Sabtu
wage (26/10), di salah satu ruang rapat Dinas Kehutanan Jawa Timur, berbagai
komunitas peduli lingkungan alam, bertemu dalam rangka Ngobrol Tentang Hutan. Kegiatan
ini menghadirkan nara sumber dari pejabat di Dinas Kehutanan, Komunitas Nol
Sampah dan Komunitas Hutan itu
Indonesia.
Namanya saja
ngobrol tentang hutan, maka dalam salah satu slide, nara sumber menampilkan
pengertian hutan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungan yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
Sedangkan
hutan lindung diartikan sebagai kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah
banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara
kesuburan tanah.
Kegiatan ini
berupaya mengajak pesertanya untuk mencintai hutan dan mengerti permasalahan
yang membelit. Seperti masalah tutupan lahan dan hutan yang selalu berubah
karena kebijakan tata guna lahan dan hutan yang berubah sesuai ‘kepentingan’
tertentu. Ya, alih fungsi lahan/hutan saat ini menjadi ancaman dalam upaya
mempertahankan luasannya.
Disisi lain,
perlunya memberi edukasi kepada masyarakat sekitar hutan agar bisa melakukan
diversifikasi usaha tanaman yang menguntungkannya, sementara lingkungan hutan tetap
terjaga ekosistemnya.
“Pendampingan
kepada masyarakat sekitar hutan perlu dilakukan secara terus menerus sesuai
dengan kondisi sosial budaya yang melatari. Sehingga mereka yang berkesempatan
mendapat akses mengelola hutan, tidak hanya menanam tanaman semusim saja, tapi
juga mau menanam tanaman pokok untuk mempertahankan fungsi hutan,” Kata Mudji,
dari Relawan Sidoarjo saat rehat kopi.
Disamping
Kopi dan teh panas, kegiatan yang berlangsung interaktif ini diramaikan dengan nasi
bakar dan kudapan enak sekaligus mengenyangkan. Tersedia juga air galonan yang
bisa diisikan ke dalam tumbler masing-masing peserta sebagai upaya mengurangi
penggunaan gelas plastik.
Dalam slide
yang lain, menggambarkan data dari dinas kehutanan jawa timur yang mengatakan
bahwa upaya penanaman pohon di hutan belum optimal. Hal ini diantaranya disebabkan
oleh tingkat keberhasilan tanam yang rendah, kesejahteraan masyarakat sekitar
hutan banyak yang masih rendah, penanaman komoditas tanaman semusim menyalahi
aturan, bencana banjir dan longsor selalu mengancam saat musim hujan. Sementara
kekeringan dan kebakaran menjadi masalah tersendiri dimusim kemarau.
Kegiatan ini
juga bicara tentang Ekosistem Esensial (EE), yaitu Ekosistem di luar kawasan
konservasi yang secara ekologis penting bagi konservasi keanekaragaman hayati
yang mencakup ekosistem alami dan buatan yang berada di dalam dan di luar
kawasan hutan. Tentu semua ini dalam rangka upaya pelestarian lingkungan
sekitar beserta flora faunanya.
Sementara,
hutan mangrove dimaknai sebagai ekosistem yang tumbuh dan berkembang di daerah
pasang surut, terutama dipantai yang terlindung, laguna dan muara sungai yang
tergenang pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut, yang
komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap kadar garam yang tinggi.
Tidak nyangka,
ternyata mangrove itu paling tidak ada 19 jenis mangrove sejati dan 14 mangrove
ikutan. Fungsi dari hutan mangrove itu jelas untuk mencegah intrusi air laut,
melindungi garis pantai dari abrasi dan tsunami, tempat berpijah aneka biota
laut, tempat berlindung dan berkembang biak berbagai jenis burung, mamalia, reptil
dan serangga, menyediakan hasil hutan berupa kayu dan non kayu, pengembangan
wisata, penyerap polutan, dan arena penelitian dan pendidikan.
Sungguh, informasi yang didapat peserta dalam ngobrol tentang hutan
sangat banyak dan baru. Alangkah eloknya jika acara ngobrol bareng ini ada
kelanjutannya. Ya, paling tidak komunitas pemerhati lingkungan (seperti Pramuka saka Wana Bhakti) bisa bekerja
sama dengan dinas kehutanan untuk mengagendakannya tanpa harus mengganggu anggaran
program dinas kehutanan. Seperti mengadakan persami yang di dalamnya diisi dengan sarasehan tentang upaya pelestarian hutan dan sebagainya. Sungguh pasti akan menarik. Semoga. [eBas]
teman2 pecinta lingungan alam
BalasHapuskira2 bagaimana ya cara mengedukasi masyarakat pesisir pantai yg mayoritas bermata pencaharian sbg nelayan (tradisional), agar mereka :
1. MAU memelihara mangrove yg ada disepanjang bibir pantai
2. MAU mengambili sampah yg menyangkut di akan dan tunas mangrove
3. MAU mengambil botol dan gelas plastik yg ada di laut dan pantai utk dikumpulkan dan dijual ke pengepul sampah (lapak)
4. MAU mengolah ikan tangkapannya menjadi lebih bernilai ekonomi tinggi drpd langsung dijual ke tengkulak/pedagang
5. MAU membudidayakan tanaman buah dan daun mangrove dijadikan jajanan, sirup, minyak urut dan lainnya sbg pendapatan tambahan yg bisa mensejahterakan keluarganya,
menurut penelitian, berkurangnya sampah di laut/pesisir berdampak pada naiknya hasil tangkapan ikan/kepiting. ......