Langkah
besar yang di torehkan pamong belajar BPPAUDNI Regional Surabaya dalam
menyambut rencana Kemendikbud memasukkan kegiatan kepramukaan sebagai pelajaran
ekstra kurikuler, patut di acungi dua jempol. Ya, mereka jeli menangkap peluang
dengan mengembangkan model pramuka saka widya bhakti.
Berbagai
kegiatan untuk mewujudkan gagasan pun telah dilakukan dengan penuh dedikasi dan
loyalitas, mulai dari menyusun model, mengujicoba model, mengundang pakar
pramuka, mengadakan kursus mahir dasar, kursus mahir lanjutan dan mendatangkan
Dirjen PAUDNI untuk meresmikan sekaligus upaya mempromosikan temuan yang
spektakuler.
Hebatnya lagi, rintisan saka widya bhakti ini tidak melibatkan banyak pamong belajar yang berkantor di gebang putih sepuluh, karena memang mayoritas buta dengan apa itu pramuka, hanya beberapa orang saja yang tergolong pakar pramuka yang diberi tugas menanganinya. Sungguh sebuah dedikasi yang patut diberi penghargaan atas karya hebatnya.
Ya, sesungguhnyalah kegiatan pramuka itu bukan hanya bicara teori dan rapat koordinasi konsultasi semata, namun yang terpenting adalah bagaimana berbuat langsung di lapangan, berkarya dengan penuh kesukarelaan, mengedepankan nilai-nilai gotong royong dan kerjasama untuk mewujudkan aksi yang bermakna bagi perkembangan wawasan, keilmuan, keterampilan dan sikap sopan santun yang didasari oleh tri satya dan dasa dharma.
Kalau
hanya ngomong doang, tidak perlu pakar pramuka, semua bisa, apalagi kalau hanya
sekedar memberi nasehat, masukan, saran dan arahan yang berbunga-bunga, serta
berkemah dengan bonus seragam kaos gratisan. Semua itu tergantung kebijakan dan
kesamaan chemistry atasan dan bawahan (untuk tidak mengatakan berdasarkan Like
and Dislike).
La Subu, adalah salah seorang pegiat pramuka dari SKB Gudo, Kabupaten Jombang, yang getol menguprak-uprak ketika pegiat saka widya bhakti loyo kehabisan gairah, seiring menipisnya dana pendukung. Saking kelewat semangatnya, La Subu disangka yang bertanggungjawab akan mati hidupnya konsep saka yang bergerak di bidang pendidikan nonformal. Salah satunya adalah menginspirasi munculnya kegiatan kumpul kumpul temu para pegiat pramuka saka widya bhakti.
Ya, dalam rangka mempertahankan eksistensi Saka Widya Bakti, maka Alumni Pendidikan dan Pelatihan Pamong Saka Dan Kursus Mahir di Bllessing Hills Trawas, Mojokerto, berinisiatif sendiri (tanpa campur tangan yang punya ide saka widya bhakti) mengadakan temu koordinasi dalam rangka penyusunan Program kerja di masing masing Daerah dan membentuk sebuah Komunitas yang diberi nama Komunitas Dewan Saka Widya Bakti (KDSWB) periode tahun 2013 s.d 2015.
Sungguh,
seandainya mereka tidak aktif pasti saka widya bhati ini tinggal kenangan yang
indah, karena penggagasnya sendiri sudah kehabisan bensin untuk meneruskan
kelangsungan hidup model dengan ide-ide inovatifnya, sampai benar-benar dikenal
oleh para penggila pramuka. Untung ada La Subu, yang punya nyali besar.
Dulu, kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 28 sampai 29 Maret 2013 di BPPAUDNI Regional Surabaya, diikuti oleh 31 orang. yang tersebar dari 14 Kwarcab di Jawa Timur, dengan niat satu, yaitu KDSWB bisa menampakkan kiprah dengan ciri khasnya, yang berbeda dengan keberadaan saka yang sudah ada, termasuk segera menentukan siapa induknya yang akan membina dan mendanai. Misalnya saka bhayangkara, jelas yang membina, mendanai dan melibatkan dalam tugas-tugas ke-lalu lintas-an adalah polisi. Begitu juga dengan saka-saka yang lain
Kegiatan yang di buka oleh Eko yunianto, Kepala Seksi Informasi BPPAUDNI Regional Surabaya, berjalan lancar penuh rasa keakraban sesuai nilai-nilai kepramukaan. Dalam pengarahannya, pria berbadan gendut ini mengatakan bahwa kegiatan ini diluar tanggung jawab Balai, namun Balai mendukung sepenuhnya asalkan demi eksistensi Saka Widya Bakti, Balai hanya menyediakan Penginapan dan bantuan konsumsi tanpa ada bantuan transport. Kawan kawan dari tim pengembang model pramuka tetap mengikuti dan akan didampingi oleh kak Lilik. Ujarnya penuh semangat.
Terkait
dengan masalah transport, mereka sepakat mengamalkan salah satu kode etiknya,
yaitu Rela Berkorban. “Prinsip kami adalah, ada atau tidak ada bantuan Dana,
kami tetap melaksanakan temu koordinasi dalam rangka menjaga eksistensi Saka
Widya Bakti di masa yang akan datang,”. kata La Subu, sebagai inisiator
sekaligus ketua koordinator kegiatan. Sayang sikap rela berkorban kurang
dimiliki oleh lainnya sehingga terkesan cuci tangan semua ketika tidak ada
dananya.
Sungguh
mulia semangat mereka, dan malulah rasanya jika tim pengembang model pramuka
tidak ikut bersemangat mewujudkan model saka widya bhakti menjadi sebuah saka
yang benar-benar diakui keberadaannya, termasuk direstui oleh pejabat yang
nantinya bertanggungjawab membina dan mendanai. Ya, disini tidak ada untung rugi,
yang berbicara adalah hati nurani, rasa keterpanggilan jiwa untuk berbuat demi
kemanusiaan. La Subu beserta pasukannya telah membuktikan itu.
Pertemuan
yang berlangsung ala kadarnya itu pun tetap penuh kegembiraan khas pramuka.
Sesuai dengan semangat lagu Di sini Senang Di sana Senang, mereka pun
menghasilkan kesepakatan yang akan dijadikan pegangan dalam menghidupkan
semangat saka widya bhakti, yaitu; (a) Pembentukan Dewan Saka, (b) Perkemahan
Penegak tingkat Jawa Timur pada bulan Desember 2013, (c) Perekrutan Anggota
baru Saka Widya Bakti.
Mereka pun
sepakat menyusun KDSWB periode 2013 2015, dimana. Mereka memilih La Subu
sebagai Ketua, di damping Sekretaris, Istisaroh dari Kwarcab Nganjuk,
Bendahara, Isdiyah Irowati dari Kwarcab pasuruan, Seksi PAUD, Sunarti dari
Kwarcab Jombang, Seksi Kursus, Umar dari Kwarcab Malang Kota, Seksi Dikmas,
Gofur dari Unesa Surabaya, Seksi Humas, Imam dari Mojokerto Kota.
Sebuah
awal perjalanan telah dimulai dengan penuh kesadaran dan keswadayaan.
Harapannya, semoga langkah kecil itu tidak menutup diri, namun bisa mengajak
pamong belajar sebanyak-banyaknya untuk turut Cancut Tali Wondo, Rawe rawe Rantas Malang malang Putung
mengembangkan konsep pramuka saka widya bhakti gagasan pamong belajar BPPAUDNI
Surabaya yang pakar dibidang pramuka. Hal ini mengingat, jika nanti saka ini
benar-benar diakui keberadaannya secara nasional, maka otomatis akan menjadi
kebanggaan pamong belajar seluruh Jawa Timur.
Paling
tidak, La Subu harus kreatif membuat kegiatan kepramukaan yang bisa diikuti
oleh pamong belajar (dan penilik) yang belum kenal sama sekali dengan dunia
pramuka. Sehingga akan muncul kader-kader baru yang akan meramaikan kiprah saka
wadya bhakti di lapangan. Itulah mungkin tugas tambahan dari KDSWB yang
dibidani oleh alumni PLS, IKIP Ujung Pandang, Sulawesi Selatan, yang sekarang
sudah menetap di sebuah desa di kabupaten Jombang. Ya, tidak terlalu salah jika
La Subu dikatakan sebagai relawan kemanusiaan.*[eBas]
Alangkah indahnya klo bisa terulang kembali, kak....
BalasHapusmungkin tanpa keterlibatan kakak Lasubu, model saka ini kurang berkembang darena minimnya kreativitas pembinanya
BalasHapusselamat kakak dan terimakasih
Kak La subu Marafad Top Markotop tak iyeh
BalasHapus