<edi basuki>
Konon, bulan Ramadan adalah
bulan penuh berkah. Momentum tahunan yang disediakan Tuhan untuk umat
berlomba-lomba menebar kebaikan. Berbagai komunitas Relawan kemanusiaan pun
tidak ketinggalan. Mereka, bermodal kreativitas dan rasa kepedulian yang
tinggi, mengadakan kegiatan bagi-bagi takjil dengan penuh keikhlasan, semata
untuk mendapat ridho-NYA.
Jika dana dan personilnya tersedia, acara berbagi takjil
dilanjutkan dengan mendirikan posko lebaran untuk membantu pemudik istirahat.
sejenak melepas lelah di posko dengan fasilitas yang disediakan secara gratis. Inilah
ladang sodakoh bagi relawan yang punya kesempatan.
Apa yang dilakukan oleh komunitas relawan itu murni inisiatif
sendiri, murni kreatifitas sendiri dalam menggalang dana operasional untuk
pengadaan logistik buber, takjil dan pelayanan posko mudik. Mereka, dengan
sukarela mengorbankan waktunya untuk kerja-kerja kemanusiaan.
Dengan semangat suka cita dan gembira ‘mengamankan’ prosesi
mudik agar para pemudik selamat dalam perjalanan, aman dan nyaman sampai
tujuan. Disinilah tampak pinternya relawan menggali dan menggalang dana dari
masyarakat. Tidak semua relawan memiliki kepintaran seperti ini.
Sebuah pembelajaran yang berproses terus sepanjang bergiat di
dunia kerelawanan. Semoga Tuhan berkenan membalas kiprah relawan dengan pahala
yang berlimpah. Hal ini sesuai dengan ajaran yang mengatakan bahwa sebaik-baik
manusia, adalah yang bisa memberi manfaat bagi sesamanya.
Siapakah yang diuntungkan dengan kelakuan relawan siaga
mudik?. Jelas pemerintah, dalam hal ini yang terkait langsung dengan kegiatan
pengamanan ritual Ramadan dan mudik lebaran. Sungguh berdosa jika pemerintah
mengabaikan kelakuan para relawan. Mereka dengan suka rela membantu tanpa kenal
waktu.
Tak eloklah jika peran relawan hanya dipandang sebelah mata. Karena,
tanpa bantuan relawan, pastilah pemerintah akan “keponthal-ponthal”
melaksanakan tugasnya. Bahkan mungkin banyak kejadian yang tidak tertangani
karena terbatasnya personil, dan mungkin sarpras penunjangnya.
Sungguh, dibanyak peristiwa, relawan selalu tampil duluan
ketimbang pemerintah. Artinya, ada prosedur yang agak ‘mbulet’ yang harus
dilalui sebelum pemerintah turun ke lapangan. Misalnya, menunggu surat tugas,
menunggu dana operasional, serta perijinan lainnya.
Posko terpadu pun didirikan di beberapa titik strategis, yang
dianggap bisa menimbulkan kerawanan, kemacetan dan bahkan kecelakaan yang
memakan korban jiwa. Beberapa personil aparat ditemani relawan memantau keadaan
agar pemudik selamat sampai tujuan, untuk memeriahkan lebaran bersama sanak
keluarga dan sejawatnya.
Dengan terjalinnya koordinasi antar aparat pemerintah dan
relawan dalam posko terpadu mudik lebaran, diharapkan akan terbangun komunikasi
yang postif dan sinergi dalam melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan. Sehingga kedepan,
keberadaan relawan benar-benar menjadi mitra strategis dalam kegiatan peduli sesama.
Selamat berlebaran ketupat, mohon maaf lahir dan batin. Salam kemanusiaan.
[eBas]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar