Minggu, 16 Januari 2022

KANG HUDAS SUDAH TIDAK LAGI MARAH

Beberapa minggu yang lalu, Kang Hudas sempat uring-uringan ketika Satgas Masa Transisi Darurat Bencana awan panas guguran Gunung Semeru, dalam rapat yang bertempat di Aula Makodim 0821 Lumajang, sabtu (25/12/2021).

Dimana, dalam rapat itu ada rencana menertibkan secara perlan-pelan dan humanis relawan di wilayah Kecamatan Candipuro dan sekitarnya, alasannya akan menghambat kinerja kita di lapangan. Namun akhirnya diralat karena ketidak tahuannya (istilah kerennya terjadi miskoordinasi dan miskomunikasi).

Padahal di lapangan, sampai saat ini masih banyak warga yang memerlukan bantuan relawan. Kira-kira, apakah mampu anggota satgas melayani derita warga yang tersebar di berbagai lokasi dengan bermacam kebutuhan yang harus segera dipenuhi ?.

Apalagi, beberapa komunitas relawan, dengan dukungan donatur yang tidak sedikit, saat ini, dimasa pemulihan, punya program membangun huntara, mushola, dan fasilitas umum lainnya. Termasuk merenovasi rumah warga, sarana MCK, dan saluran air bersih.

Mereka di lokasi juga tetap memberikan batuan kepada warga sesuai kemampuan, juga melakukan layanan dukungan psikososial (LDP) kepada anak-anak, agar mereka tetap bersemangat belajar. Sedangkan untuk orang tua, lebih kepada pemberian motivasi untuk segera memulihkan kehidupannya pasca bencana sesuai konsep daya lenting.

Biasanya, disela-sela pemberian LDP, juga ada kegiatan pembagian sembako untuk orang tua dan bingkisan berupa aneka jajanan, alat tulis dan alat permainan edukasi.

Apa yang dilakukan relawan di atas, belum tentu bisa dikerjakan satgas, bahkan pemda sekalipun. Karena terbentur oleh aturan penggunaan anggaran (baca: keterbatasan anggaran), dan kurangnya SDM yang memadai di bidang penanggulangan bencana.

Kalau sudah begini, apakah rencana menertibkan relawan secara pelan-pelan dan humanis, masih akan dilakukan ?. Kang Hudas dalam postingannya bilang bahwa, seringkali saat melakukan proses pencarian dan evakuasi korban, hanya dilakukan oleh relawan saja tanpa dibarengi “Agen Bencana” yang sudah terlatih. Termasuk dalam melayani para penyintas di waktu malam. Hanya relawan yang turun, bukan yang lain.

Semoga ke depan, dalam kegiatan rapat koordinasi yang dilaksanakan di posko induk, pihak satgas (atau pemda) berkenan melibatkan beberapa relawan sebagai wakil komunitas. Ini penting untuk menghindari kesalahpahaman antar pihak.

Keterlibatan relawan dalam posko induk juga diperlukan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang membuat Kang Hudas dan kawan-kawan jengkel. Misalnya dengan perilaku para wisatawan bencana yang berbondong-bondong datang melihat kerusakan dan derita korban sambil berswafoto sana sini.

Termasuk saat kasus syuting film terpaksa menikahi tuan muda (TMTM), serta kelakuan youtuber yang tega mempermalukan relawan yang berusaha mengingatkan. Sebuah kelakuan yang tidak punya rasa empati sama sekali terhadap situasi.

Untungnya semua kejengkelan Kang Hudas dan kawan-kawan relawan bisa diselesaikan dengan damai. Termasuk adanya ulah oknum yang tidak menghargai kearifan lokal setempat dengan menendang sesaji.

Oknumnya sudah ditangkap polisi, kini menunggu proses hukum selanjutnya. Kang Hudas pun sudah bisa tersenyum lagi, sudah kembali menekuni aktivitasnya mensejahterakan keluarganya. Ya, Kang Hudas sudah tidak lagi marah. [eBas/SeninPon-17012022]

 

 

 

 

3 komentar:

  1. semoga Kang Hudas tetap sehat semangat

    BalasHapus
  2. Aminnn semua berkat bimbingan suhu saya pakdeedi45@gmail.com

    BalasHapus
  3. smg Kang Hudas tetap istiqomah sbg relawan dan kepala keluarga dan tokoh masyarakat di desa nganjuk

    BalasHapus