Beberapa minggu
yang lalu, Kang Hudas sempat uring-uringan ketika Satgas Masa Transisi Darurat
Bencana awan panas guguran Gunung Semeru, dalam rapat yang bertempat di Aula
Makodim 0821 Lumajang, sabtu (25/12/2021).
Dimana, dalam
rapat itu ada rencana menertibkan secara perlan-pelan dan humanis relawan di wilayah
Kecamatan Candipuro dan sekitarnya, alasannya akan menghambat kinerja kita
di lapangan. Namun akhirnya diralat karena ketidak tahuannya (istilah
kerennya terjadi miskoordinasi dan miskomunikasi).
Padahal di
lapangan, sampai saat ini masih banyak warga yang memerlukan bantuan relawan. Kira-kira,
apakah mampu anggota satgas melayani derita warga yang tersebar di berbagai
lokasi dengan bermacam kebutuhan yang harus segera dipenuhi ?.
Apalagi,
beberapa komunitas relawan, dengan dukungan donatur yang tidak sedikit, saat
ini, dimasa pemulihan, punya program membangun huntara, mushola, dan fasilitas
umum lainnya. Termasuk merenovasi rumah warga, sarana MCK, dan saluran air
bersih.
Mereka di
lokasi juga tetap memberikan batuan kepada warga sesuai kemampuan, juga
melakukan layanan dukungan psikososial (LDP) kepada anak-anak, agar mereka
tetap bersemangat belajar. Sedangkan untuk orang tua, lebih kepada pemberian
motivasi untuk segera memulihkan kehidupannya pasca bencana sesuai konsep daya
lenting.
Biasanya,
disela-sela pemberian LDP, juga ada kegiatan pembagian sembako untuk orang tua
dan bingkisan berupa aneka jajanan, alat tulis dan alat permainan edukasi.
Apa yang
dilakukan relawan di atas, belum tentu bisa dikerjakan satgas, bahkan pemda
sekalipun. Karena terbentur oleh aturan penggunaan anggaran (baca: keterbatasan
anggaran), dan kurangnya SDM yang memadai di bidang penanggulangan bencana.
Kalau sudah
begini, apakah rencana menertibkan relawan secara pelan-pelan dan humanis,
masih akan dilakukan ?. Kang Hudas dalam postingannya bilang bahwa, seringkali
saat melakukan proses pencarian dan evakuasi korban, hanya dilakukan oleh
relawan saja tanpa dibarengi “Agen Bencana” yang sudah terlatih. Termasuk dalam
melayani para penyintas di waktu malam. Hanya relawan yang turun, bukan yang
lain.
Semoga ke
depan, dalam kegiatan rapat koordinasi yang dilaksanakan di posko induk, pihak
satgas (atau pemda) berkenan melibatkan beberapa relawan sebagai wakil
komunitas. Ini penting untuk menghindari kesalahpahaman antar pihak.
Keterlibatan
relawan dalam posko induk juga diperlukan untuk mencegah terjadinya hal-hal
yang membuat Kang Hudas dan kawan-kawan jengkel. Misalnya dengan perilaku para
wisatawan bencana yang berbondong-bondong datang melihat kerusakan dan derita
korban sambil berswafoto sana sini.
Termasuk saat
kasus syuting film terpaksa
menikahi tuan muda (TMTM), serta kelakuan youtuber yang tega
mempermalukan relawan yang berusaha mengingatkan. Sebuah kelakuan yang tidak
punya rasa empati sama sekali terhadap situasi.
Untungnya
semua kejengkelan Kang Hudas dan kawan-kawan relawan bisa diselesaikan dengan
damai. Termasuk adanya ulah oknum yang tidak menghargai kearifan lokal setempat
dengan menendang sesaji.
Oknumnya
sudah ditangkap polisi, kini menunggu proses hukum selanjutnya. Kang Hudas pun
sudah bisa tersenyum lagi, sudah kembali menekuni aktivitasnya mensejahterakan
keluarganya. Ya, Kang Hudas sudah tidak lagi marah. [eBas/SeninPon-17012022]
semoga Kang Hudas tetap sehat semangat
BalasHapusAminnn semua berkat bimbingan suhu saya pakdeedi45@gmail.com
BalasHapussmg Kang Hudas tetap istiqomah sbg relawan dan kepala keluarga dan tokoh masyarakat di desa nganjuk
BalasHapus