Kamis, 26 Agustus 2021

JEMBATAN PEDULI NEGERI KARYA RELAWAN

Belum hilang rasa lelah, belum terobati capeknya, bahkan belum sempat pulang untuk bertemu keluarga yang menunggu dirumah, setelah ditinggal sekitar 1 (satu) bulan, mereka harus mampir dulu ke sebuah Desa di kabupaten Nganjuk.

Ya, mereka, Tim Relawan dari Daarul Tauhid Peduli (selanjutnya disingkat DT Peduli), langsung menuju ke lokasi yang sangat membutuhkan jembatan untuk menyeberangi Sungai Kuncir, di Desa Cepoko, Kecamatan Berbek, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, untuk pengamatan awal.

Seperti berita yang sempat dimuat di beberapa media lokal, beberapa waktu yang lalu, bahwa di Desa tersebut ada 2 (dua) Dukuh/Dusun yang terputus oleh sungai, dan tidak ada jembatan penghubung. Yaitu Dukuh Bayeman dengan Dukuh Tahunan.

Masyarakat Dukuh Tahunan harus menyeberangi sungai dengan susah payah untuk berinteraksi dengan daerah lain. Termasuk ketika harus Sholat Jum’at ke Dukuh Bayeman. Bukan hanya itu, mereka juga harus memikul keranda mayat dengan menyeberangi sungai jika akan memakamkan jenasah warga yang meninggal dunia.

Artinya, keberadaan jembatan sangatlah dibutuhkan oleh warga setempat. Bukan hanya untuk mobilitas ekonomi warga saja yang diuntungkan dengan adanya jembatan. Beberapa oknum pun juga turut menikmati keberadaan jembatan untuk melancarkan aksinya.

Berita tentang kondisi ini sampai juga ke teman-teman relawan DT Peduli cabang Surabaya, sehingga dimasukkan menjadi rencana program Jembatan Peduli Negeri berikutnya. Ketika rencana ini sedang dalam pembahasan, ternyata bertepatan dengan kepulangan Tim Jembatan Peduli Negeri dari Samarinda, Kalimantan Selatan setelah menyelesaikan program yang sama yaitu Jembatan Peduli Negeri disana.

Tanpa menunggu lama-lama, rencana ini langsung disampaikan kepada relawan yang dalam perjalanan pulang dari Kalimantan menuju ke Jawa Barat, yang kebetulan rencananya menyeberang ke Tanjung Perak, Surabaya.

“Jangan pernah lelah untuk berbuat baik”, rupanya semangat ini masih tetap melekat di jiwa teman-teman relawan, ini dibuktikan dengan mengabulkan permintaan dari Relawan DT Peduli Surabaya untuk mampir ke Nganjuk, melakukan survey lokasi yang sangat membutuhkan jembatan penghubung antar 2 (dua) dukuh/dusun tersebut.

Sabtu (21/8/2021) malam, sekitar pukul 22:00 WIB, kabar rencana survei lokasi di Nganjuk ini disampaikan juga kepada penulis, yang kebetulan juga relawan kebencanaan dan sering bersinergi dengan mereka, di beberapa lokasi bencana alam di Indonesia.

Tanpa pikir panjang penulispun menyanggupi untuk menemani survei besuk pagi, sekaligus ajang temu kangen diantara kami para relawan untuk mempererat tali silaturahmi, sambil ngopi berbagi informasi.

Minggu (22/8/2021), pukul 10:15 WIB rombongan Relawan DT Peduli  yang berjumlah 10 (sepuluh) orang yang terdiri dari 5 (lima) orang yang dari Kalimantan, ditambah 5 (lima) orang dari Kantor Cabang Surabaya.

Sesampai di Balai Desa Cepoko, langsung menghubungi Kepala Desa Cepoko, untuk menyampikan rencana-rencana tersebut. Bapak Kholid Iskandar sebagai Kepala Desa sangat terkejut, sekaligus senang mendengarkan rencana yang disampaikan oleh Kepala Bagian Program DT Peduli Cabang Surabaya, Mas Bayu.

“Kok tidak ada pemberitahuan sebelumnya pak, sungguh kami sangat senang dan sekaligus kaget...” Ujar Pak Kades.

Menurutnya, sudah beberapa kali mereka mengajukan ke pemerintah, dan sudah beberapa kali disurvei, tapi belum direalisasi dengan berbagai alasan yang tidak dipahami oleh warga.

Hal ini juga dibenarkan oleh beberapa warga yang sempat temui di tepi sungai, saat peninjauan lapangan.

“sudah sekitar 20 tahun lebih jembatan disini rusak, terakhir ada sekitar tahun 1995, itupun jembatan bamboo. Mudah-mudahan bisa direalisasikan ya pak...” Kata warga dengan penuh harap.

Sekitar 2 jam Tim Relawan DT Peduli ditemani Kepala Desa Cepoko dan beberapa warga melakukan pengecekan di bantaran sungai, menyeberangi sungai ke Dukuh sebelah dan juga menerbangkan Drone untuk mengecek kondisi sekaligus mengukur lebar sungai.

Perlu diketahui bahwa jarak Balai Desa dan Kantor Desa Cepoko dengan sungai tempat penyeberangan yang disurvei tadi hanya sekitar 500 meter.

Setelah dirasa cukup data terkumpul, tim kembali ke Balai Desa Cepoko untuk sedikit membahas hasil survei dan kemungkinan-kemungkinan realisasi jembatan bersama Kepala Desa dan beberapa perangkat desa yang sudah menunggu di Balai Desa.

Kopi Panas dan jajanan ala Desa telah terhidang. Suasana akrab bersahabat itu, memudahkan kedua belah pihak membangun komunikasi untuk mencapai kesepahaman, bahwa jembatan itu perlu segera diwujudkan.  

“Mudah-mudahan bisa segera dibuatkan jembatan ya pak...” ujar salah satu perangkat desa yang tidak mau disebut namanya, sambil menyeruput kopi.

“Inshaallah... mudah-mudahan pak” jawab Kang I’ip, salah satu relawan DT Peduli yang juga komandan lapangan Jembatan Peduli Negeri yang asli orang Sunda, Bandung, Jawa Barat. Nama lengkapnya Saeful tersebut.

“Aamiin...” kompak semua menjawab seolah dikomando.

“Tergantung menunggu keputusan Mas Bayu...” tambah Kang I’ip, sambil menengok ke Mas Bayu, selaku bagian program DT Peduli Cabang Surabaya.

“Kami susun Rencana Anggaran dulu, dan kami juga sangat berharap jembatan ini segera bisa kami kerjakan” Tegasnya.

Obrolan diakhiri dengan makan siang bersama diwarung pinggir sawah yang berjarak sekitar 1 km dari Balai Desa Cepoko.

“Mohon ma’af di sini adanya cuman warung begini...” kata Pak Kholid, disela-sela kami menikmati Nasi Lodeh lauk Tahu dan Telur Ceplok.

“Sambelnya kurang nih...” celetuk Kang I’ip yang asli Sunda dan terkenal suka sambel pedas dan lalapan.

“Hati-hati kang... salam buat temen-temen di Bandung” kata-kata penutup yang penulis teriakan ke Kang I’ip dan kawan-kawan yang memang sudah sangat akrab dengan kami.

“Siap... CERIAKAN”  Jawaban khas Kang I’ip yang selalu terlontar dari mulutnya maupun postingannya di Media sosial.

Perpisahan itu pun memunculkan harap, agar  Jembatan Peduli Negeri karya relawan sepanjang kurang lebih 70 meter, yang akan menghubungkan ke dua Dusun di Desa Cepoko, Kecamatan Berbek, Kabupaten Nganjuk tersebut bisa cepat terealisasi. Aamiin.

Semoga apa yang digagas relawan kemanusiaan ini (tanpa embel-embel kepentingan tertentu), tidak mendapatkan kendala yang berbau kepentingan tertentu. Termasuk perijinan dan sejenisnya yang kemudian berujung pada kompromi KUHP. Wallahu a’lam bishowab. [*]

 

Penulis : DD, PPWI (Persatuan Pewarta Warga Indonesia),

Relawan CORrE (Community Of Rapid Response Emergency). 

1 komentar:

  1. tetap semangat Bang Dereck
    ayo eksekusi gagasan sampiyan kemarin itu, relawan pasti akan menyambut dengan tangan terbuka

    BalasHapus