Jumat, 31 Januari 2025

DHAIKIN DAN TIMNYA MELAKSANAKAN PROGRAM SPAB

 Di awal tahun 2025, organisasinya Dhaikin mendapat kehormatan membantu menjalankan program SPAB ke beberapa sekolah yang terpilih/dipilih menjadi sasaran program. Untuk mempersiapkannya, Dhaikin dan kawan-kawan yang tergabung dalam Tim Fasilitator SPAB mengadakan koordinasi dengan  pihak sekolah yang menjadi sasaran. Ini penting agar dalam pelaksanaan nanti sekolah benar-benar siap dengan segala “Ubo rampenya”.

 Dhaikin sebagai ketua Tim memberi arahan kepada Belini, Nissin, Miwon, Sasa dan Tosa antar pihak yang terlibat., agar mengingatkan anggotanya untuk tampil lebih baik, sesuai hasil evaluasi kegiatan serupa tahun lalu, yang konon sedikit ada friksi antar pihak yang terlibat.

 “Kita harus tampil all out. Pertaruhannya adalah nama baik organisasi. Ini bukan sekedar fee yang akan didapat, namun sebuah kepercayaan dari para pihak,” Tandasnya.

 Masih kata Dhaikin, bahwa saat ini semangat berorganisasi agak mengalami penurunan gairah dikarenakan kesibukan pribadi, serta adanya faksi yang saling curiga dan tidak percaya karena  buntunya komunikasi. Sungguh suasana yang demikian itu tidak sehat dan harus segera dibenahi. Jangan malah dipelihara untuk melanggengkan kepentingan sendiri.

 Belini, salah satu anggota Tim yang berpengalaman mengusulkan agar tahun yang bershio ular kayu ini, kalau bisa juga melibatkan anggota Tim yang baru agar memiliki pengalaman sesuai janji saat mengikuti pelatihan fasilitator SPAB.

 “Jika memungkinkan tahun ini proses fasilitasinya dilakukan dengan metode tim teaching, agar semua ikut merasakan. Namun harus dikonsultasikan terlebih dulu, untuk kemudian disepakati bersama,” Ujarnya penuh harap,

 Apa yang dikatakan Belini, diamini oleh Sasa dan Tosa dengan sikap samikna wa atokna, yang penting dapat bagian dan selalu dilibatkan. Sebuah sikap defensif, diam manut grubyuk tanpa berani berkomentar. Jika semua bersikap defensif, maka proses demokrasi dapat dipastikan tidak berjalan dan program tidak transparan.

 Terkait dengan usulan Belini, mBakyu Miwon yang suka nasi rawon bilang, perlu ada penyegaran terlebih dulu terkait dengan fasilitasi untuk menyamakan frekwensi sehingga saat di lapangan tidak mengecewakan.

 Sungguh, semua usulan Belini dan mBakyu Miwon perlu dijadikan masukan demi kebersamaan agar tidak terjadi kecemburuan yang berujung pada kondisi yang kurang menyenangkan. Tentunya hal seperti ini akan berpengaruh kepada kekompakan, yang dapat mengurangi tingkat kepercayaan.

 Dhaikin sebagai ketua Tim, sangat paham akan hal itu. Sehingga perlu dibahas secara internal maupun dalam rapat koordinasi. Paling tidak, kepercayaan yang diberikan untuk melaksanakan program SPAB, harus dilaksanakan dengan penuh semangat sesuai uang termaktub dalam panca dharma relawan, yaitu Mandiri, Profesional, Solidaritas, Sinergi, dan Akuntabel. Walaupun pelaksanaannya tidak semudah membalikan ke dua tangan.

 Selamat ber-SPAB-ria, nikmati prosesnya, rasakan hasilnya dan jangan lupa, laporannya sebagai salah satu bahan pembelajaran bagi semua pengurus dan organisasi mitra dalam rangka saling menguatkan tanpa meninggalkan demi pemerataan kapasitas. Salam Tangguh . [eBas/Sabtu-01022025]

 

 

 

 

 

 

 

PEGIAT ALAM BEBAS TAK TAKUT HUJAN DERAS

 Konon, setiap musim penghujan, sering kali diikuti dengan terjadinya banjir, banjir bandang dan tanah longsor. Bahkan akhir-akhir juga disertai dengan angin puting beliung dan petir yang daya rusaknya lumayan besar.

 Untuk mengurangi terjadinya kecelakaan, pemerintah telah mengeluarkan himbauan agar dimusim penghujan ini para pegiat alam bebas mengurangi aktivitasnya di alam bebas. Himbauan yang tidak diikuti sanksi yang membuat jera. Sehingga tetap saja bumi perkemahan, hutan dan gunung tetap saja ramai oleh para pegiat alam bebas.

 Sementara, para pengelola bumi perkemahan dan jalur pendakian, juga tetap setia melayani para pegiat alam bebas yang akan melakukan aktivitasnya, yang penting mereka mentaati aturan yang ditetapkan. Khususnya membayar harga tiket masuk.

 Disamping itu, para pengelola juga percaya bahwa para pegiat alam bebas itu telah memiliki pengetahuan dan wawasan terkait dengan aktivitasnya, serta menguasai keterampilan yang diperlukan. Seperti pengetahuan tentang teknik survival, manajemen pendakian, kemampuan membaca peta, bidik kompas, navigasi, pertolongan pertama gawat darurat, bongkar pasang tenda, dan sebagainya.

 Dengan kapasitas yang luar biasa itulah, para pegiat alam tetap diperbolehkan untuk berkemah, dan melakukan pendakian. Termasuk pendakian model tek-tok yang saat ini sedang marak.

 Artinya, kapasitas para pegiat alam bebas itu sudah tidak perlu diragukan lagi dalam menjaga keselamatan diri. Disamping itu sebagai pegiat alam bebas juga sangat peduli terhadap pelestarian lingkungan alam yang dijadikan arena kegiatannya.

 Mereka, dengan penuh kesadaran dan kesukarelaannya ikut menjaga alam, melakukan penghijauan, baik dengan tanaman buah, tanaman tegakan, maupun tanaman produktif sesuai dengan kondisi setempat.

 Dengan kemampuan yang dimiliki, para pegiat alam bebas sering kali terlibat (dilibatkan) dalam operasi pencarian dan tertolongan jika terjadi petaka di hutan dan gunung, yang menimpa pegiat alam yang kurang persiapan (sembrono).

 Hebatnya lagi mereka juga rela “mengamankan” sampah yang ditemui disepanjang jalur pendakian dan di sekitar bumi perkemahan. Inilah bukti nyata bahwa para pegiat alam itu memang cinta lingkungan alam yang lestari dengan aneka flora dan fauna yang menyenangkan.

 Mereka juga melaporkan kepada pengelola jika menemui daerah yang berpotensi terjadi longsor jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi, tersumbatnya aliran sungai oleh batu besar maupun pohon roboh yang dapat menyebabkan banjir bandang. Termasuk melaporkan adanya perusakan/pencurian kayu dan satwa oleh oknum tertentu.

 Bahkan ketika terjadi hujan deras disaat berkemah maupun dalam perjalanan pendakian,  mereka tetap ceria menikmati keindahan alam dalam suasana basah dan dingin yang mencekam. Ya, mereka adalah manusia pilihan yang pantang menyerah. Sekali layar terkembang pantang surut kebelakang. Salam rimba, salam lestari.  [eBas/Jumat-31012025]  

 

 

 

 

 

 

Rabu, 22 Januari 2025

FORMALITAS SEBAGAI MEDIA SILATURAHMI ANTAR KOMUNITAS

 Dengan ini, Formalitas ( Forum Bersama Lintas Komunitas) Jawa Timur, mengundang rekan-rekan komunitas maupun pribadi untuk hadir dalam acara "Kopdar & Edukasi". Demikian sebagian bunyi dari flyer yang dibuat oleh pengurus untuk mengikuti agenda dua bulanan.

 Kali ini acaranya digelar di Warkop Songo Heritage, Prapen, Kecamatan Tenggilis Mejoyo, Surabaya. Pada hari Rabu (22/01/2025) malam, dalam suasana hujan intensitas sedang.

 Namun, ternyata rasa rindu untuk bertemu itu mengalahkan segalanya. Termasuk cuaca yang kurang mendukung karena musim hujan, anggota komunitas yang tergabung dalam formalitas, nekat datang memenuhi undangan, sekaligus melepas rindu antar sesama pegiat alam bebas.

 Ya, seperti diketahui bersama bahwa formalitas itu bukan nama sebuah komunitas. Namun keberadaannya itu merupakan wadah berkumpulnya berbagai komunitas untuk mempererat tali silaturahmi antar komunitas, sekaligus menjalin persaudaraan yang kuat untuk membangun kolaborasi yang bermanfaat.

 Formalitas juga sebagai ajang berbagi informasi dan cerita pengalaman dalam rangka memperkaya wawasan dan paseduluran. Dari situlah diharapkan akan muncul gagasan/ide untuk membuat kegiatan kolaboratif dalam rangka meningkatkan kapasitas untuk menunjang kegiatannya di bidang sosial kemanusiaan dan pelestarian lingkungan alam.

 Di dalam anggaran dasarnya, formalitas juga berperan sebagai katalisator yang memberi masukan saran dan usulan yang konstruktif kepada berbagai pihak terkait upaya pelestarian lingkungan alam. Serta memberikan edukasi dan sosialisasi kepada berbagai pihak tentang pentingnya membangun kesadaran terhadap upaya pelestarian lingkungan alam.

 Sebagai wadah bertemunya berbagai komunitas dengan segala keunikannya masing-masing, maka maju mundurnya keberadaan formalitas sangat bergantung dari partisipasi aktif anggotanya.  Untuk itu setiap anggota dipersilahkan memberi kritik saran masukan dan koreksi kepada pengurus agar tetap istiqomah dalam menjalankan amanah. Masukkan bisa lewat japri pribadi atau lewat grup whatsapp.

 Ada masukan yang dilontarkan malam itu, tentang perlunya kembali ke marwah awal berdirinya formalitas yang memberi manfaat kepada komunitas terkait dengan penguasaan keterampilan yang mendukung aktivitasnya di alam bebas. Seperti latihan prusiking, tali temali, vertical rescue, membaca peta, belajar navigasi dan lainnya.

 Ini  manfaatnya jelas tampak dan dirasakan. Bukan hanya, kegiatan anniversary, kopi darat, dan kemping ceria, yang seringkali abai terhadap kondisi lingkungan alam sekitar.

 Terkait dengan harapan kembali ke marwah pendirian awal formalitas, Bang Arul yang membawakan materi dulkelas, siap memfasilitasi tempat untuk peningkatan kapasitas dalam pelatihan. Tempat yang ditawarkan Bang Arul bukan kaleng-kaleng seperti yang sering dilakukan oleh Jamaah Lorong eduCation yang memanfaatkan Balai RT dalam berkegiatan.

 Tempatnya di Balai Pemuda. Lokasinya strategis di tengah Kota Surabaya. Tinggal bagaimana pengurus menjawab tawaran Bang Arul yang ingin mengembalikan marwah formalitas lewat sisi lain. Rencananya, untuk awal kegiatan, Bang Arul menawarkan pelatihan komunikasi radio (penggunaan Handy Talkie) untuk mendukung kegiatan di lapangan.

 Ada juga hal yang sangat penting untuk segera dibahas. Yaitu disamping membahas keberadaan anggaran dasar (anggaran rumah tangga belum disusun), serta pergantian pengurus formalitas yang sudah habis masa baktinya, dan perlu diadakan pemilihan ketua baru, atau tetap mempertahankan ketua lama untuk menjabat lagi.

 Namun semua itu perlu ada pembahasan khusus yang dihadiri oleh para ketua komunitas yang tergabung dalam wadah formalitas untuk membentuk tim formatus yang akan membuat aturan main pemilihan ketua baru. Termasuk mengubah atau menambah aturan yang ada di dalam anggran dasar.

 Sehingga semua kesepakatan yang diambil lewat musyawarah, tidak menyimpang dari anggaran dasar. Untuk itu tidak ada salahnya jika pengurus segera melakukan pendataan ulang kepada komunitas yang tergabung dalam wadah formalitas. Ini penting untuk mengetahui kapasitas, dan sarpras yang dimiliki. Sehingga akan memudahkan dalam hal koordinasi, pembinaan dan mobilisasi.

Sebelum kopdar malam ini disudahi dengan foto bersama sebagai upaya mendokumentasikan kegiatan, disampaikan pula bahwa salah satu cara untuk mendapatkan dana operasional, adalah dengan menjual souvenir, diantaranya berupa kaos, ganci, buff. Emblem dan baju lapangan, serta “Topi Muter” sebagai bentuk gotong royong untuk menambah inventaris yang yang mendukung kegiatan formalitas.

 Gerimis tengah malam mengiringi peserta kopdar meninggalkan Warkop Songo Heritage. Ada juga yang masih melanjutkan jagongan membahas rencana program formalitas ditahun 2025. seperti perbaikan anggaran dasar, pergantian pengurus, dan upaya mengembalikan marwah formalitas.

 Semua rencana itu baik. Tinggal siapa yang akan menjadi “dirigen” untuk mewujudkan rencana itu. Tentunya dengan dukungan semua pihak yang ada di dalam wadah formalitas, yang usianya sudah enam tahun. Sebuah usia yang “rawan perpecahan” karena kesibukan masing-masing aktivisnya yang harus memenuhi kewajibannya sebagai makhluk sosial. Salam Lestari. [eBas/Kamis-23012025 dini hari]

 

 

  

 

Minggu, 19 Januari 2025

TETAP ISTIQOMAH DALAM GERAKAN RESIK RESIK MASJID

 Sungguh istimewa kegiatan resik resik Masjid kali ini. Betapa tidak, Masjid Miftahul Huda di daerah Rangkah Buntu, kelurahan Rangkah, Kecamatan Tambaksari, Surabaya, yang menjadi sasaran Cak Mad dan kawan kawan mendapat dukungan pengurus Masjid dan warga sekitar, khususnya terkait logistik dan tenaga.

 Kegiatan yang dilaksanakan pada hari Minggu (19/01/2025) juga mendapat dukungan dari mahasiswa Universitas NU Surabaya (UNUSA) sejumlah 30 personil. Keikutsertaan mereka berkolaborasi dengan GRRM Surabaya itu dalam rangka melaksanakan program kerja pengabdian masyarakat terkait dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3).

 Semoga niat baik mahasiswa UNUSA ini tidak hanya menggugurkan kewajiban semata, setelah itu “plencing” hilang tanpa kesan karena kepentingannya sudah terpenuhi. Ya jangan sampai kegiatan yang diikuti pertama kalinya ini juga menjadi yang terakhir. Semoga setelah kegiatan ini, mahasiswa UNUSA tidak muntaber, mundur tanpa berita. 

 Disamping kehadiran mahasiswa jurusan K-3, ada hal yang istimewa. Yaitu, kegiatan ini menjadi penanda masuknya kembali kawan-kawan generasi awal, para pelaku kegiatan yang diberi nama Gerakan Bersih Masjid Surabaya.

 Mustofa Klewer, dalam postingannya bilang, Assalamualaikum Sahabat GRRM Surabaya, ijin share dokumentasi video perdana kegiatan kita yang diawalnya bernama Gerakan Bersih Masjid Surabaya. Alkhamdulilah  sekarang Berkembang dan berubah nama menjadi Gerakan Resik-Resik Masjid. Bismilah pengen istiqomah kembali.

 Selamat bergabung kembali di group habis gelap terbitlah terang. Monggo mas masku kita ramaikan lagi Gerakan Resik-Resik Masjid. Ojok sungkan-sungkan bertanya biar tidak salah paham,” Katanya sambil membagikan video perdana tentang aktifitas membersihkan Masjid karya Mas Fajar, dengan “caption” yang menyentuh nurani, sekaligus penyemangat gerakan.

 Semua anggota grup whatsapp Bumi Cadas Indonesia menyambut dengan gembira, karena personilnya akan semakin banyak, tentunya akan semakin kuat dan solid dalam berkegiatan. Syada, dalam komentarnya bilang, Mantaaaappp, Semoga makin indah gerakan ini

 Alhamdulillah, Semoga tahun 2025 membawa berkah bagi kita semua. GRRM Surabaya semakin solid dan Istiqomah. Aamiin…,” Ujar Achfandi yang sering bekerja di luar Kota.

 Ya, Disinilah, kita belajar bersama menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama melakukan kerja-kerja sosial kemanusiaan dengan penuh istiqomah agar mendapat berkah menuju Jannah.

 Ya, sekitar 50 personil tumplek blek di Masjid Miftahul Huda. Bergotong royong membersihkan bagian-bagian Masjid yang terjangkau oleh peralatan yang dimiliki. Bagitu juga pengurus Masjid, ikut menyingsingkan lengan baju, turut membersihkan lingkungan Masjid.

 Acara diakhiri dengan makan siang bersama, menunya nasi sayur sop, ditemani tahu, tempe, perkedel dan kerupuk. Sementara gorengan, air mineral, es teh, wedang jahe, dan kopi sangat melimpah, sumbangan dari berbagai pihak dengan konsep susu tante (sumbangan sukarela tanpa tekanan).

 Acara penutup berupa sambutan dari Cak Mad, selaku ketua rombongan, sekaligus menyampaian “souvenir” dari hamba Alloh, serta ucapan terima kasih dari takmir Masjid. kemudian berdoa bersama untuk keberkahan semua yang terlibat.

 Seperti biasanya, sebelum meninggalkan tempat, semua ikut “menyelamatkan” peralatan agar tidak tertinggal dan berfoto bersama sekaligus membuat video untuk mendokumentasikan semua aktifitas yang bermanfaat bagi sesama. Wallahu a’lam bishowab. [eBas/Minggu-19012025]

 

 

 

 

Minggu, 12 Januari 2025

ADA PODCAST DI BASECAMP LORONG EDUCATION

 Ceritanya, Alfin dan Ra Mamak mendapat tugas membuat podcast dalam rangka mendokumentasikan kegiatan yang berbau upaya pengurangan risiko bencana yang dilakukan oleh para aktor yang dianggap sebagai representasi elemen pentahelix.

 “enaknya siapa ya, yang layak ditampilkan di podcast yang “disutadarai” oleh Ra Mamak. Kalau aku menampilkan Jamaah LC, takut tidak disetujui,” Kata Alfin yang bertugas mencari aktor yang akan di undang untuk meramaikan podcast.

 Saya sebagai orang luar yang tidak terlibat dalam proyek podcast, mencoba membantu mencarikan sosok yang layak ditampilkan di podcast. Karena saya sudah kenal dengan Yeka Kusuma, maka sosok inilah yang saya tawarkan ke Alfin, dengan harapan disetujui.

 Rupanya Alfin agak ragu mengundang Yeka yang domisilinya di Kabupaten Malang, terkait dengan masalah honorarium seperti layaknya panitia mengundang nara sumber. Ya, Alfin sambat anggarannya minus.

 Dari pada “kepothokan dan kewirangan”, segera saya menghubungi Yeka lewat japri terkait dengan kegalauan Alfin yang sudah mengeluarkan dana pribadinya untuk nalangi acara podcast, agar layak untuk dibanggakan. (namun mengganggu kesehatan dompet Alfin).

 “siap, Sejak kapan awak dewe jaluk bayaran untuk SRPB,” Kata Yeka membalas japri saya.

 Hehe Yeka lupa bahwa podcast ini miliknya FPRB, bukan SRPB. Ya, wajarlah jika Yeka salah sebut. Karena Yeka memang pernah “membersamai” SRPB sejak awal. Termasuk yang mensupport lahirnya program ikonik SRPB yang bernama arisan ilmu nol rupiah.

 Sungguh, ngundang Yeka untuk ber-podcast-ria itu merupakan pilihan cerdas, dan tidak akan salah pilih. Hal ini mengingat kapasitas yang dimiliki, dan suka duka pengalaman pun pernah dijalani, sehingga layak untuk dijadikan ‘teman bicara’ sambil ngopi.

  Singkat cerita, hari minggu (12/01/2025) pagi, Yeka berdua istri naik mobil warna merah “merapat” di basecamp LC dengan penuh senyum seduluran. Gayanya tetap, tidak berubah dengan rokoknya. Hanya makin gemuk, terbukti perutnya semakin “mbangir” lambang kemakmuran dan kebahagiaan.

 Sebelum podcast dimulai, Ning Zada sebagai host, menyempatkan diri ngobrol tipis-tipis dengan Yeka tentang materi yang akan di obrolkan di depan kamera, yang dioperasikan Cak Toif, agar hasilnya optimal antara gambar dan suara. Sehingga layak dipublikasikan sebagai unggulan.

 Ya, karena Yeka punya segudang pengalaman di bidang kebencanaan dan tidak pelit untuk berbagi ilmu dan pengalaman, maka proses podcast pun berjalan sesuai harapan yang dirancang Alfin, Cak Toif dan Ra Mamak (dibelani ora turu).

 Ya tiga sekawan ini memang tidak diragukan lagi dedikasi dan loyalitasnya dalam menunaikan tugas. Mungkin, mereka menganggap bahwa tugas adalah ladang amal yang patut digapai dengan penuh semangat dan istiqomah.

 Kawan-kawan yang berkesempatan hadir di basecamp LC, sangat senang dapat bertatap muka langsung dengan Yeka yang banyak cerita untuk menambah wawasan, bahkan dari ceritanya, seringkali menginspirasi untuk membuat aksi.

 Istrinya, yang juga mantan aktivis mapala bilang, bahwa Yeka itu seperti perpustakaan berjalan yang kaya ilmu, dan pengalaman, untuk kemudian dibagikan kepada berbagai pihak. Makanya tidak aneh, jika Yeka banyak dikenal oleh berbagai kalangan.

 Adzan asar berkumandang diiringi rintik hujan. Makanan dengan menu sop, pepes pindang, ayam kecap dihidangkan Alfin dan Cak Bogank untuk dinikmati bersama. Sementara mBak Ratna yang datang membawa durian, minta gorengan iwak asin kesukaannya.

 Rupanya prinsip SMP (sudah makan pulang) diterapkan oleh semua yang hadir. Ra Mamak mohon diri pulang menuju Sampang, Cak Toif ke Sidoarjo, mBak Ratna ke Pasuruan, dan Yeka ke Malang.

 Semua pulang membawa kesan masing-masing. Satu harapan, agar pertemuan di basecamp LC bermanfaat sebagai ajang mempererat tali silaturahmi dalam arti sebenarnya, bukan slogan bombastis yang menguntungkan segelintir pihak.

 Kini basecamp LC telah sepi kembali. Pelan-pelan Alfin mulai merapikan dapur dengan membuang sampah, korah-korah  dan berbenah, termasuk mulai menata hati untuk mengajukan reimburse semua pengeluaran untuk suksesnya podcast, entah kepada siapa reimburse itu ditujukan.

 Sambil menikmati rokok kesukaannya, Pria yang masih jomblo ini mulai posting foto kegiatan podcast di grup whatsapp agar diketahui khalayak ramai bahwa di basecamp LC pernah ada kegiatan podcast yang melibatkan Pak Amin ITS, Ki Rebo direktur Surabaya Emergency Response, dan Bang Yeka dari Gimbal ALas sebagai nara sumber, dalam rangka memeriahkan hajatan nasional bulan pengurangan risiko bencana 2025, dimana Jawa Timur menjadi tuan rumah. [eBas/Senin-13012025]