Minggu, 05 November 2023

KOMENTAR KECEWA

 Perhelatan gerak jalan tradisional mojokerto - suroboyo (mojosuro) tahun 2023 telah usai. Giat yang diselenggarakan sabtu (5/11/2023), bolehlah dibilang sukses. Walau tidak banyak instansi pemerintah yang berpartisipasi dengan berbagai alasan.

 Gerak jalan yang dimeriahkan oleh komunitas bersepeda onthel dan kirab bendera raksasa sepanjang 200 meter yang dibawa oleh 60 peserta dari berbagai komunitas, benar-benar ramai sehingga lalu lintas agak tersendat. Alhamdulillah tidak terjadi gesekan antar pengendara, peserta, dan penonton.

 Terkait dengan kamtibmas, kegiatan yang sempat vakum 3 tahun karena pandemi covid-19, terpantau tidak terjadi perbuatan melawan hukum. Tidak ada bentrok antar peserta, tidak ada gegeran antar peserta dan penonton, tidak terlapor adanya peserta dan penonton yang mengkonsumsi miras dan pencurian/pembegalan ranmor. Alhamdulillah.

 Namun, dibalik kesuksesan penyelenggaraan yang konon masuk muri karena jumlah peserta terbanyak itu, ternyata peserta ada yang kecewa karena perlakuan panitia. Khususnya di seputaran tempat finish, dimana panitia “penyambutan” kurang bersemangat di tempat.

 Hal ini seperti yang dialami Sodik, salah seorang peserta pembawa bendera raksasa, yang merasa kecewa karena tidak ada sambutan yang signifikan saat tiba di garis finish.

 Sayangnya, Kita sangat, sangat, dan sangat kecewa Mas, justru Kirab Merah Putih Mojo Suro yang jadi IKON, masuk finish malah gak ada yang menyambut. Gak ada satu pun panitia yang ada di lokasi,” Begitu komentarnya di grup whatsapp.

 Dia juga berkomentar bahwa, kita hanya di jadikan obyek untuk kepentingan tertentu dari instansi terkait, dalam hal ini DISPORA untuk mendapat keuntungan tertentu dari event ini di depan Gubernur. Tau gitu setelah start, jalan sebentar, kita gulung, kita bawa ke Surabaya, jelang finish kita jalan lagi.

 Terlepas dari benar tidaknya kinerja panitia yang dianggap kurang siap, ada baiknya rasa kecewa yang ditumpahkan Sodik menjadi bahan pembelajaran yang berharga agar ke depan tidak muncul kecewa yang sama.

 “Betuuuuull..…, padahal sekelas instansi pemerintah, namanya panitia pelaksana walaupun dua hari dua malam gak tidur ya harus tetep siap di TKP sampai benar-benar selesai. (kan ada anggarannya, red),” Tulis Ma’min membenarkan komentar Sodik.

 Sementara, Mas udev, dengan komentarnya yang bijak, berharap, semoga  kedepan bisa jadi bahan evaluasi buat Dispora Jatim. Tidak ada drama lagi yang mengecewakan karena panitianya yang kurang bersemangat melaksanakan tugasnya.

 Menurut pantauan Mas udev, dari komunitas relawan, di sepanjang route gerak jalan, jarang terlihat panitia yang ‘menyambut’ peserta. Celakanya di garis finish juga begitu. Sehingga, tanpa penyambutan peserta gerak jalan balik kanan sendiri-sendiri tanpa applause yang memabanggakan dari panitia.

 “Teman saya bahkan setiap ikut gerak jalan mojosuro sampai hafal. Mankanya gak berharap finish di tugu pahlawan, kalau sekiranya capek, ya balik kanan, telpon saudaranya minta dijemput,” Ujarnya.

 Sejalan dengan Mas udev, Harper berkomentar bahwa, perlu dimaklumi, kegiatan ini sempat vakum 3 tahun sehingga saat menyelenggarakan lagi, panitianya agak kagok kaget bingung bagaimana cara mensukseskannya, termasuk mepetnya waktu pendaftaran peserta.

 Mungkin, lebih tepatnya ‘woro-woronya’ kurang gencar bersemangat, atau perhatian panitianya lebih tertuju pada panggung hiburan dengan artis kondang yang lagu-lagunya sedang naik daun, dan wajah artisnya yang kinyis-kinyis dibanding wajah peserta gerak jalan yang kumus-kumus.

 Kalo kegiatan apapun itu dilaksanakan rutin apalagi skala besar tapi sempat vakum beberapa tahun, pasti ketika dimulai lagi sudah berbeda kesiapannya. Seperti mulai dari nol lagi.

 Yang sudah biasa jadi panitia saja kadang masih ada kekurangan disana-sini, apalagi panitia baru yang minim pengalaman. Untuk itulah perlunya terus belajar dari pengalaman dan menjaga kekompakan, merupakan salah satu kunci keberhasilan acara.

 Tetap bersemangat, tetap ber positif thingking saja, anggap saja semua kejadian yang mengecewakan itu di luar rundown yang dibahas panitia dalam rapat-rapatnya. Termasuk pelibatan komunitas relawan yang membantu keamanan, kenyamanan dan kesehatan peserta gerak jalan mojosuro sebagai salah satu media untuk menanamkan rasa nasionalisme dan patriotisme kepada generasi muda, ditengah-tengah arus globalisasi yang serba ‘computerize’ yang canggih. Salam Tangguh, Salam Kemanusiaan. [eBas/SeninLegi-06112023]

 

 

 

 

 

  

1 komentar:

  1. berbagai organisasi kepemudaan seperti AMPI, KNPI, FKPPI, BANSER, dan sejenisnya tampaknya lupa daftar jadi peserta gerak jalan. ada apa ini ?. begitu juga dengan instansi pemerintah juga sedikit yang ambil peran.

    ini harus menjadi evaluasi oleh pemda yang membidangi giat ini agar tahun depan semakin asik

    BalasHapus