Minggu, 03 November 2019

PKBM AT-TAUBAH BANYUWANGI MENGGELAR SEMINAR DAN UNJUK KARYA MANDIRI.


Pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) At-Taubah Kabupaten Banyuwangi mengadakan acara seminar tentang “Entrepreunership Dalam Kontek Sadar Bencana”. Kegiatan ini mengundang berbagai kalangan, khususnya para pegiat satuan pendidikan nonformal,  bertempat di Bumi Perkemahan Wisata Edukasi Batik PKBM ‘At – Taubah’, Susukan kidul, Gladag, Rogojampi Banyuwangi, selama dua hari, 2 – 3 November 2019.

Kegiatan ini sangat menarik. Pengunjungnya banyak dan antusias menikmati segala sajian dari panitia. Beberapa spot dibuka dengan berbagai informasi yang bernilai edukasi. Ada unjuk karya alat yang dinamakan ATM Beras untuk menyantuni kaum dhuafa (inovasi dari semangat jempitan beras yang diperbarui dengan pendekatan komputerisasi), Ada pula pameran jajanan olahan yang memanfaatkan buah naga. Seperti rengginang buah naga dan Keripik buah Pare.  

Tidak lupa produk unggulan karya kerajinan tangan berupa Batik Susukan hasil kelompok belajar usaha (KBU) PKBM ‘At – Taubah’ yang baru seumur jagung namun sudah berprestasi setinggi gunung, ikut ditampilkan dan menarik perhatian. Bahkan sudah melayani pesanan sampai ke luar jawa.

Ya, dengan produk batik yang khas dan di tawarkan lewat media on line, pesanan demi pesanan mengalir dan tentunya menyenangkan. Dampaknya, keberadaan PKBM At-Taubah semakin dikenal. Hal ini menjadi penyemangat tersendiri bagi mereka yang terlibat dalam proses pembuatan Batik Susukan dengan corak khas mBanyuwangen.

Tentu saja pengurusnya harus terus meningkatkan ‘tampilan’ lembaga dengan program-program yang menarik sekaligus dirasakan oleh masyarakat sekitar. Ini tidak mudah, perlu komitmen kuat dari mereka yang terlibat. Tanpa itu, At-Taubah akan menjadi PKBM jenis On – Off, yang hidupnya tergantung pada bantuan. tanpa itu dia akan mati suri, seperti yang disinyalir oleh Kabid Dikmas, Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi.

Hal ini sejalan dengan pemateri seminar, Dian Harmuningsih, Koordinator sekretariat bersama relawan penanggulangan bencana (SRPB) Jawa Timur, yang membahas tentang pentingnya generasi muda memahami entrepreunership agar bisa membuka peluang usaha sendiri tanpa tergantung kepada pihak lain. Sehingga akan menjadi lembaga yang benar-benar mandiri dan membawa kebaikan bagi sesama.

Ke depan, keberadaan KBU Batik diharapkan bisa mendorong tumbuhnya KBU lain sesuai pangsa pasar yang masih terbuka lebar. Sehingga bisa mensejahterakan anggotanya dalam arti luas, secara mandiri, dan kreatif sesuai konsep pemberdayaan yang menurut Suharto, adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan.

Pemberdayaan masyarakat juga diartikan sebagai kemampuan individu yang bersenyawa dengan masyarakat dalam membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan sehingga bertujuan untuk menemukan alternatif-alternatif baru dalam pembangunan masyarakat (Mardikanto dalam Muchlisin, 2017).

“Seminar enterpreuneurship ini hendaknya menjadi pimicu warga belajar dalam membangun kesadaran budaya kerja mandiri di era milenial seperti yang pernah disinggung oleh Mendikbud yang baru, pengganti Muhajir effendi. Semuanya ini kembali kepada pengelolanya.” Kata Basuki memberi masukan kepada peserta seminar yang diinisiasi PKBM At-Taubah.

Diakhir seminar, Pangarso Suryotomo, Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat, BNPB, mengatakaan bahwa upaya memampukan masyarakat dalam pengurangan risiko bencana (PRB) itu hendaknya berpedoman pada Empat Prioritas Aksi SFDRR 2015 – 2030. Yaitu, memahami risiko bencana, memperkuat tata kelola risiko bencana, investasi dalam PRB untuk ketangguhan, dan memperkuat kesiapsiagaan untuk respon yang efektif dan Bild Back Better dalam pemulihan dan rehabilitasi rekonstruksi.

Panglima Relawan, begitu gelar pria asli Jokja ini, juga mengingatkan bahwa ada beberapa Target Penangulangan Bencana yang harus diupayakan tercapai. Yaitu, mengurangi kerusakan infrastruktur, mengurangi jumlah kerugian akibat bencana, mengurangi penduduk terdampak bencana, mengurangi kematian akibat bencana.

“Disamping itu juga ada upaya meningkatkan ketersediaan informasi dan peringatan dini (EWS), meningkatkan kerjasama internasional, dan meningkatkan strategi pengurangan risiko bencana nasional dan lokal,” Kata pria yang akrab juga dipanggil Pak Papang, yang tidak pernah lepas dari rokoknya dan tentu saja kopi.

Dari obrolan gayeng malam-malam pasca seminar, sambil nimati sruputan kopi dan hawa hujan yang tampaknya segera turun, muncul setangguk harap, semoga PKBM AT-Taubah bisa menggelar program-program pendidikan masyarakat yang kental akan nilai pemberdayaan masyarakat sekaligus membangun budaya sadar bencana sehingga masyarakat memiliki kemampuan mitigasi dan kesiapsiagaan menghadapi bencana secara mandiri sesuai potensi bencana yang ada di daerahnya.

Alangkah eloknya jika PKBM At-Taubah menjadi pelopor literasi kebencanaan dengan melibatkan pramuka sebagai "agent of change" bagi masyarakat dengan membawa pesan-pesan pelestarian lingkungan, cinta flora dan fauna serta upaya pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat. Salam Kemanusiaan, Salam Literasi, tetap menginspirasi. [eBas/Senin pon-4/11]  
  
  





    




1 komentar:

  1. tetap semangat menebar kebaikan untuk sesama. sekecil apa pun Tuhan maha tahu

    BalasHapus