Jumat, 29 November 2019

RAPAT KOORDINASI RELAWAN DI HOTEL ARCA TRAWAS


Seorang peserta dari Kota Blitar bilang bahwa, rapat koordinasi (rakor) yang digelar sekretariat bersama relawan penanggulangan bencana jawa timur (SRPB JATIM) kali ini adalah yang paling mewah untuk ukuran relawan. Salah satu indikatornya adalah menu makanan yang memenuhi  standar gizi dan snack yang disediakan oleh panitia sangat berlimpah dan mengenyangkan, sekaligus menyehatkan.

Pesertanya pun melebihi target yang ditetapkan. Datang dari berbagai penjuru jawa timur dengan satu tekat, mensukseskan gelaran rakor dengan penuh kekeluargaan. Kegiatan ini sebagai upaya melaporkan kiprah yang telah dilakukan oleh pengurus sekaligus memberi kesempatan kepada peserta rakor menyampaikan saran sekaligus solusi untuk meningkatkan mutu program di tahun depan pasca kongres 2020.

Sejatinyalah banyak program hasil kongres dan raker beberapa waktu yang lalu itu belum berjalan. Seperti tentang anggaran, dan pendataan organisasi relawan. Sementara kiprah nyata yang telah ditorehkan pengurus adalah menyelenggarakan kegiatan rutinan Arisan Ilmu Nol Rupiah.

Banyak sudah relawan yang merasakan manfaat dari kegiatan rutinan ini, khususnya sukses mengembangkan diri memperluas jejaring kemitraan. Hal ini sejalan dengan yel-yel SRPB JATIM, bersatu, bersinergi untuk peduli. (namun sayang, biasanya kalau sudah sukses, tiba-tiba dihinggapi penyakit mendadak lupa kepada  mitranya).

Ning Puspita, yang diserahi sebagai pengarah acara, selalu menghimbau agar masing-masing peserta menuliskan saran, masukan, dan gagasan kreatif untuk dijadikan bahan yang akan dibahas saat kongres nanti, dalam rangka penyusunan program. Sehingga kongres nanti tidak bertele-tele dan tidak engkel-engkelan. Cukup mendengarkan pertanggungjawaban pengurus, kemudian dilanjutkan pemilihan pengurus baru, dan membahas agenda kerja pasca terpilihnya pengurus baru.

Beberapa masukan yang berhasil dikumpulkan oleh Ning Puspita, diantaranya adalah perlunya peningkatan kompetensi relawan melalui berbagai pelatihan, masalah sertifikasi relawan, klaterisasi relawan agar tidak tumpang tindih saat di lapangan, ada wakil relawan yang dilibatkan dalam kegiatan BPBD, diajak melakukan sosialisasi pengurangan risiko bencana kepada masyarakat, khususnya mereka yang berdomisili di daerah rawan bencana, serta membangun selalu aktif kemitraan.

Begitulah sebagian kemeriahan rakor bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan dalam Penanggulangan Bencana bersama SRPB JATIM tahun 2019, tanggal 28 – 29 November 2019, di Hotel Arca, Trawas, Kabupaten Mojokerto. Kegiatan berjalan lancar dan menyenangkan peserta ini berkat dukungan penuh dari BPBD Provinsi Jawa Timur. tentunya hal ini tidak terlepas dari tumbuhnya rasa percaya BPBD kepada kinerja SRPB.

Untuk itulah, alangkah eloknya jika semua yang terlibat menjaga kepercayaan itu. Hal ini sejalan dengan penjelasan Sugeng Yanu saat memberi tausyiah, bahwa relawan itu harus mandiri, professional, soliditas/jiwa korsa yang tinggi, sinergi kemitraan, dan akuntabel.

“Relawan bisa membantu upaya pemenuhan kebutuhan dasar para penyintas sesuai kapasitasnya dan kebijakan posko induk,” Ujarnya meyakinkan sehingga peserta rakor terkesima mendengarkan sambil manggut-manggut.

Sugeng pun mengatakan bahwa teorinya, upaya penanggulangan bencana itu tidak boleh dicampuradukkan dengan masalah politik. Namun nyatanya, masih sering terjadi dengan berbagai gaya dan alasan sesuai dengan kepentingannya.

Sementara, angin segar pun dihembuskan oleh kepala pelaksana BPBD Provinsi Jawa Timur, bahwa suatu saat nanti SRPB akan diperkenalkan dengan gubernur jawa timur. peserta pun gemuruh bertepuk tangan penuh harap. Semoga informasi itu benar-benar bisa menjadi nyata. Untuk itulah mari berdoa bersama. Salam Tangguh. [eBas/catatan yg sempat tercatat/jum’at pon-29nov2019]  



    
 

8 komentar:

  1. 1. sudah seharusnyalah jika relawan itu paham perundangan dan peraturan ttg manajemen bencana, juga mengetahui cara dan pentingnya menyusun RPB, renkon, renops, jitupasna, dan sejenisnya
    2. relawan harus tahu bahwa menangani masalah bencana ini sangat komplek karena bersentuhan langsung dgn masyarakat yg memiliki budaya keyakinan yg beragam
    3. alangkah indahnya jika semua unsur pentahelix itu duduk bareng bersama-sama melakukan upaya PRB dan PB .....
    4. semoga ada pejabat bpbd yg ikut membaca sehingga bisa terinspirasi dalam menyusun anggaran berbasis pentahelix .....

    BalasHapus
  2. Salam Tangguh

    Terima kasih kami ucapkan kpda SRPB dan BPBD Jatim yg telah mengadakan dan melibatkan kami dalam kegiatan Rakoor Relawan PB ini,
    Sukses slalu SRPB dan semua mitra SRPB..

    BalasHapus
  3. Semangat pagi Relawan.
    Salam kemanusiaan,
    Salam tangguh,
    Salam lestari.
    Pada saatnya SRPB membumi dan amat sangat dibutuhkan keberadaannya oleh masyarakat tidak saja Jawa Timur namun nasional.
    "Cancut taliwondo, rawe-rawe rantas terhadap bencana apapun yg terjadi di negeri ini."
    Jangan terlena dg sikon nyaman, tetapi siapdi segala keadaan.
    BPBD dan SRPB Jatim sukses untukmu.

    BalasHapus
  4. Salam Tangguh..
    Memang sudah saatnya KITA melepas Kacamata Kuda kita.. Kita bisa lihat inilah INDONESIA RAYA.. bencana tidak serta merta di lokasi daerah tertentu..tapi bisa dipelosok titik tanah Indonesia..
    Marilah tetep bergandengan tangan.. Antara Pemimpin-Pelaksana-Penggembira dalam, menyusun, menata, melaksanakan suatu program..supaya bisa lebih baik utk jadi yang TERBAIK..

    BalasHapus
  5. Salam tangguh
    Semangat dan sukses untuk kita semuanya semoga lebih baik untuk kedepannya dan harapan baik kita dapat terwujudkan....
    Aamiin

    BalasHapus
  6. semoga tumblernya menjadikan kenangan yg terindah
    bahwa kita pernah bersama bercengkerama berbagi pengalaman dan informasi
    jika kalian merasa kangen dengan keakraban kita di hotel arva trawas, maka isilah tumblermu dan minumlah sepuasnya sambil berteriak salam tangguh bersatu bersinergi utuk peduli......

    BalasHapus
  7. Terkait mitigasi bencana, pejabat daerah diharapkan lebih inovatif. Salah satunya penggunaan dana desa untuk program pengembalian fungsi konservasi di kawasan yang rusak. (Ka. BNPB/kompas-131219)

    BalasHapus