Dalam
rangka menyambut pelaksanaan Global Platform Disaster Risk Reduction (GPDRR),
yang akan diselenggarana di Nusa Dua Provinsi Bali pada bulan Mei 2022, kami
selaku tim sekretariat (BNPB) bermaksud untuk mengumpulkan tulisan mengenai
praktik baik relawan dalam kebencanaan di Indonesia.
Besar harapan kami para relawan di seluruh
indonesia bisa mengirimkan praktik baiknya dan bisa berbagi cerita dengan
kawan-kawan lain baik di Indonesia maupun dengan dunia.
Begitulah postingan Ninil Jannah di grup whatsapp, agar
anggota grup yang terdiri dari berbagai komunitas mau berbagi cerita
pengalamannya dalam kegiatan kebencanaan. Baik itu pada fase pra bencana, taat
tanggap bencana, maupun pasca bencana.
Sungguh, ajakan orang penting di Planas (platform
nasional) ini, sangatlah tepat. Mengingat relawan kebencanaan itu sangat kaya
pengalaman. Mereka sudah banyak berbuat menolong sesama diberbagai peristiwa
bencana dengan segala suka dukanya.
Sayang sekali, pengalaman yang begitu heroik itu tidak
didokumentasikan dalam sebuah buku, yang bisa menjadi bahan pembelajaran bagi
sesama relawan diberbagai daerah, seperti harapan Ninil dalam postingannya.
Disini bisa dicontohkan praktik baik yang dilakukan oleh
relawan di lapangan. Diantaranya, Alfin, sebagai seorang fasilitator destana
yang harus mengampu terbentuknya destana di berbagai daerah, juga aktif di pos
bersama Forum pengurangan risiko bencana (Posma F-PRB) Jawa Timur, membantu
warga terdampak bencana awan panas guguran Gunung Semeru.
Apa yang dilakukan Alfin ini bisa menjadi pembelajaran
bagi relawan lokal, bagaimana mengelola pos bersama dalam hal penggalangan
bantuan sekaligus pendistribusiannya. Termasuk melakukan edukasi dan motifasi
kepada warga terdampak agar segera menata hidupnya yang porak poranda dilanda
bencana. Ini bisa dilakukan lewat layanan dukungan psikososial serta
sosialisasi pengirangan risiko bencana.
Sedangkan Kang Yudha dan Ning Anin Faros, pendamping
destana yang handal ini lincah menggalang berbagai elemen pentahelix untuk
diajak bersama melakukan aksi kemanusiaan dalam berbagai bentuk sesuai
kemampuan yang dimiliki.
Sementara, Aksi-aksi Gus Yoyok, salah seorang pengurus Forum
PRB Jawa Timur, yang juga aktif di LPBI NU, layak didokumentasikan untuk bahan
pembelajaran. Dia sangat piawai dalam menggandeng berbagai pihak dan memobilisasi
relawan untuk mensukseskan sebuah kegiatan kemanusiaan.
Diantaranya memobilisasi relawan untuk membantu warga yang
terkena musibah banjir, mengadakan acara penghijauan di bantaran sungai dengan
menanami berbagai jenis tanaman keras. Dia juga berhasil menginisiasi
terbentuknya santri tangguh bencana (SANGGUB) di berbagai Pesantren di wilayah
di Jawa Timur.
Begitu juga mBah Dharmo, sebagai Sekjen Forum PRB Jawa
Timur, aktivitasnya bagai kutu loncat.
Bagaimana tidak, seperti tidak punya rasa lelah. Pagi hari menghadiri
acara yang ada hubungannya dengan kebencanaan di satu daerah, sorenya sudah di
kota lain mengisi materi pengurangan risiko bencana, dan Besuknya sudah berada
di Kabupaten lain untuk mendorong terbentuknya Forum PRB tingkat Kabupaten/Kota,
dalam kondisi bugar sehat tanpo sambat.
Mereka yang dicontohkan di atas adalah pengurus Forum PRB
yang sangat aktif menjalankan perannya untuk berkomunikasi dengan berbagai
pihak, berbagi informasi untuk membangun ketangguhan masyarakat menghadapi
potensi bencana di daerahnya, serta melakukan edukasi pengurangan risiko
bencana sebagai upaya menumbuhkan budaya tangguh.
Tentu masih banyak pihak yang telah melakukan praktik baik diberbagai bidang sesuai dengan kapasitas yang dimiliki. Hanya belum banyak yang mendokumentasikan semua praktik baik ke dalam sebuah tulisan yang dibukukan. Kalau dokumentasi berupa foto kegiatan, tentu semua komunitas pasti memiliki dan menyimpannya. Mungkin ke depan perlu ada pihak yang bisa menginisiasi terbitnya sebuah buku yang mendomunentasikan aneka kisah relawan.
Praktik baik yang telah dilakukan mereka, tentu sangat
berharga dan layak untuk didokumentasikan dalam sebuah buku, agar bisa
dijadikan bahan belajar bagi relawan calon penerus mBah Dharma dan kawan-kawan.
karena, pada waktunya nanti, yang mudalah yang berkarya melanjutkan sepak
terjang yang tua dalam berforum.
Konon, kendala para relawan enggan mencatat segala yang
diperbuat, dengan alasan diantaranya takut salah, takut tulisannya jelek dan
ketakutan lain yang diciptakan sendiri. Mereka lebih suka bercerita secara
verbal, dari mulut ke mulut (istilahnya Ninil by Cangkem) sambil cangkruk di
warung kopi tanpa takut salah.
Padahal, sesungguhnyalah menulis itu adalah memindahkan
bahasa verbal ke bahasa tulis. Jadi tulis saja yang diomongkan ngalor ngidul
itu tanpa takut salah. Karena tulisan itu sangat subjektif sekali sifatnya,
tergantung dari sudut pandang penulisnya.
Arif Erwinandi, seorang editor pintubatu.com, sebuah
media online yang banyak menampilkan berita yang terkait dengan pengurangan
risiko bencana, mengatakan bahwa, sebaiknya relawan menuliskan apa saja aktivitasnya
disemua fase penanggulangan bencana, tanpa takut salah, yang penting berani
melawan rasa malas. Setelah terkumpul semua, baru bahasanya diselaraskan agar
enak dibaca dan mudah dipahami pesannya, sebagai upaya mendukung gerakan
lterasi kebencanaan.
Inilah (mungkin), yang diharapkan oleh tim
sekretariat (BNPB) mengumpulkan tulisan mengenai praktik baik relawan dalam
kebencanaan di Indonesia, yang
diharapkan bisa dipamerkan saat pelaksanaan Global Platform
Disaster Risk Reduction (GPDRR), di Nusa
Dua Provinsi Bali pada bulan Mei 2022.
Semoga gayung bersambut.
Semoga kawan-kawan komunitas relawan penanggulangan bencana
di berbagai daerah berkenan menyambut ajakan Ninil Jannah untuk mengumpulkan
naskah terkait dengan praktek baik kebencanaan. Termasuk upaya pengurangan
risiko bencana lewat berbagai program yang diberkan kepada masyarakat,
khususnya mereka yang berdomisili di kawasan rawan bencana. Salam tangguh,
salam literasi. [eBas/SeninKliwon-04042022]
akan sangat elok sekali jika praktik baik yang telah dilakukan oleh kawan2 relawan diberbagai klaster itu dicatat kemudian ditulis secara individu mauopun keroyokan untuk kemudian dibukukan agar bisa nenjadi salah satu bahan bacaan bagi relawan pemula yang nantinya akan menggantikan kiprah relawan tua yang harus undur diri karena efek usia yang semakin renta dekat dengan berbagai openyakit.
BalasHapusayo
mumpung masih ada waktu tulislah pengalamanmu
pagi puasa hari kedua muncul greget untuk menulis dalam rangka mendukung ajakan mbakyu Ninil Jannah untuk berbuat baik
BalasHapus