Rabu, 17 Mei 2023

USAI SUDAH GELARAN HKB 2023 DI LAMONGAN

Gegap gempita kemeriahan pagelaran hari kesiapsiagaan bencana (HKB) tahun 2023 telah usai. Satu persatu tamu telah meninggalkan pendopo Kecamatan Karang Binangun, Kabupaten Lamongan, yang menjadi episentrum kegiatan di tahun politik ini.

Semua undangan, telah pulang membawa dengan sejuta kenang tentang pentingnya mitigasi (penjinakan) potensi bencana di daerah aliran sungai bengawan solo. Panitia pun kini sibuk melunasi semua transaksi yang mendukung kegiatan, sesuai plafon anggaran, sekaligus membuat laporan.

Sementara warga Karang Binangun pun sibuk membersihkan daerahnya, setelah didatangi berbagai elemen masyarakat yang ikut meramaikan peringatan HKB, untuk kemudian berangsur kembali ke rutinitas kehidupan sehari-hari. Kini Karang Binangun pun kembali sibuk dengan permasalahannya sendiri.

Pertanyaannya kemudian, mungkinkan perayaan yang menelan anggaran tidak sedikit itu berakhir begitu saja, tanpa ada tindak lanjutnya ?. apakah fasilitator bersertifikat dan agen bencana akan menindak lanjuti ?. Atau, apakah cukup hanya dengan acara evaluasi untuk bahan kegiatan serupa tahun depan, untuk kemudian sibuk dengan program lain yang harus dilaksanakan ?.

Jawabnya sederhana. Jika ada anggaran untuk tindak lanjut acara peringatan HKB, ya tentu akan ditindak lanjuti. Namun jika tidak ada, ya jelas tidak ada kelanjutannya. Memangnya ada pihak yang berkenan mendanai kegiatan dengan uang pribadi ?.

Jadi, ya jangan terlalu berharap terjadi pembelajaran pasca sarasehan masyarakat sungai yang dihadiri oleh para praktisi dan pakar. Dimana kehadiran mereka itu tentu tidak gratisan, dalam rangka memeriahkan pagelaran rutin di setiap tahunnya.

Padahal, Kepala BNPB, seperti yang dimuat Indonews, selasa (16/5), mengatakan bahwa serangkaian acara yang digelar dalam rangka HKB diharapkan menjadi edukasi dan realisasi kesiapsiagaan bencana serta mitigasi bencana.

Masih kata indonews, acara puncak HKB yang berpusat di Lamongan ini diisi dengan simulasi bencana banjir yang dilakukan secara serentak di 7 (tujuh) kabupaten pada dua provinsi. Adapun kabupaten tersebut meliputi Kabupaten Sragen, Blora dan Ngawi di Jawa Tengah dan Kabupaten Lamongan, Bojonegoro, Gresik dan Tuban di Jawa Timur.

Simulasi ini dilakukan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah daerah yang berada ada sepanjang kawasan Sungai Bengawan Solo. Lokasi tempat simulasi merupakan tempat aktivitas utama masyarakat, yaitu sekolah, pasar dan rumah sakit.

Kegiatan dilanjutkan dengan penanaman pohon yang dilakukan secara serentak di 7 kabupaten sebagai bentuk kontribusi mitigasi vegetasi dalam pelestarian area Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo.

Menilik dari harapan Kepala BNPB itu, harusnya memang ada tindak lanjutnya. Karena, yang namanya membangun kesadaran itu, ya harus dilakukan berulang-ulang, agar menjadi kebiasaan dalam hidupnya (internalisasi) untuk mewujudkan katangguhan.

Pertanyaan selanjutnya, mungkinkah komunitas relawan (yang dananya senin kamis), khususnya yang tersebar di 7 Kabupaten sepanjang kawasan sungai bengawan solo, bisa berkiprah secara mandiri melakukan KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi) kepada masyarakat pinggiran bengawan ?.

Alangkah eloknya jika harapan Kepala BNPB itu dijadikan kerja kolaboratif antar elemen pentahelix (termasuk melibatkan fasilitator destana, katana, kencana dan fasilitator spab), dalam berbagai bentuk kegiatan. Baik itu sarasehan, diskusi, pelatihan, maupun gerakan bersih-bersih sungai.

Tentu, kerja-kerja kolaboratif itu bisa terlaksana jika ada pihak donor yang membiayai. Entah itu perusahaan dengan  dana corporate social responsibility (CSR), atau pun lembaga donor yang beroperasi di Indonesia, seperti Siap Siaga dari Australia.

kalau hanya mengandalkan dana saweran dari anggota komunitas relawan, yang relatif kecil, maka gerakannya hanya sporadis dan bersifat lokalitas yang terbatas. Tidak seperti perayaan HKB 2023 yang menasional gaungnya.

Kini, semua pihak yang terlibat dalam pagelaran HKB 2023 di Lamongan sedang melepas lelah. Mungkin dalam istirahatnya mereka sedang berbagi cerita tentang suka duka selama di pendopo Kecamatan Karang Binangun.

Selanjutnya (mungkin) mereka mulai mencatat apa saja yang layak dijadikan bahan evaluasi dan laporan pertanggungjawaban. Yang jelas, usai sudah pagelaran HKB yang menyita waktu dan tenaga. Tinggal kenangan terindah yang akan menjadi bahan cerita selanjutnya.  Salam Tangguh. [eBas/RabuPon-17052023]

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar