, yang hasilnya cukup signifikan, dan mendapat apresiasi positif dari BNPB, beberapa waktu yang lalu.

Dalam kolaborasi ini, mereka berbagi peran agar pelaksanaannya lancar sesuai aturan. SRPB, dengan kapasitasnya melakukan komunikasi, edukasi dan informasi, sedangkan staf BPBD yang menyertai, kebagian ngurusi administrasi.

Dalam buku peta jalan program SPAB 2020 – 2024 disebutkan bahwa bencana yang terjadi di Indonesia telah berdampak serius dan menganggu penyelenggaraan layanan pendidikan. Setidaknya terdapat 62.687 satuan pendidikan di Indonesia yang terdampak langsung bencana alam selama 10 (sepuluh) tahun terakhir.

Kerusakan sarana prasarana satuan pendidikan, gangguan terhadap akses dan fungsi layanan pendidikan, peserta didik dan pendidik yang menjadi korban dan harus mengungsi, serta dampak buruk lainnya dari bencana benar-benar mengganggu proses pembelajaran dan pelayanan Pendidikan.

Informasi inilah yang disampaikan kepada warga sekolah, agar mereka paham akan pentingnya membangun kesiapsiagaan menghadapi bencana melalui program SPAB. Paling tidak, mereka menjadi tahu potensi bencana yang ada di daerahnya, mengenali daerah rawan bencana, dengan membuat peta rawan bencana dan memasang rambu-rambu evakuasi serta menentukan titik kumpul saat terjadi bencana.

Mereka juga paham tentang manfaat tas siaga bencana, serta apa yang harus dilakukan untuk mengurangi risiko bencana. Baik sebelum, sesaat, dan pasca bencana. Hal ini sesuai dengan tujuan SPAB, yaitu melindungi warga satuan pendidikan dari dampak buruk bencana, termasuk memastikan keberlangsungan layanan pendidikan dalam situasi darurat dan memulihkan kembali fungsi satuan pendidikan pasca bencana.

Seperti diketahui bahwa bencana adalah urusan bersama, maka masyarakat (dalam hal ini warga sekolah) kiranya wajib mendapatkan pelatihan terkait dengan penanganan bencana. Karena, jika ada bencana di daerahnya, merekalah yang menjadi korban pertama sekaligus penolong pertama, sebelum pihal luar datang memberikan bantuan.

Tentunya tim SRPB yang diamanahi menjalankan safari SPAB, telah paham bahwa Semua materi yang disampaikan dalam safari SPAB, harus dikemas dalam suasana yang menyenangkan dan menggunakan bahasa setempat agar mudah dipahami. Termasuk dalam memanfaatkan waktu. Alhamdulillah semua berjalan sesuai sekenario.

Harapannya, masing-masing sekolah yang berkesempatan menimati safari SPAB bisa menindaklanjuti secara mandiri, dengan mengoptimalkan sumber daya manusia yang dimiliki. Sekolah juga tidak diharamkan untuk menggandeng komunitas relawan yang ada di daerahnya untuk diajak bersama membangun budaya tangguh untuk warga sekolah. Bahkan jika memungkinkan juga bisa dikembangkan ke daerah dimana sekolah itu berada.

Hal ini sejalan dengan salah satu prinsip pelaksanaan SPAB, yaitu kerjasama lintas sektor untuk mendukung percepatan penerapan SPAB yang holistik dan terintegrasi.

Kerjasama sebaiknya dijalin dari sebelum-saat dan sesudah terjadi bencana sehingga warga sekolah dapat berperan serta dalam membantu upaya pengurangan risiko bencana, maupun saat terjadi bencana, seperti yang diajarkan oleh tim safari SPAB dari SRPB Jawa Timur. [eBas/SeninPon-15082022]   

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


1 komentar:

  1. memberikan materi SPAB itu yang harus diingat adalah bagaimana warga sekolah yg terdiri dari guru, siswa, kasek dan staf TU memahami adanya potensi bencana di daerahnya yg bisa berdampak pada sekolahnya dan proes belajar mengajar, dan mampu berbuat sesuati sebelum, sesaat dan sesudah bencana untuk mengurangi risiko bencana.
    warga sekolah juga mampu berbuat untuk melakukan evakuasi mandiri saat terjadi bencana sebelum bantuan dari luar datang.
    juga tidak kalah penting warga sekolah mampu membantu proses PB saat tanggap bencana.

    ngunu jare kancaku

    BalasHapus