Senin, 04 April 2016

La Subu Marafat, Sang Komandan Saka Widya Bhakti Budaya

Langkah besar yang di torehkan pamong belajar BPPAUDNI Regional Surabaya dalam menyambut rencana Kemendikbud memasukkan kegiatan kepramukaan sebagai pelajaran ekstra kurikuler, patut di acungi dua jempol. Ya, mereka jeli menangkap peluang dengan mengembangkan model pramuka saka widya bhakti.

Berbagai kegiatan untuk mewujudkan gagasan pun telah dilakukan dengan penuh dedikasi dan loyalitas, mulai dari menyusun model, mengujicoba model, mengundang pakar pramuka, mengadakan kursus mahir dasar, kursus mahir lanjutan dan mendatangkan Dirjen PAUDNI untuk meresmikan sekaligus upaya mempromosikan temuan yang spektakuler.

Hebatnya lagi, rintisan saka widya bhakti ini tidak melibatkan banyak pamong belajar yang berkantor di gebang putih sepuluh, karena memang mayoritas buta dengan apa itu pramuka, hanya beberapa orang saja yang tergolong pakar pramuka yang diberi tugas menanganinya. Sungguh sebuah dedikasi yang patut diberi penghargaan atas karya hebatnya.

Ya, sesungguhnyalah kegiatan pramuka itu bukan hanya bicara teori dan rapat koordinasi konsultasi semata, namun yang terpenting adalah bagaimana berbuat langsung di lapangan, berkarya dengan penuh kesukarelaan, mengedepankan nilai-nilai gotong royong dan kerjasama untuk mewujudkan aksi yang bermakna bagi perkembangan wawasan, keilmuan, keterampilan dan sikap sopan santun yang didasari oleh tri satya dan dasa dharma.

Kalau hanya ngomong doang, tidak perlu pakar pramuka, semua bisa, apalagi kalau hanya sekedar memberi nasehat, masukan, saran dan arahan yang berbunga-bunga, serta berkemah dengan bonus seragam kaos gratisan. Semua itu tergantung kebijakan dan kesamaan chemistry atasan dan bawahan (untuk tidak mengatakan berdasarkan Like and Dislike).

La Subu, adalah salah seorang pegiat pramuka dari SKB Gudo, Kabupaten Jombang, yang getol menguprak-uprak ketika pegiat saka widya bhakti loyo kehabisan gairah, seiring menipisnya dana pendukung. Saking kelewat semangatnya, La Subu disangka yang bertanggungjawab akan mati hidupnya konsep saka yang bergerak di bidang pendidikan nonformal. Salah satunya adalah menginspirasi munculnya kegiatan kumpul kumpul temu para pegiat pramuka saka widya bhakti.

Ya, dalam rangka mempertahankan eksistensi Saka Widya Bakti, maka Alumni Pendidikan dan Pelatihan Pamong Saka Dan Kursus Mahir di Bllessing Hills Trawas, Mojokerto, berinisiatif sendiri (tanpa campur tangan yang punya ide saka widya bhakti) mengadakan temu koordinasi dalam rangka penyusunan Program kerja di masing masing Daerah dan membentuk sebuah Komunitas yang diberi nama Komunitas Dewan Saka Widya Bakti (KDSWB) periode tahun 2013 s.d 2015.

Sungguh, seandainya mereka tidak aktif pasti saka widya bhati ini tinggal kenangan yang indah, karena penggagasnya sendiri sudah kehabisan bensin untuk meneruskan kelangsungan hidup model dengan ide-ide inovatifnya, sampai benar-benar dikenal oleh para penggila pramuka. Untung ada La Subu, yang punya nyali besar.

Dulu, kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 28 sampai 29 Maret 2013 di BPPAUDNI Regional Surabaya, diikuti oleh 31 orang. yang tersebar dari 14 Kwarcab di Jawa Timur, dengan niat satu, yaitu KDSWB bisa menampakkan kiprah dengan ciri khasnya, yang berbeda dengan keberadaan saka yang sudah ada, termasuk segera menentukan siapa induknya yang akan membina dan mendanai. Misalnya saka bhayangkara, jelas yang membina, mendanai dan melibatkan dalam tugas-tugas ke-lalu lintas-an adalah polisi. Begitu juga dengan saka-saka yang lain

Kegiatan yang di buka oleh Eko yunianto, Kepala Seksi Informasi BPPAUDNI Regional Surabaya, berjalan lancar penuh rasa keakraban sesuai nilai-nilai kepramukaan. Dalam pengarahannya, pria berbadan gendut ini mengatakan bahwa kegiatan ini diluar tanggung jawab Balai, namun Balai mendukung sepenuhnya asalkan demi eksistensi Saka Widya Bakti, Balai hanya menyediakan Penginapan dan bantuan konsumsi tanpa ada bantuan transport. Kawan kawan dari tim pengembang model pramuka tetap mengikuti dan akan didampingi oleh kak Lilik. Ujarnya penuh semangat.

Terkait dengan masalah transport, mereka sepakat mengamalkan salah satu kode etiknya, yaitu Rela Berkorban. “Prinsip kami adalah, ada atau tidak ada bantuan Dana, kami tetap melaksanakan temu koordinasi dalam rangka menjaga eksistensi Saka Widya Bakti di masa yang akan datang,”. kata La Subu, sebagai inisiator sekaligus ketua koordinator kegiatan. Sayang sikap rela berkorban kurang dimiliki oleh lainnya sehingga terkesan cuci tangan semua ketika tidak ada dananya.

Sungguh mulia semangat mereka, dan malulah rasanya jika tim pengembang model pramuka tidak ikut bersemangat mewujudkan model saka widya bhakti menjadi sebuah saka yang benar-benar diakui keberadaannya, termasuk direstui oleh pejabat yang nantinya bertanggungjawab membina dan mendanai. Ya, disini tidak ada untung rugi, yang berbicara adalah hati nurani, rasa keterpanggilan jiwa untuk berbuat demi kemanusiaan. La Subu beserta pasukannya telah membuktikan itu.

Pertemuan yang berlangsung ala kadarnya itu pun tetap penuh kegembiraan khas pramuka. Sesuai dengan semangat lagu Di sini Senang Di sana Senang, mereka pun menghasilkan kesepakatan yang akan dijadikan pegangan dalam menghidupkan semangat saka widya bhakti, yaitu; (a) Pembentukan Dewan Saka, (b) Perkemahan Penegak tingkat Jawa Timur pada bulan Desember 2013, (c) Perekrutan Anggota baru Saka Widya Bakti.

Mereka pun sepakat menyusun KDSWB periode 2013 2015, dimana. Mereka memilih La Subu sebagai Ketua, di damping Sekretaris, Istisaroh dari Kwarcab Nganjuk, Bendahara, Isdiyah Irowati dari Kwarcab pasuruan, Seksi PAUD, Sunarti dari Kwarcab Jombang, Seksi Kursus, Umar dari Kwarcab Malang Kota, Seksi Dikmas, Gofur dari Unesa Surabaya, Seksi Humas, Imam dari Mojokerto Kota.

Sebuah awal perjalanan telah dimulai dengan penuh kesadaran dan keswadayaan. Harapannya, semoga langkah kecil itu tidak menutup diri, namun bisa mengajak pamong belajar sebanyak-banyaknya untuk turut Cancut Tali Wondo, Rawe rawe Rantas Malang malang Putung mengembangkan konsep pramuka saka widya bhakti gagasan pamong belajar BPPAUDNI Surabaya yang pakar dibidang pramuka. Hal ini mengingat, jika nanti saka ini benar-benar diakui keberadaannya secara nasional, maka otomatis akan menjadi kebanggaan pamong belajar seluruh Jawa Timur.

Paling tidak, La Subu harus kreatif membuat kegiatan kepramukaan yang bisa diikuti oleh pamong belajar (dan penilik) yang belum kenal sama sekali dengan dunia pramuka. Sehingga akan muncul kader-kader baru yang akan meramaikan kiprah saka wadya bhakti di lapangan. Itulah mungkin tugas tambahan dari KDSWB yang dibidani oleh alumni PLS, IKIP Ujung Pandang, Sulawesi Selatan, yang sekarang sudah menetap di sebuah desa di kabupaten Jombang. Ya, tidak terlalu salah jika La Subu dikatakan sebagai relawan kemanusiaan.*[eBas]


3 komentar:

  1. Alangkah indahnya klo bisa terulang kembali, kak....

    BalasHapus
  2. mungkin tanpa keterlibatan kakak Lasubu, model saka ini kurang berkembang darena minimnya kreativitas pembinanya

    selamat kakak dan terimakasih

    BalasHapus
  3. Kak La subu Marafad Top Markotop tak iyeh

    BalasHapus