Minggu, 21 April 2019

LITERASI MENINGKATKAN WAWASAN RELAWAN


Budaya literasi itu bukan sekedar kemampuan untuk membaca, menulis dan berhitung saja. Namun, mencakup kemampuan untuk berkomunikasi, membangun jejaring kemitraan dan menciptakan peluang kerja dan bekerja sama dengan pihak lain,  itu juga merupakan bekal yang perlu dimiliki untuk relawan penanggulangan bencana guna meningkatkan kesejahteraan hidup dalam arti yang luas.

Dalam lamannya theconversation.com dikatakan bahwa rendahnya literasi merupakan masalah mendasar yang memiliki dampak sangat luas bagi kemajuan bangsa. Literasi rendah berkontribusi terhadap rendahnya produktivitas bangsa. Ini berujung pada rendahnya pertumbuhan dan akhirnya berdampak terhadap rendahnya tingkat kesejahteraan yang ditandai oleh rendahnya pendapatan per kapita. Literasi rendah juga berkontribusi secara signifikan terhadap kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan.
     
     Ya, literasi ini begitu penting di dalam kehidupan jaman now yang diwarnai kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi. Perkembangan teknologi yang sangat pesat ini tentu membawa pengaruh terhadap pola relasi antar manusia. Etika dan sopan santun pun dinomor duakan.

Untuk itulah, di era ketatnya persaingan globalisasi, kemampuan literasi sangat diperlukan dalam segala lini kehidupan manusia. Hal ini mengingat kemampuan literasi ini bisa menjadi kunci manusia untuk berproses menjadi manusia yang lebih berpengetahuan dan berperadaban tanpa meninggalkan etika ketimuran.  

Salah satu cara yang bisa ditempuh untuk meningkatkan kemampuan literasi ini adalah dengan banyak membaca buku dan sering bersemuka bersama kawan untuk tukar informasi, saling cerita pengalaman untuk menginspirasi sesama. Ya, intinya banyak berilaturahmi dengan sesama relawan penanggulangan bencana, pasti ada sesuatu yang bisa diambil untuk menambah wawasan sekaligus mempererat tali silaturahim.

SRPB JATIM, dengan kegiatan rutinnya yang bernama Arisan Ilmu, bisa juga dimaknai sebagai upaya meningkatkan kemampuan literasi relawan penanggulangan bencana. Sambil bersilaturahmi, mereka berbagi cerita, saling menginformasikan pengalamannya.

Apalagi, masing-masing relawan telah memiliki aneka pengalaman yang bisa menginspirasi sesamanya untuk memperkaya pengetahuan yang akan berguna kelak dikemudian hari. Begitu juga nara sumber yang diundang juga berkompeten dalam bidangnya. Hal ini tentu membuat mereka yang berkesempatan hadir akan bertambah wawasannya.

Dalam lamannya gurudigital.id, dikatakan bahwa literasi adalah seperangkat kemampuan dan keterampilan  individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya National Institut for Literacy sendiri menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan literasi adalah kemampuan seseorang untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat.

Dari pernyataan di atas, nyatalah bahwa relawan pun perlu meningkatkan kemampuan literasi dalam rangka meningkatkan kapasitasnya sebagai relawan yang aktif dalam penanggulangan bencana dan tentunya bisa membantu BPBD dalam upaya sosialisasi pengurangan risiko bencana kepada masyarakat. Termasuk ikut serta menjaga kelestarian alam dalam rangka mengurangi dampak bencana. Hal ini sesuai dengan jargon BNPB yang dimunculkan saat Rakornas 2019, "Kita Jaga Alam, Alam Jaga Kita"

Apalagi, relawan itu tidak selamanya mampu aktif turun ke lokasi bencana, karena kekuatan fisiknya  semakin renta dimakan usia. Pasti ada saatnya untuk ‘undur diri’. Untuk itulah kekuatan okol harus berganti dengan kekuatan akal. Dengan kemampuan literasi yang dimiliki, akan memudahkan beradaptasi dengan lingkungan baru yang tidak jauh dari dunia kerelawanan. Misalnya menjadi fasilitator dalam pendidikan dan pelatihan kebencanaan, menjadi pembicara dalam seminar kebencanaan, menjadi konsultan untuk penanggulangan bencana, dan sebagainya.

Artinya, penguatan budaya literasi melalui kegiatan Arisan Ilmu menjadi penting bagi relawan dalam rangka memperluas wawasan sekaligus membuka jejaring kemitraan antar relawan. Siapa tahu dari situ akan terbangun kolaborasi dan sinergi yang cantik dalam melaksanakan sebuah kegiatan.

Semoga kegiatan rutin Arisan Ilmu yang diagendakan oleh SRPB JATIM, bisa melahirkan relawan pembelajar bagi sesamanya. Hal ini sejalan dengan Perka BNPB nomor 17 tahun 2011. Disana jelas disebutkan bahwa relawan penanggulangan bencana perlu memiliki kecakapan atau keterampilan khusus yang dibutuhkan dalam penanggulangan bencana.

Kemahiran tersebut dapat digabungkan dalam kelompok kecakapan Perencanaan, Pendidikan, Sistem informasi geografis dan pemetaan, Pelatihan gladi dan simulasi, Kaji cepat bencana, SAR dan evakuasi, Transportasi, Logostik, Keamanan pangan dan nutrisi, Dapur umum, Pengelolaan lokasi pengungsian dan huntara, Pengelolaan pos penanggulangan bencana, Kesehatan, Air bersih sanitasi dan kesehatan lingkungan, Keamanan dan perlindungan.

Kemudian, keterampilan tentang Gender dan kelompok rentan, Psikososial/konseling/penyembuhan trauma, Pertukangan dan perekayasaan, Pertanian peternakan dan penghidupan, Administrasi, Pengelolaan keuangan, Bahasa asing, Informasi dan komunikasi, Hubungan media dan masyarakar, Pemantauan evaluasi dan pelaporan, Promosi dan mobilisasi relawan.

Tentulah masing-masing kecakapan ini perlu diagendakan untuk dibahas dalam kegiatan Arisan Ilmu. Untuk didiskusikan bersama sambil nyruput kopi dalam rangka menyamakan pemahaman pesan yang tersirat dalam Perka 17, sekaligus sebagai upaya meningkatkan kemampuan literasi relawan penanggulangan bencana. Salam Tangguh, Salam Literasi, tetap menginspirasi. [eBas/senin pahing, 22/4]    
  












2 komentar:

  1. Literasi kebencanaan sebagai upaya untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai bencana sehingga bisa meminimalisir risiko bencana.

    BalasHapus
  2. semoga akan lahir regulasi ttg peran komunitas relawan untuk turut serta melakukan program edukasi/sosialisasi/penyuluhan dan pendampingan pasca program. ini penting agar apa yg telah dilakukan bisa benar2 berdampak pada mengubah perilaku masyarakat yg tinggal di KRB yg tangguh, punya kesiapsiagaan dalammengantisipasi bencanayg mungkin akan melanda daerahnya sekonyong konyong

    BalasHapus