Konon, di
era revolusi industri 4.0 ini, semua masyarakat (termasuk relawan) diharapkan
semakin melek internet dan cerdas menggunakan androidnya untuk menunjang
mobilitas hidup ditengah-tengah masyarakatnya yang mulai mengalami pergeseran
di segala bidang kehidupan. Konon semua aktivitas sosial ekonomi semakin
dipermudah oleh digitalisasi yang serba berbayar secara online dan saling
menguntungkan tanpa mengedepankan perasaan, mengutamakan terjadinya
kesepakatan.
Di era
ini, mobilitas hidup bergerak begitu cepat seiring perubahan teknologi
informasi. Semua ini berdampak pada sikap hidup yang serba cepat dan cenderung
asik dengan dirinya sendiri, untuk kemudian enggan berinteraksi dengan
lingkungannya. Ya, dengan gadget ditangan, menjadikan yang jauh terasa dekat
dan yang dekat terasa semakin jauh. Makanya sekarang ini orang semakin pendiam
saat berkumpul di suatu tempat, bahkan ketika rapat. Karena semua asik
memainkan gadgetnya sambil manggut-manggut untuk menimbulkan kesan memperhatikan
dan mendengarkan.
Sekretariat
bersama relawan penanggulangan bencana jawa timur (SRPB JATIM) sebagai wadah berkumpulnya
organisasi relawan haruslah berperan serta dalam mensosialisasikan literasi
digital. Yaitu, bisa memanfaatkan gadget untuk mencari informasi tentang
kebencaanaan, sebagai upaya mengantisipasi potensi bencana yang sewaktu-waktu
terjadi di daerahnya dalam rangka mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh
bencana.
Kegiatan
rutinan Arisan Ilmu Nol Rupiah adalah program kerja nyata menstransfer informasi dan pengalaman untuk
memperluas wawasan relawan yang tergabung dalam wadah bentukan BPBD Provinsi
Jawatimur. Sehingga mumpuni dalam melaksanakan tugas kemanusiaan dibidang
kebencanaan. sekaligus bisa menjadi bekal manakala mendapat kesempatan
mengikuti sertifikasi relawan yang diselengarakan oleh LSP-PB secara gratisan.
Diluar itu semua kegiatan Arisan Ilmu Nol Rupiah merupakan media penguat
sekaligus perekat silaturahmi antar relawan milenial.
Ya, di
era revolusi industri 4.0 relawan harus meningkatkan kapasitasnya yang
bersinggungan dengan teknologi informasi berbasis internet. Semua itu agar
tidak tertinggal oleh jaman, ditinggal kesempatan yang semakin diperebutkan
secara ketat. Apalagi kedepan, upaya penanggulangan bencana semakin komplek
permasalahannya. Sudah selayaknyalah jika SRPB JATIM lebih sering menggelar
diskusi mencermati kebijakan dan kejadian bencana serta penanganannya.
Termasuk mencoba
membahas pesan-pesan yang ada di Kerangka Kerja Sendai untuk Pengurangan Risiko
Bencana 2015 – 2030, yang terkait dengan upaya mempromosikan kesiapsiagaan
untuk bencana sehari-hari, latihan respon dan pemulihan, termasuk latihan
evakuasi, pelatihan dan pembentukan sistem pendukung berbasis daerah, untuk
memastikan respon yang cepat dan efektif terhadap bencana dan terkait pengungsian,
termasuk akses ke tempat penampungan yang aman, makanan pokok dan pasokan
bantuan yang bukan makanan, yang sesuai dengan kebutuhan lokal.
Berkait
dengan pesan Sendai di atas, alangkah eloknya jika SRPB bisa mendorong
organisasi mitra untuk menggelar pelatihan yang melibatkan relawan lintas organisasi,
sebagai upaya meningkatkan kapasitas dan mempererat tali silaturahmi. Kemudian kasilnya
bisa dipublikasikan melalui media massa, atau pun sebagai bahan masukan untuk
penyusunan kebijakan.
Ya, di
dalam beberapa literature dikatakan saat ini kita sedang dalam masa bersejarah,
masa saat revolusi industri keempat sedang dibicarakan, dipersiapkan,
diperdebatkan, dan dimulai. Konon, jutaan pekerjaan lama yang semula mapan,
akan menghilang, dan jutaan pekerjaan baru yang tak terpikirkan sebelumnya akan
muncul. Era ini pun mengguncang tatanan
Ekonomi, Politik, bahkan budaya. Revolusi industri keempat akan menggilas
banyak orang, Apakah relawan juga akan ikut digilas revolusi?. Mari bersiap
diri agar tidak tergilas. Salam Tangguh, Salam kemanusiaan.
[eBas/RabuKliwon-111219]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar