Minggu, 25 Juni 2023

KERJA BAKTI DI SONTOH LAUT

Hari ini, minggu pahing (25/06/2023) beberapa relawan dari berbagai komunitas berkumpul di destinasi wisata bahari sontoh laut, Greges, Kelurahan Tambak Sari Oso, Kecamatan Asemrowo, Surabaya. Mereka berdatangan untuk memenuhi ajakan komunitas shankara dan himpunan mahasiswa jurusan sosiologi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, bersih-bersih sampah di seputaran sontoh laut serta menanam mangrove.

Kegiatan yang terkesan kurang persiapan dan apa adanya ini juga dihadiri oleh Ibu Lurah beserta jajarannya, serta pengurus kelompok sadar wisata dengan kaosnya yang mbois, sumbangan pelindo.

Dalam kesempatan itu Ibu Lurah mengucapkan rasa terimakasihnya kepada komunitas relawan yang berkenan meluangkan waktunya untuk membersihkan sampah di seputaran lokasi wisata sontoh laut.

Harapan Ibu Lurah ini diamini oleh salah satu pengurus pokdarwis, terkait keberlanjutan kegiatan ini untuk memberi contoh kepada warga tentang pentingnya kebersihan lingkungan wisata agar dapat menarik banyak pelancong mampir menikmati indahnya berwisata di sontoh laut.

Masih menurut Ibu Lurah, warga yang berdiam di seputar sontoh laut harus diberi kesadaran untuk turut serta menjaga kebersihan, keindahan dan kenyamanan lokasi wisata sontoh laut. Mereka juga harus dilibatkan dalam kegiatan bersih-bersih yang dilakukan oleh relawan, yang nota bene bukan warga setempat.

Konon ke depan, lokasi sontoh laut akan dipercantik dengan pembangunan taman yang di dalamnya banyak gazebo dan meja kursi yang terbuat dari kayu bekal perahu rusak untuk tempat santai menikmati rimbunnya mangrove beserta aneka unggas khas pantai sontoh laut, serta kulinernya..

Pesertanya lumayan banyak. Walau pun Ibu Lurah dan jajarannya balik kanan setelah acara sambutan dan foto bersama, peserta tetap bersemangat, penuh suka cita memunguti sampah dan dimasukkan ke trash bag.

Kebanyakan sampahnya terdiri dari tas kresek, aneka bungkus makanan dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Juga ada pembalut, dan pampers, serta  berbagai jenis pakaian.  

Sampah styrofoam dengan berbagai jenis dan ukuran juga banyak berserak. Untuk sampah jenis ini tidak dimasukkan trash bag, tapi langsung dibakar karena memang mudah terbakar karena sulit terurai di dalam tanah dan merusak lingkungan.

Kegiatan ini diakhiri dengan penanaman mangrove yang tempatnya telah ditentukan oleh Zaini, salah seorang relawan yang setiap hari menjaga posko relawan di sontoh laut, dengan penuh dedikasi dan loyalitas.

Sungguh, kegiatan yang pertama ini perlu dievaluasi secara lebih mendalam jika kegiatan ini akan diagendakan secara rutin. Diantaranya adalah tentang keterlibatan warga lokal sebagai penerima manfaat.

Begitu juga pelibatan tokoh masyarakat dan pejabat setempat hendaknya benar-benar terlibat. Bukan hanya datang untuk memberi selamat kemudian cepat cepat meninggalkan tempat karena tidak mau berkeringat.

Jika para pejabat dan tokoh masyarakat setempat tidak mau terlibat dalam kegiatan ini, maka, dapat dipastikan warga setempat juga enggan terlibat, mereka lebih senang duduk melihat tanpa rasa “melu handarbeni” terhadap program bersih-bersih sampah di kawasan wisata sontoh laut.

Jika ini dibiarkan maka sampah akan terus banyak berserakan tanpa upaya penanganan oleh warga. Dampaknya jelas lingkungan akan kumuh dan para pelancong pun enggan mampir. Tentu ini tugas pokdarwis untuk menyadarkan warganya tentang kebersihan daerahnya untuk menunjang wisata.

Dan yang harus mendapat perhatian serius adalah tentang kepanitiaan yang harus siap dengan segala “ubo rampe” pendukung kegiatan. Ke depan, panitia harus dapat mendatangkan mahasiswa sebanyak mungkin, khususnya jurusan sosiologi.

Begitu juga dengan komunitas shankara. Sebagai inisiator, harusnya melibatkan semua anggota untuk mensukseskan acara yang mengambil tema “manifestasi kesadaran hidup dimulai dari hal kecil dan lingkungan sekitar”.

Semoga kegiatan ini menjadi pembelajaran bagi semua komunitas peduli lingkungan akan pentingnya melibatkan warga lokal untuk berpartisipasi mendukung kegiatannya, sekaligus proses penguatan masyarakat secara aktif dan berkelanjutan berdasar prinsip keadilan sosial dan kerja sama yang setara, sehingga akan muncul rasa “melu handarbeni” terhadap upaya kebersihan lingkungan.

Hal ini sejalan dengan definisi pemberdayaan masyarakat dari Sumodiningrat (1999), ialah serangkaian dukungan untuk meningkatkan kemampuan serta memperluasluaskan segala akses kehidupan sehingga mampu mendorong kemandirian yang berkelanjutan terhadap masyarakat. Wallahu a’lam bishowab. Salam Lestari. [eBas/mingguPahing-25062023]

 

 

 

 

 

 

 

 

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar