Rabu, 05 Januari 2022

KETIKA RELAWAN DILECEHKAN DEMI SEBUAH KONTEN

Beberapa waktu yang lalu, sempat beredar video di mana dua orang relawan yang berusaha mengingatkan warga agar tidak mendekati lokasi lahar dingin Semeru, tidak diperhatikan, bahkan ditertawakan. Alasannya, mereka sudah paham potensi Semeru karena sudah lama hidup di sana.

Bahkan ada seorang pria yang katanya sebagai youtubers, melecehkan ke dua relawan dengan kata-kata yang merendahkan. Sungguh menyakitkan. Hanya demi konten video, si oknum tega mempermalukan relawan yang berusaha mengingatkan.

“Apakah pantas seorang pegiat media bersikap seperti itu terhadap relawan?. Mentang-mentang orang lokal, seenaknya saja bersikap demikian. Bukannya berterima kasih malah melecehkan relawan,” Kata Cak Alfin dalam postingannya yang disebar kemana-mana.

Pria yang setia menjaga Pos bersama Forum PRB di Candipuro ini juga mencoba mengundang si oknum untuk ngopi di sebuah Cafe, bersama relawan yang masih bertahan di lokasi.

Namun rupanya si oknum bernyali kecil sehingga tidak berani mempertanggungjawabkan perbuatannya yang melecehkan relawan. Si oknum hanya minta maaf secara online lewat media sosial, dan menganggap semua selesai. (akhirnya si oknum mau meminta maaf secara langsung di depan forkompimda dan perwakilan relawan dengan membuat pernyataan tertulis di atas materai)

“Katanya paham tentang Semeru, tapi kenapa dua relawan anak buahnya meninggal di sana?. Kasus syuting film terpaksa menikahi tuan muda (TMTM) belum tuntas, sudah muncul kasus serupa,” tambahnya lagi.

Senada dengan Cak Alfin, Kang Hudas, relawan senior dari daerah Kertosono, dalam postingannya mengajak si oknum untuk bertemu, mengklarifikasikan ucapannya yang sempat viral.

“Jangan kamu anggap sepele perkataanmu coy. Urusan ini belum selesai cuma dengan kata maafmu. Temui aku dan teman-teman relawan yang turun langsung di Semeru, baru semua bisa clear,” Tulis Kang Hudas di laman Facebooknya.

Ya, ternyata bencana awan panas guguran Gunung Semeru di akhir tahun 2021, banyak memberi pelajaran kepada kita semua. Diantaranya bagaimana kita memahami keberadaan relawan yang turun di lokasi bencana membantu warga yang terdampak.

Pinjam istilahnya Om Teja Alvin, jangan pernah remehkan relawan. Kepedulian itu adalah nurani, kepedulian itu sebuah kejujuran. Terlepas dari segenap kekurangannya, relawan itu punya hati.

Sayang si oknum yang arogan itu tidak paham tentang kerelawanan, sehingga menyepelekan keberadaannya. Hanya demi sebuah konten untuk memperbanyak followernya, dia tega meremehkan relawan yang berusaha mengingatkan akan bahaya erupsi.

Dengan becanda, Kim Kurniawan dalam komentarnya bilang, “Mungkin biyen pas pelajaran PMP sering ora mlebu. Akhire kurang paham dan ngerti carane menghargai orang lain dan apa itu gotong royong,”

“Ini yang kayak gini minta di turokno, kepruk boto cangkeme. Orang setahun di semeru kayak udah raja, tapi dua relawannya mati di situ kok malah bangga. Kalau saya langsung hajar saja tanpa babibu, dasar pekok. Minta maaf gampang tapi lu viralin ketulusan orang dengan hinaan semacam itu.,” Tulisnya dengan nada marah.

Komentar kasar seperti ini jumlahnya banyak. Hal ini menunjukkan banyak pihak yang tidak rela jika relawan dilecehkan oleh si oknum yang katanya juga berprofesi sebagi kontributor berita TV ternama.

Sementara itu, ditengah-tengah rencana penertiban relawan secara pelan-pelan dan humanis, beberapa komunitas relawan, tetap istiqomah mendistribusikan aneka bantuan dari donatur kepada warga yang membutuhkan. Bahkan ada yang membantu membangun tempat usaha untuk percepatan pemulihan roda perekonomian warga.

Mungkin ke depan perlu ada wakil resmi relawan di posko induk yang terlibat dalam rapat-rapat, untuk menyuarakan secara langsung hasil kegiatannya, termasuk usul, saran dan gagasan cerdasnya, bukan sekedar kirim laporan tertulis aja, yang bisa dimaknai berbeda.

Agar kejadian di atas tidak terulang, di samping relawan dibekali surat tugas dan tanda pengenal, ada baiknya mereka didampingi aparat keamanan, saat melakukan penyuluhan kepada masyarakat yang menganggap lokasi bencana sebagai tempat wisata, dan perlu adanya regulasi yang ditaati.

Sukur-sukur, jika aparat setempat segera menangkap si oknum untuk dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya yang melukai perasaan relawan. Kemudian, seandainya si oknum bertemu relawan, semoga dia tidak diselesaikan secara adat oleh relawan yang terlanjur marah.

“Angel  wis angel. Dunia relawan itu dunia yang penuh kerendah hatian, bukan dunia yang harus menunjukkan keegoannya. Monggo kita sama-sama menghargai kerja tulus relawan. Pada saat semua saling menghargai dan beretika, maka “dunia kebencanaan” ini tidak akan ada konflik dan pertikaian, namun semua akan bersinergi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi,” Komentar Mas Yeka mencoba mendinginkan suasana. Salam Kemanusiaan. [eBas/KamisPahing-06012022]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2 komentar:

  1. kono yg bikin masalah itu namanya iwan, seorang yutuber sekaligus kontributor berita dari media TV terkenal. dia merasa tersinggung ketika diingatkan oleh relawan agar tidak mendekati daerah rawan. namun karena demi konten yutub nya maka dia dengan arogan dan sombong mengesampingkan himbauan relawan. gaya banget deh ah.
    semoga ke depan tidak terjadi lagi

    BalasHapus
  2. Syukurlah di oknum akhirnya minta maaf secara terbuka. Mungkin dia takut dgn surat Pemuda Pancasila Lumajang.

    Semoga relawan lain yg sudah terlanjur marah bisa memahami dan menurunkan marahnya

    BalasHapus