Selasa, 09 Januari 2018

ADA APA DENGAN SRPB JATIM?

      Setahun sudah keberadaan SRPB JATIM berusaha membangun sinergi untuk saling peduli meningkatkan kapasitas relawan. Sejak kongres di Kota Malang, pengurus terpilih telah mencoba berkonsolidasi menyamakan langkah untuk mejalankan amanah kongres yang bisa dikerjakan bersama-sama.

Dengan keberanian dan kemandirian yang dimiliki, pengurus mencoba membuat kegiatan yang murah meriah untuk menjalin tali silaturahim antar relawan dari berbagai induk organisasi yang berbeda latar belakang sosial ekonomi dan pengalaman.

Kegiatan yang dipandang sebelah mata oleh para ‘relawan senior’ itu dinamakan Arisan Ilmu Nol Rupiah. Dimana semua yang terlibat dalam kegiatan tersebut harus mandiri. Membawa konsumsi sendiri-sendiri. Bahkan nara sumbernya pun tidak dibayar sama sekali seperti lazimnya kegiatan sejenis yang digelar secara professional.

Namun lucunya, kelakuan pengurus SRPB JATIM mengadakan kegiatan saling berbagi itu memunculkan berbagai anggapan yang beraneka. Ada yang bilang SRPB adalah organisasi bentukan BPBD untuk membantu daya serap anggaran. Kasak kusuk yang lain, SRPB akan membawa relawan untuk tujuan tertentu, SRPB sudah melenceng dari ruh nya karena relawan kok ada pengurusnya, dan aneka anggapan lain, yang intinya SRPB itu perlu dicurigai.

Termasuk adanya issue boikot terhadap semua kegiatan SRPB JATIM. Lho memangnya ada apa dengan SRPB JATIM?. Dosa apa yang telah dilakukan oleh SRPB JATIM ?, sehingga harus di gunjingkan kesana kemari agar tidak dipercaya untuk kemudian ditinggalkan anggotanya. Jelas tujuannya mendiskreditkan SRPB JATIM.

Sayangnya, mereka yang menaruh sakwasangka kurang bersahabat itu tidak mau menunjukkan hidungnya saat SRPB JATIM mengadakan kegiatan Arisan Ilmu Nol Rupiah. Mereka yang merasa takut tersisihkan dengan hadirnya SRPB JATIM harusnya paham bahwa kelakuan SRPB JATIM itu hanya sekedar berupaya meningkatkan kualitas paseduluran antar relawan melalui acara saling berbagi informasi dan saling tukar pengalaman. Baik dalam hal pengurangan risiko bencana, maupun penanggulangan bencana.

Sebagai organisasi, SRPB JATIM itu masih baru belajar berjalan, dimana kelahirannya difasilitasi oleh BPBD Provinsi Jawa Timur dan Mercycorp. Kemudian, sesegera mungkin berusaha menyamakan langkah membangun kesepahaman antar pengurus yang terdiri dari berbagai wakil organisasi yang berbeda visi misi, agar bisa beraksi dengan karya-karyanya. Ternyata mampunya masih sebatas melakukan edukasi, belajar bersama meningkatkan kompetensi dan wawasan dari berbagai nara sumber yang berkenan diundang gratisan.

Benar, secara organisasi, SRPB JATIM belum pernah turun langsung saat ada bencana (masa tanggap darurat bencana). Semua itu disebabkan pengurusnya (juga anggotanya) punya pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan dalam waktu lama (beda dengan relawan di kamar sebelah yang benar-benar relawan). Di sisi lain, SRPB JATIM masih miskin dengan sarpras yang bisa mendukung anggotanya untuk menuju lokasi bencana.

Namun, banyak anggota, atas nama organisasinya telah terjun dengan kekuatannya sendiri menjalankan misi kemanusiaan. Dari mereka yang berada di lapangan itu, arus informasi perkembangan penanganan bencana bisa terpantau dan terdistribusikan ke berbagai pihak. Termasuk ke BNPB dan BPBD dimana pun berada.

Sungguh, tanpa peran serta kawan-kawan relawan dari berbagai komunitas, SRPB JATIM itu tidak ada apa-apanya. Sejatinya, kekuatan SRPB JATIM itu terdapat di dalam semangat kebersamaan, tanpa saling memanfaatkan untuk kepentingan tertentu. Kekuatannya ada di dalam komitmen bersama untuk menumbuh kembangkan SRPB JATIM tanpa subsidi dari mana-mana.

Artinya, SRPB JATIM dalam berkegiatan selalu berusaha mandiri dan tetap mempertahankan kekhasannya. Termasuk dalam upaya mencari peluang kemitraan yang sampai sekarang belum ada peluang yang berhasil ditangkap.

Semua keterbatasan itu tetap disyukuri. percayalah tidak ada konflik internal seperti yang dituduhkan oleh mereka yang alergi dengan keberadaan SRPB, sehingga harus dijauhi dan dipengaruhi jika ada relawan yang akan bergabung, dan berpartisipasi untuk bersinergi dan berbagi. Subhanallah, sampai segitunya mereka yang takut kehilangan pamor dengan kehadiran SRPB JATIM.

Kini, diawal tahun 2018, pengurus SRPB JATIM mencoba urunan membuat baju seragam sebagai identitas yang membanggakan. Dimana nantinya seluruh hasil keuntungan penjualan seragam masuk kas untuk mendukung kegiatan bersama, tidak dinikmati oleh orang per orang seperti yang disangka oleh mereka yang sirik. Kira-kira akan muncul gossip apalagi ya yang disangkakan ke SRPB JATIM?. Just wait and see sajalah. Sungguh Tuhan tidak tidur. [eBas]  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar