Selasa, 15 Maret 2016

K.R.I Belajar Berbagi Saling Peduli

Para pegiat Komunitas Relawan Indonesia (K.R.I) punya cara sendiri untuk saling peduli terhadap anggotanya dalam rangka berbagi informasi, tukar pengalaman meningkatkan wawasan, keterampilan dan kapasitas di dunia kerelawanan di bidang penanggulangan bencana.

Acara berbagi itu seringkali dilakukan di warung kopi (warkop) murahan pinggiran jalan, kelas rakyat jelata. Itu dilakukan, disamping karena keterbatasan isi dompet, juga terkandung maksud membangun rasa solidaritas terhadap sesama sebagai wujud nyata gerakan “Mari Berbagi di Warung Tetangga” yang sedang ramai di media sosial saat ini.

Karena, sesungguhnyalah, dengan kegiatan nyruput kopi bareng di warung murahan, interaksi antar anggota komunitas dengan penjualnya (dan pengunjung lain) semakin terjalin akrab, saling guyonan, belajar berpendapat, saling mendengarkan dan berbagi cerita tanpa sekat, tanpa sungkan. Disinilah menjadikan komunitas semakin terbangun rasa pertemanan yang menguat sebagai wujud ‘hablum minnan nas’.

Konon, dulu Bung Karno juga sering ‘blusukan’ menyapa wong cilik, kaum marhaen, untuk mengasah kepekaannya terhadap maslah-masalah sosial kemanusiaan dalam rangka menyusun konsep untuk mensejahterakan martabat bangsanya.

Namun anggota K.R.I tidak harus meniru kelakuan Bung Karno yang hebat itu. Tapi, paling tidak bisa meniru semangatnya untuk peduli kepada nasib wong cilik, berbagi dengan sesamanya, sehingga dalam melaksanakan aksi kemanusiaan penanggulangan bencana dapat melakukan dengan penuh perhitungan sesuai kemampuan untuk menghindari kekonyolan, bukan sekedar mendapat pujian, untuk itulah K.R.I tidak selalu turun manakala ada kejadian.

Acara berbagi ilmu tidak melulu yang berkaitan dengan masalah penanggulangan bencana dan pengurangan risiko bencana saja, tetapi juga lainnya yang dirasa ada guna manfaatnya. Berbagi pengalaman nambal perahu karet, contohnya, pun dilakukan.

 Tentu sambil guyonan dan nyruput kopi. Bahkan disela-sela istirahat, tidak diharamkan untuk menggelar permainan kartu remi, sebuah permainan yang kayaknya wajib dikuasai oleh mereka yang mentasbihkan diri sebagai relawan, pecinta alam dan para pegiat aktivitas di alam bebas. Sehingga semuanya berjalan dengan hati riang guna pererat persaudaraan.

Acara saling berbagi model Komunitas Relawan Indonesia ini memang khas, yang belum tentu dimiliki oleh organisasi lain. Selalu dilakukan dalam suasana non formal dengan motto sersan (serius tapi santai). Termasuk saat merencanakan kegiatan berlatih bersama dengan konsep Saling Sinau, maupun ketika melakukan persiapan turun ke lokasi membantu operasi tanggap bencana.

Ini bisa terjadi, mungkin karena hampir semua aktivisnya mempunyai pengalaman di bidang kepecinta alaman dan menguasai pengetahuan tentang outbond, sehingga bisa mensikapi segala permasalahan dengan tenang, santai, terencana, tepat dan terukur.

Tentu semua itu selalu diselingi dengan acara ngopi, ngobrol pintar sambil nyruput kopi tipis-tipis sebagai penghangat suasana, penyegar semangat agar tidak salah paham. Kata itulah yang menjadi pedoman yang harus diimani oleh setiap anggota K.R.I.


karena, bagi komunitas relawan Indonesia, KOPI mempunyai makna mendalam, yaitu Ketika Otak Perlu Inspirasi dalam rangka menemukan cara untuk menjalin kemitraan antar sesama relawan sehingga bisa berkontribusi membangun gerakan pengurangan risiko bencana demi mewujudkan ketangguhan bangsa menghadapi bencana. Untuk itulah, mari kita sruput kopinya tipis-tipis demi kemanusiaan.*[eBas] 

2 komentar:

  1. 86 support nya .....
    dari pertemananlah menjadi inspirasi utk diabadikan dalam tulisan elek-elekan

    BalasHapus