Setahun sudah
keberadaan SRPB JATIM berusaha membangun sinergi untuk saling peduli
meningkatkan kapasitas relawan. Sejak kongres di Kota Malang, pengurus terpilih
telah mencoba berkonsolidasi menyamakan langkah untuk mejalankan amanah kongres
yang bisa dikerjakan bersama-sama.
Dengan keberanian
dan kemandirian yang dimiliki, pengurus mencoba membuat kegiatan yang murah
meriah untuk menjalin tali silaturahim antar relawan dari berbagai induk
organisasi yang berbeda latar belakang sosial ekonomi dan pengalaman.
Kegiatan yang
dipandang sebelah mata oleh para ‘relawan
senior’ itu dinamakan Arisan Ilmu Nol Rupiah. Dimana semua yang terlibat
dalam kegiatan tersebut harus mandiri. Membawa konsumsi sendiri-sendiri. Bahkan
nara sumbernya pun tidak dibayar sama sekali seperti lazimnya kegiatan sejenis
yang digelar secara professional.
Namun lucunya,
kelakuan pengurus SRPB JATIM mengadakan kegiatan saling berbagi itu memunculkan
berbagai anggapan yang beraneka. Ada yang bilang SRPB adalah organisasi
bentukan BPBD untuk membantu daya serap anggaran. Kasak kusuk yang lain, SRPB
akan membawa relawan untuk tujuan tertentu, SRPB sudah melenceng dari ruh nya karena
relawan kok ada pengurusnya, dan aneka anggapan lain, yang intinya SRPB itu
perlu dicurigai.
Termasuk adanya
issue boikot terhadap semua kegiatan SRPB JATIM. Lho memangnya ada apa dengan
SRPB JATIM?. Dosa apa yang telah dilakukan oleh SRPB JATIM ?, sehingga harus di
gunjingkan kesana kemari agar tidak dipercaya untuk kemudian ditinggalkan
anggotanya. Jelas tujuannya
mendiskreditkan SRPB JATIM.
Sayangnya,
mereka yang menaruh sakwasangka kurang bersahabat itu tidak mau menunjukkan
hidungnya saat SRPB JATIM mengadakan kegiatan Arisan Ilmu Nol Rupiah. Mereka yang
merasa takut tersisihkan dengan hadirnya SRPB JATIM harusnya paham bahwa
kelakuan SRPB JATIM itu hanya sekedar berupaya meningkatkan kualitas
paseduluran antar relawan melalui acara saling berbagi informasi dan saling
tukar pengalaman. Baik dalam hal pengurangan risiko bencana, maupun
penanggulangan bencana.
Sebagai organisasi,
SRPB JATIM itu masih baru belajar berjalan, dimana kelahirannya difasilitasi
oleh BPBD Provinsi Jawa Timur dan Mercycorp. Kemudian, sesegera mungkin
berusaha menyamakan langkah membangun kesepahaman antar pengurus yang terdiri
dari berbagai wakil organisasi yang berbeda visi misi, agar bisa beraksi dengan
karya-karyanya. Ternyata mampunya masih sebatas melakukan edukasi, belajar
bersama meningkatkan kompetensi dan wawasan dari berbagai nara sumber yang
berkenan diundang gratisan.
Benar,
secara organisasi, SRPB JATIM belum pernah turun langsung saat ada bencana (masa
tanggap darurat bencana). Semua itu disebabkan pengurusnya (juga anggotanya)
punya pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan dalam waktu lama (beda dengan
relawan di kamar sebelah yang benar-benar relawan). Di sisi lain, SRPB JATIM
masih miskin dengan sarpras yang bisa mendukung anggotanya untuk menuju lokasi
bencana.
Namun,
banyak anggota, atas nama organisasinya telah terjun dengan kekuatannya sendiri
menjalankan misi kemanusiaan. Dari mereka yang berada di lapangan itu, arus
informasi perkembangan penanganan bencana bisa terpantau dan terdistribusikan
ke berbagai pihak. Termasuk ke BNPB dan BPBD dimana pun berada.
Sungguh,
tanpa peran serta kawan-kawan relawan dari berbagai komunitas, SRPB JATIM itu
tidak ada apa-apanya. Sejatinya, kekuatan SRPB JATIM itu terdapat di dalam
semangat kebersamaan, tanpa saling memanfaatkan untuk kepentingan tertentu. Kekuatannya
ada di dalam komitmen bersama untuk menumbuh kembangkan SRPB JATIM tanpa
subsidi dari mana-mana.
Artinya,
SRPB JATIM dalam berkegiatan selalu berusaha mandiri dan tetap mempertahankan kekhasannya. Termasuk dalam upaya
mencari peluang kemitraan yang sampai sekarang belum ada peluang yang berhasil
ditangkap.
Semua keterbatasan
itu tetap disyukuri. percayalah tidak ada konflik internal seperti yang dituduhkan oleh mereka yang alergi dengan keberadaan SRPB, sehingga harus dijauhi dan dipengaruhi jika ada relawan
yang akan bergabung, dan berpartisipasi untuk bersinergi dan berbagi. Subhanallah,
sampai segitunya mereka yang takut kehilangan pamor dengan kehadiran SRPB JATIM.
Kini,
diawal tahun 2018, pengurus SRPB JATIM mencoba urunan membuat baju seragam sebagai
identitas yang membanggakan. Dimana nantinya seluruh hasil keuntungan penjualan
seragam masuk kas untuk mendukung kegiatan bersama, tidak dinikmati oleh orang
per orang seperti yang disangka oleh mereka yang sirik. Kira-kira akan muncul gossip apalagi ya yang disangkakan ke SRPB
JATIM?. Just wait and see sajalah. Sungguh Tuhan tidak tidur. [eBas]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar