Senin, 27 Maret 2017

NGANJUK MEMBANGUN MASYARAKAT TANGGUH BENCANA

Kalau tidak salah, istilah masyarakat tangguh bencana itu muncul, pasca bencana tsunami Aceh, erupsi Merapi, dan gampa Jogja, serta bencana lain yang susul menyusul datangnya.

BNPB dan BPBD, melalui programnya berusaha menumbuhkan kesadaran akan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana. Khususnya masyarakat yang berdomisili di kawasan rawan bencana. Upaya pencegahan itu dilakukan melalui mitigasi struktural, maupun non struktural.

Seperti diketahui, masyarakat merupakan penerima dampak langsung dari bencana, dan sekaligus sebagai pelaku pertama yang langsung  merespon sebelum pihak lain datang. Bagaimanapun bencana alam tidak dapat dihindari keberadaannya. Hal yang dapat dilakukan adalah meminimalisir dampak atau risiko kalau bencana terjadi. Maka masyarakat perlu dibekali dalam konteks pemberdayaan agar menjadi Tangguh

Istilah tangguh, dalam kamus bahasa mempunyai arti sukar dikalahkan; kuat; andal tabah dan tahan menderita dan kukuh. Sementara, istilah masyarakat tangguh bencana menurut BNPB adalah masyarakat yang mampu mengantisipasi dan meminimalisir kekuatan yang merusak, melalui adaptasi.

Mereka juga mampu mengelola dan menjaga struktur dan fungsi dasar tertentu ketika terjadi bencana. Jika terkena dampak bencana, mereka akan dengan cepat bisa membangun kehidupannya menjadi normal kembali atau paling tidak dapat dengan cepat memulihkan diri secara mandiri.

Dari situlah kemudian muncul Desa Tangguh yang merupakan program Nasional/dari BNPB (Perka BNPB 01/2012) dalam rangka mewujudkan Indonesia Tangguh. Masih menurut BNPB, Program ini merupakan wujud tanggungjawab pemerintah terhadap masyarakatnya dalam hal Penanggulangan Bencana.

Agar Desa Tangguh itu benar-benar bisa tumbuh berkembang secara mandiri, pemerintah pun, dalam hal ini BNPB dan BPBD mengadakan lomba Desa Tangguh  sebagai upaya memotivasi masyarakat agar secara mandiri membangun kesadaran, dan kesiapsiagaan menghadapi bencana dengan memanfaatkan potensi lokal.

BNPB dan BPBD pun kini semakin sering melakukan sosialisasi dan edukasi masalah kebencanaan. Ini pun merupakan upaya mendorong tumbuhnya partisipasi, gotong royong dan kebersamaan antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha, dalam menghadapi bencana, agar dampak yang ditimbulkan bisa dikurangi.

Dalam rangka membangun ketangguhan menghadapi bencana, BPBD Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, bekerjasama dengan Yayasan PUSPPITA Surabaya, mengadakan program bimbingan teknis kesiapsiagaan dan mitigasi bencana bagi pelajar. Kegiatan yang diselenggarakan pada hari rabu (22/3) di Gedung Olah Raga Kabupaten Nganjuk ini sebagai upaya memberi pemahaman terhadap konsep penanggulangan bencana dengan materi-materi kebencanaan. Peserta pun dipameri beberapa peralatan pendukung operasi penanggulangan bencana.

Dengan jargon, ‘Selalu Hadir Ditengah-tengah Rakyat’, diharapkan peserta mendapat tambahan wawasan tentang kebencanaan, untuk kemudian bisa menggugah kesadaran untuk terlibat membantu BPBD dalam upaya penanggulangan bencana, baik saat pra bencana, tanggap bencana, dan pasca bencana. Tentunya, kegiatan ini perlu ada tindak lanjutnya terkait dengan peningkatan kapasitas masyarakat sebagai tenaga potensi yang bisa digerakkan saat bencana datang.

Paling tidak, tindak lanjut dari kegiatan ini adalah, BPBD bekerjasama dengan Dinas Pendidikan, mengadakan kerja bakti membersihkan got/parit dan sungai dari tumpukan sampah yang menyebabkan sedimentasi. Sehingga, air melimpas ke mana-mana saat hujan lebat. Mengadakan gerakan penghijauan dan pembuatan bipori sebagai bentuk mitigasi non structural, menuju masyarakat tangguh bencana. [eBas]
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar