Para pegiat
Komunitas Relawan Indonesia (K.R.I) punya cara sendiri untuk saling peduli
terhadap anggotanya dalam rangka berbagi informasi, tukar pengalaman
meningkatkan wawasan, keterampilan dan kapasitas di dunia kerelawanan di bidang
penanggulangan bencana.
Acara berbagi
itu seringkali dilakukan di warung kopi (warkop)
murahan pinggiran jalan, kelas rakyat jelata. Itu dilakukan, disamping karena
keterbatasan isi dompet, juga terkandung maksud membangun rasa solidaritas
terhadap sesama sebagai wujud nyata gerakan “Mari
Berbagi di Warung Tetangga” yang sedang ramai di media sosial saat ini.
Karena,
sesungguhnyalah, dengan kegiatan nyruput kopi bareng di warung murahan,
interaksi antar anggota komunitas dengan penjualnya (dan pengunjung lain)
semakin terjalin akrab, saling guyonan, belajar berpendapat, saling
mendengarkan dan berbagi cerita tanpa sekat, tanpa sungkan. Disinilah menjadikan
komunitas semakin terbangun rasa pertemanan yang menguat sebagai wujud ‘hablum minnan nas’.
Konon,
dulu Bung Karno juga sering ‘blusukan’
menyapa wong cilik, kaum marhaen, untuk mengasah kepekaannya terhadap
maslah-masalah sosial kemanusiaan dalam rangka menyusun konsep untuk
mensejahterakan martabat bangsanya.
Namun anggota
K.R.I tidak harus meniru kelakuan Bung Karno yang hebat itu. Tapi, paling tidak
bisa meniru semangatnya untuk peduli kepada nasib wong cilik, berbagi dengan
sesamanya, sehingga dalam melaksanakan aksi kemanusiaan penanggulangan bencana
dapat melakukan dengan penuh perhitungan sesuai kemampuan untuk menghindari
kekonyolan, bukan sekedar mendapat pujian, untuk itulah K.R.I tidak selalu turun manakala ada kejadian.
Acara berbagi
ilmu tidak melulu yang berkaitan dengan masalah penanggulangan bencana dan
pengurangan risiko bencana saja, tetapi juga lainnya yang dirasa ada guna
manfaatnya. Berbagi pengalaman nambal perahu karet, contohnya, pun dilakukan.
Tentu sambil guyonan dan nyruput kopi. Bahkan disela-sela
istirahat, tidak diharamkan untuk menggelar permainan kartu remi, sebuah
permainan yang kayaknya wajib dikuasai oleh mereka yang mentasbihkan diri
sebagai relawan, pecinta alam dan para pegiat aktivitas di alam bebas. Sehingga
semuanya berjalan dengan hati riang guna pererat persaudaraan.
Acara saling
berbagi model Komunitas Relawan Indonesia ini memang khas, yang belum tentu
dimiliki oleh organisasi lain. Selalu dilakukan dalam suasana non formal dengan
motto sersan (serius tapi santai). Termasuk
saat merencanakan kegiatan berlatih bersama dengan konsep Saling Sinau, maupun ketika
melakukan persiapan turun ke lokasi membantu operasi tanggap bencana.
Ini bisa
terjadi, mungkin karena hampir semua aktivisnya mempunyai pengalaman di bidang
kepecinta alaman dan menguasai pengetahuan tentang outbond, sehingga bisa
mensikapi segala permasalahan dengan tenang, santai, terencana, tepat dan
terukur.
Tentu semua
itu selalu diselingi dengan acara ngopi, ngobrol pintar sambil nyruput kopi tipis-tipis sebagai
penghangat suasana, penyegar semangat agar tidak salah paham. Kata itulah yang
menjadi pedoman yang harus diimani oleh setiap anggota K.R.I.
karena, bagi
komunitas relawan Indonesia, KOPI mempunyai makna mendalam, yaitu Ketika Otak Perlu Inspirasi dalam rangka
menemukan cara untuk menjalin kemitraan antar sesama relawan sehingga bisa berkontribusi
membangun gerakan pengurangan risiko bencana demi mewujudkan ketangguhan bangsa
menghadapi bencana. Untuk itulah, mari kita sruput kopinya tipis-tipis demi
kemanusiaan.*[eBas]
Mantappp... Tetap semangat Gus Edi
BalasHapus86 support nya .....
BalasHapusdari pertemananlah menjadi inspirasi utk diabadikan dalam tulisan elek-elekan