Sabtu, 12 Mei 2018

MENJAGA HIJAUAN TAMAN HARMONI SURABAYA


Sebentar lagi Surabaya memasuki musim kemarau. Biasanya, seperti tahun-tahun yang lalu, ancaman kebakaran sangat menonjol diberbagai sudut Kota. baik itu lingkungan perumahan, perkampungan, lahan kosong, maupun pabrik. Biasanya kebakaran itu dipicu oleh hal yang sepele, seperti membuang puntung rokok atau membakar sampah seenaknya. Sebuah perilaku yang kurang bertanggungjawab.

Bagaimana dengan taman harmoni yang berada di timur kota Surabaya dan pernah dikunjungi Megawati ?. Taman yang menempati areal bekas tempat pembuangan sampah itu sangat rawan kekeringan, karena air tanahnya tertutup sampah sehingga diperlukan upaya penyiraman yang serius agar tanaman tidak kurus dan pupus tak terurus.

Begitu juga saat kemarau menyapa kota, biasanya tumbuhan yang ada di jalur pedestrian dan taman kota ikut meranggas, kering menguning untuk kemudian mati karena terlambat disirami. Untuk itulah taman kota harus dirawat agar hijauan kerindangannya yang indah tetap bertahan member manfaat sampai nanti datang musim penghujan.

Ya, keindahan taman juga bergantung pada perilaku manusianya. Artinya, salah satu sumber kerusakan taman kota terbesar adalah tingkah laku manusia. Mereka seenaknya berswafoto dengan menginjak tanaman dan memetik bunga guna mempercantik penampilan.

Untuk itulah pengelola taman perlu memasang rambu larangan merusak tanaman. Disamping pemasangan rambu-rambu, masyarakat penikmat taman (pengunjung) pun perlu di edukasi tentang upaya yang dapat dilakukan dalam menjaga taman kota, yakni dengan cara tidak merusaknya seperti mematahkan, mencabut dan lainnya karena akan menghambat pertumbuhan serta perkembangan tanaman itu. Sukur-sukur jika diantara penikmat taman juga mau menyambang bibit dan pupuk tanaman sebagai bentuk kepedulian terhadap keberadaan taman kota.

Taman kota hendaknya juga berfungsi sebagai tempat belajar bagi masyarakat. Dimana, keberadaannya menjadi tempat bersosialisasi saling tukar informasi, disamping menjaga kebugaran dengan berolahraga memanfaatkan fasilitas yang ada, ngobrol sesama teman, maupun belajar tentang pentingnya upaya pelestarian lingkungan.

Artinya, disamping adanya berbagai papan informasi dan papan petunjuk, tentunya, dijaman digital ini, dimana internet sudah menjadi kebutuhan hidup jaman now, tidak ada salahnya jika pengelola taman, termasuk Taman Harmoni Keputih, memasang fasilitas wifi yang tidak lemot sebagai ‘daya tarik’  agar masyarakat betah berlama-lama di taman.

Dengan tersedianya fasilitas internet, tentu akan memudahkan masyarakat untuk menambah pengetahuan dan wawasannya, hasil ‘bercengkerama’ dengan mbah Google. Termasuk membuka kesempatan kepada masyarakat untuk belajar berusaha melalui bisnis online, mempromosikan daerah keputih dengan segala potensinya.

Tidak kalah pentingnya, di sudut Taman Harmoni, jika memungkinkan perlu disediakan Gazebo. Dimana, didalamnya tersaji aneka buku bacaan yang bisa dinikmati oleh pengunjung taman secara gratis. Ini penting untuk mendukung gerakan literasi. Tentuya bekerjasama dengan komunitas relawan pendidikan nonformal dan dinas perpustakaan daerah.

Jika melihat luasnya Taman Harmoni, tampaknya masih memungkinkan untuk dibangun Gazebo Literasi dengan luas yang memadai. Tinggal bagaimana kebijakan pemerintah Kota Surabaya untuk melengkapi keberadaan Taman Harmoni yang digadang-gadang sebagai taman terluas di asia.

Sungguh menyenangkan jika Taman Harmoni dipenuhi berbagai tanaman yang berfungsi sebagai paru-paru kota, juga fasilitas olah raga dan Gazebo Literasi, sekaligus tempat yang nyaman untuk belajar tentang pelestarian lingkungan. Semoga pengurus Karang Taruna binaan Kelurahan Keputih, bisa segera mendayagunakan keberadaan Taman Harmoni. Salam lestari, salam literasi, terus menginspirasi. [eBas/minggu pon].


Tidak ada komentar:

Posting Komentar