Kalau
tidak salah, istilah masyarakat tangguh bencana itu muncul, pasca bencana
tsunami Aceh, erupsi Merapi, dan gampa Jogja, serta bencana lain yang susul
menyusul datangnya.
BNPB
dan BPBD, melalui programnya berusaha menumbuhkan kesadaran akan pentingnya
kesiapsiagaan menghadapi bencana. Khususnya masyarakat yang berdomisili di
kawasan rawan bencana. Upaya pencegahan itu dilakukan melalui mitigasi
struktural, maupun non struktural.
Seperti
diketahui, masyarakat merupakan penerima dampak langsung dari bencana, dan
sekaligus sebagai pelaku pertama yang langsung
merespon sebelum pihak lain datang. Bagaimanapun bencana alam tidak dapat dihindari
keberadaannya. Hal yang dapat dilakukan adalah meminimalisir dampak atau risiko
kalau bencana terjadi. Maka masyarakat perlu dibekali dalam konteks
pemberdayaan agar menjadi Tangguh
Istilah
tangguh, dalam kamus bahasa mempunyai arti sukar dikalahkan; kuat; andal tabah
dan tahan menderita dan kukuh. Sementara, istilah masyarakat tangguh bencana
menurut BNPB adalah masyarakat yang mampu mengantisipasi dan meminimalisir
kekuatan yang merusak, melalui adaptasi.
Mereka
juga mampu mengelola dan menjaga struktur dan fungsi dasar tertentu ketika
terjadi bencana. Jika terkena dampak bencana, mereka akan dengan cepat bisa
membangun kehidupannya menjadi normal kembali atau paling tidak dapat dengan
cepat memulihkan diri secara mandiri.
Dari
situlah kemudian muncul Desa Tangguh yang merupakan program Nasional/dari BNPB
(Perka BNPB 01/2012) dalam rangka mewujudkan Indonesia Tangguh. Masih menurut
BNPB, Program ini merupakan wujud tanggungjawab pemerintah terhadap
masyarakatnya dalam hal Penanggulangan Bencana.
Agar
Desa Tangguh itu benar-benar bisa tumbuh berkembang secara mandiri, pemerintah
pun, dalam hal ini BNPB dan BPBD mengadakan lomba Desa Tangguh sebagai upaya memotivasi masyarakat agar
secara mandiri membangun kesadaran, dan kesiapsiagaan menghadapi bencana dengan
memanfaatkan potensi lokal.
BNPB
dan BPBD pun kini semakin sering melakukan sosialisasi dan edukasi masalah
kebencanaan. Ini pun merupakan upaya mendorong tumbuhnya partisipasi, gotong
royong dan kebersamaan antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha, dalam
menghadapi bencana, agar dampak yang ditimbulkan bisa dikurangi.
Dalam
rangka membangun ketangguhan menghadapi bencana, BPBD Kabupaten Nganjuk, Jawa
Timur, bekerjasama dengan Yayasan PUSPPITA Surabaya, mengadakan program bimbingan teknis kesiapsiagaan dan mitigasi bencana
bagi pelajar. Kegiatan yang diselenggarakan pada hari rabu (22/3) di Gedung Olah Raga Kabupaten Nganjuk ini sebagai upaya memberi pemahaman terhadap konsep
penanggulangan bencana dengan materi-materi kebencanaan. Peserta pun dipameri
beberapa peralatan pendukung operasi penanggulangan bencana.
Dengan jargon,
‘Selalu Hadir Ditengah-tengah Rakyat’,
diharapkan peserta mendapat tambahan wawasan tentang kebencanaan, untuk
kemudian bisa menggugah kesadaran untuk terlibat membantu BPBD dalam upaya
penanggulangan bencana, baik saat pra bencana, tanggap bencana, dan pasca
bencana. Tentunya, kegiatan ini perlu ada tindak lanjutnya terkait dengan
peningkatan kapasitas masyarakat sebagai tenaga potensi yang bisa digerakkan
saat bencana datang.
Paling tidak,
tindak lanjut dari kegiatan ini adalah, BPBD bekerjasama dengan Dinas
Pendidikan, mengadakan kerja bakti membersihkan got/parit dan sungai dari
tumpukan sampah yang menyebabkan sedimentasi. Sehingga, air melimpas ke
mana-mana saat hujan lebat. Mengadakan gerakan penghijauan dan pembuatan bipori
sebagai bentuk mitigasi non structural,
menuju masyarakat tangguh bencana. [eBas]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar