Selasa, 06 Februari 2018

SEPENGGAL CATATAN SITUS KADIPATEN TERUNG DI SIDOARJO

Mungkin sudah waktunya pelajaran sejarah di semua jenjang pendidikan yang membahas tentang jaman kejayaan kerajaan beserta jejak peninggalannya di nusantara ini, direvisi. Dikaji ulang sesuai dengan penemuan artefak baru, juga bukti-bukti temuan baru yang akan melengkapi informasi tentang kebudayaan nusantara yang begitu kaya dan beragam.

Di berbagai daerah di Indonesia, yang dulunya berdiri kerajaan atau ‘Kota Penting’,. Banyak komunitas masyarakat peduli budaya, yang secara swadaya dan otodidak, mencoba melakukan penggalian di tempat-tempat tertentu yang dianggap situs bersejarah, peradaban masa lalu, hasil informasi dari berbagai pihak. Sesepuh desa, cerita dari mulut ke mulut, maupun hasil bisikan dan wangsit yang di dapat dari lelaku tirakat. 

Konon, banyak peradaban lama hilang. Diantaranya karena tertimbun oleh endapan dan bencana, juga terjadinya perluasan lahan untuk perumahan dan lahan pertanian dan perkebunan. Contohnya, seperti di Desa Terung Wetan, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo.

Katanya, komunitas yang peduli situs Kadipaten Terung adalah Lakon Jagat, Laskar Bala Setya, Garda Wilwaktita, Satriyo Puser Mojopahit, Pergerakan Pemuda Indonesia, dan Komunitas Sendang Urang Agung. Mereka bekerja secara swadaya dan saling mencari informasi dari berbagai sumber untuk menambah wawasan budaya masa lalu.

Ya, merekalah relawan pemerhati peninggalan kerajaan jaman mojopahit. Mereka berkolaborasi dengan kelompoknya Amien Widodo, dosen ITS yang peduli pada sejarah nusantara. Mereka berkonsentrasi pada penemuan artefak Terung berupa tumpukan batu bata kuno dan sebuah batu berbentuk buah manggis, serta beberapa sumur tua.

Bangunan itu memanjang, satu sisi nampak dari luar, sementara ujung sisinya masih terpendam dalam tanah. Di seputaran situs yang sedang digali, ada makam Raden Ayu Putri Ontjat Tondo Wurung dan makam Adipati Terung, yang berada di masjid kampung. 

Menurut Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan Jawa Timur, Kadipaten Terung dulu disebut-sebut sebagai kota Sidoarjo kuno. Mereka percaya bahwa Terung merupakan nama kadipaten yang sering disebut dalam  Babad Tanah Jawa ataupun kitab Negara kertagama.

Sayangnya, peran pemerintah, dalam hal ini BP3 trowulan, Jawa Timur, terkendala oleh aturan dan dana yang njelimet, sehingga kesulitan untuk menindak lanjuti situs yang ditemukan masyarakat. Sementara masyarakat sendiri, melalui berbagai komunitas, ketika akan berswadaya menuntaskan penggalian situs, terkendala status kepemilikan lahan dan biaya, tentunya.

Untuk itulah, melalui komunitas pemerhati peninggalan purbakala, juga Paguyuban Masyarakat Tangguh Indonesia Surabaya ini diharapkan bisa mengkomunikasikan situs-situs yang baru ditemukan, kepada khalayak ramai melalui berbagai media, termasuk melalui kelompok sadar wisata.

Hasil penggalian situs pun hendaknya didokumentasikan dan dijadikan bahan untuk diskusi, seminar, maupun sarasehan budaya. Kemudian dijadikan rekomendasi ke pihak-pihak terkait agar bisa dilanjutkan oleh pemerintah (siapa tahu).

Semoga penggalan catatan hasil kunjungan ke situs Kadipaten Terung, yang diinisiasi Kang Amien dan kawan-kawan itu ada tindak lanjutnya. Tentunya masing-masing peserta juga punya catatan kecil selama menikmati penggalan sejarah mojopahit, minggu kliwon (3/2).

Sungguh jika aneka catatan kecil itu di jadikan satu pasti akan muncul tulisan rasa nano-nano yang mengispirasi anggota MTI untuk dijadikan bahan diskusi sambil ngopi di kantornya Bu Dani.  Wallahu’alam bishowab. [eBas]
    









Tidak ada komentar:

Posting Komentar