Sebentar
lagi Surabaya memasuki musim kemarau. Biasanya, seperti tahun-tahun yang lalu,
ancaman kebakaran sangat menonjol diberbagai sudut Kota. baik itu lingkungan
perumahan, perkampungan, lahan kosong, maupun pabrik. Biasanya kebakaran itu
dipicu oleh hal yang sepele, seperti membuang puntung rokok atau membakar
sampah seenaknya. Sebuah perilaku yang kurang bertanggungjawab.
Bagaimana
dengan taman harmoni yang berada di timur kota Surabaya dan pernah dikunjungi
Megawati ?. Taman yang menempati areal bekas tempat pembuangan sampah itu
sangat rawan kekeringan, karena air tanahnya tertutup sampah sehingga
diperlukan upaya penyiraman yang serius agar tanaman tidak kurus dan pupus tak
terurus.
Begitu
juga saat kemarau menyapa kota, biasanya tumbuhan yang ada di jalur pedestrian dan
taman kota ikut meranggas, kering menguning untuk kemudian mati karena
terlambat disirami. Untuk itulah taman kota harus dirawat agar hijauan
kerindangannya yang indah tetap bertahan member manfaat sampai nanti datang
musim penghujan.
Ya, keindahan
taman juga bergantung pada perilaku manusianya. Artinya, salah satu sumber
kerusakan taman kota terbesar adalah tingkah laku manusia. Mereka
seenaknya berswafoto dengan menginjak tanaman dan memetik bunga guna
mempercantik penampilan.
Untuk
itulah pengelola taman perlu memasang rambu larangan merusak tanaman. Disamping
pemasangan rambu-rambu, masyarakat penikmat taman (pengunjung) pun perlu di
edukasi tentang upaya yang dapat dilakukan dalam menjaga taman kota, yakni
dengan cara tidak merusaknya seperti mematahkan, mencabut dan lainnya karena
akan menghambat pertumbuhan serta perkembangan tanaman itu. Sukur-sukur jika
diantara penikmat taman juga mau menyambang bibit dan pupuk tanaman sebagai
bentuk kepedulian terhadap keberadaan taman kota.
Taman
kota hendaknya juga berfungsi sebagai tempat belajar bagi masyarakat. Dimana,
keberadaannya menjadi tempat bersosialisasi saling tukar informasi, disamping menjaga
kebugaran dengan berolahraga memanfaatkan fasilitas yang ada, ngobrol sesama
teman, maupun belajar tentang pentingnya upaya pelestarian lingkungan.
Artinya, disamping
adanya berbagai papan informasi dan papan petunjuk, tentunya, dijaman digital
ini, dimana internet sudah menjadi kebutuhan hidup jaman now, tidak ada
salahnya jika pengelola taman, termasuk Taman Harmoni Keputih, memasang
fasilitas wifi yang tidak lemot sebagai ‘daya
tarik’ agar masyarakat betah
berlama-lama di taman.
Dengan
tersedianya fasilitas internet, tentu akan memudahkan masyarakat untuk menambah
pengetahuan dan wawasannya, hasil ‘bercengkerama’
dengan mbah Google. Termasuk membuka kesempatan kepada masyarakat untuk belajar
berusaha melalui bisnis online, mempromosikan daerah keputih dengan segala
potensinya.
Tidak
kalah pentingnya, di sudut Taman Harmoni, jika memungkinkan perlu disediakan
Gazebo. Dimana, didalamnya tersaji aneka buku bacaan yang bisa dinikmati oleh
pengunjung taman secara gratis. Ini penting untuk mendukung gerakan literasi.
Tentuya bekerjasama dengan komunitas relawan pendidikan nonformal dan dinas
perpustakaan daerah.
Jika
melihat luasnya Taman Harmoni, tampaknya masih memungkinkan untuk dibangun
Gazebo Literasi dengan luas yang memadai. Tinggal bagaimana kebijakan
pemerintah Kota Surabaya untuk melengkapi keberadaan Taman Harmoni yang
digadang-gadang sebagai taman terluas di asia.
Sungguh menyenangkan
jika Taman Harmoni dipenuhi berbagai tanaman yang berfungsi sebagai paru-paru
kota, juga fasilitas olah raga dan Gazebo Literasi, sekaligus tempat yang
nyaman untuk belajar tentang pelestarian lingkungan. Semoga pengurus Karang
Taruna binaan Kelurahan Keputih, bisa segera mendayagunakan keberadaan Taman Harmoni. Salam
lestari, salam literasi, terus menginspirasi. [eBas/minggu pon].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar