Beberapa waktu yang lalu, sempat beredar video di mana dua orang relawan yang berusaha mengingatkan warga agar tidak mendekati lokasi lahar dingin Semeru, tidak diperhatikan, bahkan ditertawakan. Alasannya, mereka sudah paham potensi Semeru karena sudah lama hidup di sana.
Bahkan ada seorang pria yang
katanya sebagai youtubers, melecehkan ke dua relawan dengan kata-kata yang
merendahkan. Sungguh menyakitkan. Hanya demi konten video, si oknum tega
mempermalukan relawan yang berusaha mengingatkan.
“Apakah pantas seorang pegiat
media bersikap seperti itu terhadap relawan?. Mentang-mentang orang lokal,
seenaknya saja bersikap demikian. Bukannya berterima kasih malah melecehkan
relawan,” Kata Cak Alfin dalam postingannya yang disebar kemana-mana.
Pria yang setia menjaga Pos
bersama Forum PRB di Candipuro ini juga mencoba mengundang si oknum untuk ngopi di
sebuah Cafe, bersama relawan yang masih bertahan di lokasi.
Namun rupanya si oknum bernyali
kecil sehingga tidak berani mempertanggungjawabkan perbuatannya yang melecehkan
relawan. Si oknum hanya minta maaf secara online lewat media sosial,
dan menganggap semua selesai. (akhirnya si oknum mau meminta maaf secara langsung di depan forkompimda dan perwakilan relawan dengan membuat pernyataan tertulis di atas materai)
“Katanya paham tentang Semeru, tapi
kenapa dua relawan anak buahnya meninggal di sana?. Kasus syuting film terpaksa
menikahi tuan muda (TMTM) belum tuntas, sudah muncul kasus serupa,” tambahnya
lagi.
Senada dengan Cak Alfin, Kang
Hudas, relawan senior dari daerah Kertosono, dalam postingannya mengajak si
oknum untuk bertemu, mengklarifikasikan ucapannya yang sempat viral.
“Jangan kamu anggap sepele
perkataanmu coy. Urusan ini belum selesai cuma dengan kata maafmu. Temui aku
dan teman-teman relawan yang turun langsung di Semeru, baru semua bisa clear,”
Tulis Kang Hudas di laman Facebooknya.
Ya, ternyata bencana awan panas
guguran Gunung Semeru di akhir tahun 2021, banyak memberi pelajaran kepada kita
semua. Diantaranya bagaimana kita memahami keberadaan relawan yang turun di
lokasi bencana membantu warga yang terdampak.
Pinjam istilahnya Om Teja Alvin,
jangan pernah remehkan relawan. Kepedulian itu adalah nurani, kepedulian itu
sebuah kejujuran. Terlepas dari segenap kekurangannya, relawan itu punya hati.
Sayang si oknum yang arogan itu
tidak paham tentang kerelawanan, sehingga menyepelekan keberadaannya. Hanya demi
sebuah konten untuk memperbanyak followernya, dia tega meremehkan relawan yang
berusaha mengingatkan akan bahaya erupsi.
Dengan becanda, Kim Kurniawan
dalam komentarnya bilang, “Mungkin biyen pas pelajaran PMP sering ora mlebu. Akhire
kurang paham dan ngerti carane menghargai orang lain dan apa itu gotong royong,”
“Ini yang kayak gini minta di
turokno, kepruk boto cangkeme. Orang setahun di semeru kayak udah raja, tapi
dua relawannya mati di situ kok malah bangga. Kalau saya langsung hajar saja
tanpa babibu, dasar pekok. Minta maaf gampang tapi lu viralin ketulusan orang
dengan hinaan semacam itu.,” Tulisnya dengan nada marah.
Komentar kasar seperti ini
jumlahnya banyak. Hal ini menunjukkan banyak pihak yang tidak rela jika relawan
dilecehkan oleh si oknum yang katanya juga berprofesi sebagi kontributor berita
TV ternama.
Sementara itu, ditengah-tengah
rencana penertiban relawan secara pelan-pelan dan humanis, beberapa komunitas
relawan, tetap istiqomah mendistribusikan aneka bantuan dari donatur kepada
warga yang membutuhkan. Bahkan ada yang membantu membangun tempat usaha untuk
percepatan pemulihan roda perekonomian warga.
Mungkin ke depan perlu ada wakil
resmi relawan di posko induk yang terlibat dalam rapat-rapat, untuk menyuarakan
secara langsung hasil kegiatannya, termasuk usul, saran dan gagasan cerdasnya,
bukan sekedar kirim laporan tertulis aja, yang bisa dimaknai berbeda.
Agar kejadian di atas tidak
terulang, di samping relawan dibekali surat tugas dan tanda pengenal, ada
baiknya mereka didampingi aparat keamanan, saat melakukan penyuluhan kepada
masyarakat yang menganggap lokasi bencana sebagai tempat wisata, dan perlu
adanya regulasi yang ditaati.
Sukur-sukur, jika aparat setempat
segera menangkap si oknum untuk dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya
yang melukai perasaan relawan. Kemudian, seandainya si oknum bertemu relawan,
semoga dia tidak diselesaikan secara adat
oleh relawan yang terlanjur marah.
“Angel wis angel. Dunia relawan itu dunia yang penuh
kerendah hatian, bukan dunia yang harus menunjukkan keegoannya. Monggo kita
sama-sama menghargai kerja tulus relawan. Pada saat semua saling menghargai dan
beretika, maka “dunia kebencanaan”
ini tidak akan ada konflik dan pertikaian, namun semua akan bersinergi untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi,” Komentar Mas Yeka mencoba mendinginkan
suasana. Salam Kemanusiaan. [eBas/KamisPahing-06012022]
kono yg bikin masalah itu namanya iwan, seorang yutuber sekaligus kontributor berita dari media TV terkenal. dia merasa tersinggung ketika diingatkan oleh relawan agar tidak mendekati daerah rawan. namun karena demi konten yutub nya maka dia dengan arogan dan sombong mengesampingkan himbauan relawan. gaya banget deh ah.
BalasHapussemoga ke depan tidak terjadi lagi
Syukurlah di oknum akhirnya minta maaf secara terbuka. Mungkin dia takut dgn surat Pemuda Pancasila Lumajang.
BalasHapusSemoga relawan lain yg sudah terlanjur marah bisa memahami dan menurunkan marahnya