Budaya
literasi itu bukan sekedar kemampuan untuk membaca, menulis dan berhitung saja.
Namun, mencakup kemampuan untuk berkomunikasi, membangun jejaring kemitraan dan
menciptakan peluang kerja dan bekerja sama dengan pihak lain, itu juga merupakan bekal yang perlu dimiliki
untuk relawan penanggulangan bencana guna meningkatkan kesejahteraan hidup
dalam arti yang luas.
Dalam
lamannya theconversation.com dikatakan bahwa rendahnya literasi merupakan
masalah mendasar yang memiliki dampak sangat luas bagi kemajuan bangsa.
Literasi rendah berkontribusi terhadap rendahnya produktivitas bangsa. Ini
berujung pada rendahnya pertumbuhan dan akhirnya berdampak terhadap rendahnya
tingkat kesejahteraan yang ditandai oleh rendahnya pendapatan per kapita.
Literasi rendah juga berkontribusi secara signifikan terhadap kemiskinan,
pengangguran dan kesenjangan.
Ya,
literasi ini begitu penting di dalam kehidupan jaman now yang diwarnai kecanggihan
teknologi informasi dan komunikasi. Perkembangan teknologi yang sangat pesat
ini tentu membawa pengaruh terhadap pola relasi antar manusia. Etika dan sopan
santun pun dinomor duakan.
Untuk
itulah, di era ketatnya persaingan globalisasi, kemampuan literasi sangat
diperlukan dalam segala lini kehidupan manusia. Hal ini mengingat kemampuan
literasi ini bisa menjadi kunci manusia untuk berproses menjadi manusia yang
lebih berpengetahuan dan berperadaban tanpa meninggalkan etika ketimuran.
Salah
satu cara yang bisa ditempuh untuk meningkatkan kemampuan literasi ini adalah
dengan banyak membaca buku dan sering bersemuka bersama kawan untuk tukar
informasi, saling cerita pengalaman untuk menginspirasi sesama. Ya, intinya
banyak berilaturahmi dengan sesama relawan penanggulangan bencana, pasti ada
sesuatu yang bisa diambil untuk menambah wawasan sekaligus mempererat tali
silaturahim.
SRPB
JATIM, dengan kegiatan rutinnya yang bernama Arisan Ilmu, bisa juga dimaknai
sebagai upaya meningkatkan kemampuan literasi relawan penanggulangan bencana. Sambil
bersilaturahmi, mereka berbagi cerita, saling menginformasikan pengalamannya.
Apalagi,
masing-masing relawan telah memiliki aneka pengalaman yang bisa menginspirasi
sesamanya untuk memperkaya pengetahuan yang akan berguna kelak dikemudian hari.
Begitu juga nara sumber yang diundang juga berkompeten dalam bidangnya. Hal ini
tentu membuat mereka yang berkesempatan hadir akan bertambah wawasannya.
Dalam
lamannya gurudigital.id, dikatakan bahwa literasi adalah seperangkat
kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara,
menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya National
Institut for Literacy sendiri menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
literasi adalah kemampuan seseorang untuk membaca, menulis, berbicara,
menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam
pekerjaan, keluarga dan masyarakat.
Dari
pernyataan di atas, nyatalah bahwa relawan pun perlu meningkatkan kemampuan
literasi dalam rangka meningkatkan kapasitasnya sebagai relawan yang aktif
dalam penanggulangan bencana dan tentunya bisa membantu BPBD dalam upaya
sosialisasi pengurangan risiko bencana kepada masyarakat. Termasuk ikut serta menjaga kelestarian alam dalam rangka mengurangi dampak bencana. Hal ini sesuai dengan jargon BNPB yang dimunculkan saat Rakornas 2019, "Kita Jaga Alam, Alam Jaga Kita"
Apalagi,
relawan itu tidak selamanya mampu aktif turun ke lokasi bencana, karena
kekuatan fisiknya semakin renta dimakan
usia. Pasti ada saatnya untuk ‘undur
diri’. Untuk itulah kekuatan okol
harus berganti dengan kekuatan akal. Dengan
kemampuan literasi yang dimiliki, akan memudahkan beradaptasi dengan lingkungan
baru yang tidak jauh dari dunia kerelawanan. Misalnya menjadi fasilitator dalam
pendidikan dan pelatihan kebencanaan, menjadi pembicara dalam seminar
kebencanaan, menjadi konsultan untuk penanggulangan bencana, dan sebagainya.
Artinya, penguatan
budaya literasi melalui kegiatan Arisan Ilmu menjadi penting bagi relawan dalam
rangka memperluas wawasan sekaligus membuka jejaring kemitraan antar relawan.
Siapa tahu dari situ akan terbangun kolaborasi dan sinergi yang cantik dalam
melaksanakan sebuah kegiatan.
Semoga
kegiatan rutin Arisan Ilmu yang diagendakan oleh SRPB JATIM, bisa melahirkan
relawan pembelajar bagi sesamanya. Hal ini sejalan dengan Perka BNPB nomor 17
tahun 2011. Disana jelas disebutkan bahwa relawan penanggulangan bencana perlu
memiliki kecakapan atau keterampilan khusus yang dibutuhkan dalam
penanggulangan bencana.
Kemahiran
tersebut dapat digabungkan dalam kelompok kecakapan Perencanaan, Pendidikan,
Sistem informasi geografis dan pemetaan, Pelatihan gladi dan simulasi, Kaji
cepat bencana, SAR dan evakuasi, Transportasi, Logostik, Keamanan pangan dan
nutrisi, Dapur umum, Pengelolaan lokasi pengungsian dan huntara, Pengelolaan
pos penanggulangan bencana, Kesehatan, Air bersih sanitasi dan kesehatan
lingkungan, Keamanan dan perlindungan.
Kemudian, keterampilan tentang Gender dan
kelompok rentan, Psikososial/konseling/penyembuhan trauma, Pertukangan dan
perekayasaan, Pertanian peternakan dan penghidupan, Administrasi, Pengelolaan
keuangan, Bahasa asing, Informasi dan komunikasi, Hubungan media dan
masyarakar, Pemantauan evaluasi dan pelaporan, Promosi dan mobilisasi relawan.
Tentulah
masing-masing kecakapan ini perlu diagendakan untuk dibahas dalam kegiatan
Arisan Ilmu. Untuk didiskusikan bersama sambil nyruput kopi dalam rangka menyamakan
pemahaman pesan yang tersirat dalam Perka 17, sekaligus sebagai upaya
meningkatkan kemampuan literasi relawan penanggulangan bencana. Salam Tangguh,
Salam Literasi, tetap menginspirasi. [eBas/senin pahing, 22/4]
Literasi kebencanaan sebagai upaya untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai bencana sehingga bisa meminimalisir risiko bencana.
BalasHapussemoga akan lahir regulasi ttg peran komunitas relawan untuk turut serta melakukan program edukasi/sosialisasi/penyuluhan dan pendampingan pasca program. ini penting agar apa yg telah dilakukan bisa benar2 berdampak pada mengubah perilaku masyarakat yg tinggal di KRB yg tangguh, punya kesiapsiagaan dalammengantisipasi bencanayg mungkin akan melanda daerahnya sekonyong konyong
BalasHapus