Senin, 28 Oktober 2019

SUDAH WAKTUNYA SPAB MASUK PENDIDIKAN NON FORMAL


Di era milenial ini, bencana alam semakin sering melanda berbagai daerah dengan dampak yang merugikan kehidupan masyarakat yang terdampak. Sehingga diperlukan upaya bersama untuk menangani bencana. Paling tidak bisa mengurangi dampak yang ditimbulkan. Dengan kata lain, diperlukan upaya pemberdayaan masyarakat untuk mendorong gerakan sadar bencana, hal ini mengingat bahwa bencana itu bukanlah urusan pemerintah semata. Tapi menjadi urusan bersama seluruh masyarakat untuk menanggulangi bencana.

Salah satu upaya yang coba diperkenalkan adalah konsep satuan pendidikan aman bencana (SPAB). Sekolah aman bencana adalah sekolah yang menerapkan standar sarana dan prasarana serta budaya yang mampu melindungi warga sekolah dan lingkungan di sekitarnya dari bahaya bencana. Sementara fasilitas sekolah aman itu merupakan fasilitas gedung sekolah dan halaman sekitar memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, dan kemudahan. Termasuk kelayakan bagi anak berkebutuhan khusus, kenyamanan dan keamanan.

Sekolah aman ini merupakan bagian dari materi satuan pendidikan sekolah aman (SPAB), sebagai upaya pengurangaan risiko bencana secara mandiri oleh komunitas sekolah. Mereka itu terdiri dari unsur  kepala sekolah, staf tata usaha, pendidik, wakil peserta didik (anggota OSIS) dan anggota komite sekolah. Sehingga mereka dapat melakukan upaya penyelamatan sendiri sebelum bantuan datang.

Kegiatan ini juga sebagai upaya menemukenali potensi bencana yang ada di daerahnya. Hal ini penting, karena ada banyak ancaman bencana yang tersebar di seluruh wilayah jawa timur. Diantaranya seperti bencana banjir, tanah longsor, gempa, erupsi gunung berapi, kekeringan, kebakaran, angin puting beliung. Tentu penanganannya berbeda antara bencana satu dengan lainnya.

Bagaimana dengan satuan pendidikan nonformal (PAUD, PKBM, LKP) ?. Dengan banyaknya ancaman bencana, kiranya perlu membekali para pengelola dan pendidik satuan pendidikan nonformal dengan materi pengurangan risiko bencana sebagai upaya membangun ketangguhan dalam menghadapi bencana yang bisa terjadi sewaktu-waktu. Apalagi kebanyakan lembaga nonformal melayani perseta didik yang berdomisili di daerah rawan bencana. Sehingga punya kewajiban untuk mengingatkan adanya potensi bencana dan cana menanggulanginya.  
         
        “Paling tidak, dengan materi ini, peserta bisa mengimbaskan kepada sasaran didiknya agar mereka mengerti akan pentingnya sadar bencana,” Kata Mochamad Rosi, nara sumber dari Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC).

Untuk itulah BP-PAUD dan DIKMAS Jawa Timur, dalam kegiatan peningkatan kompetensi PTK PAUD DIKMAS melalui bimbingan teknis/orientasi bagi pengelola PAUD, memasukkan materi satuan pendidikan aman bencana yang dikaitkan dengan upaya mitigasi untuk mengurangi dampak bencana. Ini merupakan sebuah terobosan baru yang belum pernah dilakukan oleh BP-PAUD dan DIKMAS lainnya. Mungkin saja Balai lain juga melakukan tapi dalam bentuk lain. Harapannya semoga semua Balai juga melakukan sosialisasi pengurangan risiko bencana sebagai bentuk sumbangsihnya kepada upaya penanggulangan bencana.

Kegiatan ini diikuti oleh 60 peserta pengelola PAUD di seluruh Jawa timur, untuk menambah wawasan tentang upaya membangun kesiapsiagaan menghadapi bencana. Harapannya, sepulang dari kegiatan bimbingan teknis ini, peserta bisa mensosialisasikan satuan pendidikan aman bencana yang membahas tentang konsep sekolah aman bencana, manajemen bencana di sekolah, dan pendidikan pencegahan bencana.

Penyampaian materi SPAB ini disambut antusias oleh peserta. Apalagi saat nara sumber mengajak praktek membuat matrik jenis dan ragam ancaman di daerah, menentukan karakter ancaman dan penilaian risiko bencana, membuat rencana aksi untuk kesiapsiagaan sekolah menghadapi bencana serta membuat peta sekolah yang dilengkapi jalur evakuasi dan titik kumpul.

“Saya baru kali ini menerima materi kebencanaan. secara pribadi, saya  senang menerima materi satuan pendidikan aman bencana, karena ternyata penting mengenali potensi bencana yang ada di daerah saya, sehingga saya bisa mengurangi risiko bencana seminim mungkin,” Kata Ajeng Puspita, peserta dari Mojokerto.

Masih kata ibu berputera tiga ini, dirinya akan memberikan usulan kepada pengurus himpaudi kabupaten mojokerto agar melakukan sosialisasi tentang satuan pendidikan aman bencana kepada lembaga PAUD yang kebetulan di daerahnya ada potensi bencana yang bisa merusak bangunan PAUD beserta sara prasarana pendukungnya.

“Semuanya bisa dikurangi risikonya jika kita telah siap. Agar kita siap, maka upaya pengurangan risiko bencana harus menjadi gerakan massif agar masyarakat tumbuh kesadarannya akan pentingnya mengenali potensi bencana yang ada di daerahnya sekaligus bisa bergotong royong melakukan mitigasi secara mandiri. Ingat pesan nara sumber, kenali bahayanya, dan kurangi risikonya,” Katanya sambil membenahi tugas kelompoknya untuk dipresentasikan. [edibasuki/08123161763]
 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar