Pusat
kegiatan belajar masyarakat (PKBM) At-Taubah Kabupaten Banyuwangi mengadakan
acara seminar tentang “Entrepreunership Dalam Kontek Sadar Bencana”. Kegiatan
ini mengundang berbagai kalangan, khususnya para pegiat satuan pendidikan
nonformal, bertempat di Bumi Perkemahan
Wisata Edukasi Batik PKBM ‘At – Taubah’, Susukan kidul, Gladag, Rogojampi Banyuwangi,
selama dua hari, 2 – 3 November 2019.
Kegiatan ini
sangat menarik. Pengunjungnya banyak dan antusias menikmati segala sajian dari
panitia. Beberapa spot dibuka dengan berbagai informasi yang bernilai edukasi.
Ada unjuk karya alat yang dinamakan ATM Beras untuk menyantuni kaum dhuafa (inovasi
dari semangat jempitan beras yang diperbarui dengan pendekatan komputerisasi),
Ada pula pameran jajanan olahan yang memanfaatkan buah naga. Seperti rengginang
buah naga dan Keripik buah Pare.
Tidak
lupa produk unggulan karya kerajinan tangan berupa Batik Susukan hasil kelompok
belajar usaha (KBU) PKBM ‘At – Taubah’ yang baru seumur jagung namun sudah
berprestasi setinggi gunung, ikut ditampilkan dan menarik perhatian. Bahkan sudah
melayani pesanan sampai ke luar jawa.
Ya,
dengan produk batik yang khas dan di tawarkan lewat media on line, pesanan demi
pesanan mengalir dan tentunya menyenangkan. Dampaknya, keberadaan PKBM
At-Taubah semakin dikenal. Hal ini menjadi penyemangat tersendiri bagi mereka
yang terlibat dalam proses pembuatan Batik Susukan dengan corak khas
mBanyuwangen.
Tentu saja
pengurusnya harus terus meningkatkan ‘tampilan’
lembaga dengan program-program yang menarik sekaligus dirasakan oleh masyarakat
sekitar. Ini tidak mudah, perlu komitmen kuat dari mereka yang terlibat. Tanpa itu,
At-Taubah akan menjadi PKBM jenis On – Off, yang hidupnya tergantung pada bantuan. tanpa itu dia akan mati suri, seperti yang disinyalir oleh Kabid
Dikmas, Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi.
Hal ini
sejalan dengan pemateri seminar, Dian Harmuningsih, Koordinator sekretariat
bersama relawan penanggulangan bencana (SRPB) Jawa Timur, yang membahas tentang
pentingnya generasi muda memahami entrepreunership agar bisa membuka
peluang usaha sendiri tanpa tergantung kepada pihak lain. Sehingga akan menjadi
lembaga yang benar-benar mandiri dan membawa kebaikan bagi sesama.
Ke depan,
keberadaan KBU Batik diharapkan bisa mendorong tumbuhnya KBU lain sesuai pangsa
pasar yang masih terbuka lebar. Sehingga bisa mensejahterakan anggotanya dalam
arti luas, secara mandiri, dan kreatif sesuai konsep pemberdayaan yang menurut
Suharto, adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kelompok lemah dalam
masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan.
Pemberdayaan
masyarakat juga diartikan sebagai kemampuan individu yang bersenyawa dengan
masyarakat dalam membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan sehingga
bertujuan untuk menemukan alternatif-alternatif baru dalam pembangunan
masyarakat (Mardikanto dalam Muchlisin, 2017).
“Seminar
enterpreuneurship ini hendaknya menjadi pimicu warga belajar dalam membangun
kesadaran budaya kerja mandiri di era milenial seperti yang pernah disinggung
oleh Mendikbud yang baru, pengganti Muhajir effendi. Semuanya ini kembali
kepada pengelolanya.” Kata Basuki memberi masukan kepada peserta seminar yang diinisiasi
PKBM At-Taubah.
Diakhir seminar,
Pangarso Suryotomo, Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat, BNPB, mengatakaan bahwa
upaya memampukan masyarakat dalam pengurangan risiko bencana (PRB) itu
hendaknya berpedoman pada Empat Prioritas Aksi SFDRR 2015 – 2030. Yaitu,
memahami risiko bencana, memperkuat tata kelola risiko bencana, investasi dalam
PRB untuk ketangguhan, dan memperkuat kesiapsiagaan untuk respon yang efektif
dan Bild Back Better dalam pemulihan
dan rehabilitasi rekonstruksi.
Panglima
Relawan, begitu gelar pria asli Jokja ini, juga mengingatkan bahwa ada beberapa
Target Penangulangan Bencana yang harus diupayakan tercapai. Yaitu, mengurangi
kerusakan infrastruktur, mengurangi jumlah kerugian akibat bencana, mengurangi
penduduk terdampak bencana, mengurangi kematian akibat bencana.
“Disamping
itu juga ada upaya meningkatkan ketersediaan informasi dan peringatan dini
(EWS), meningkatkan kerjasama internasional, dan meningkatkan strategi
pengurangan risiko bencana nasional dan lokal,” Kata pria yang akrab juga
dipanggil Pak Papang, yang tidak pernah lepas dari rokoknya dan tentu saja kopi.
Dari obrolan
gayeng malam-malam pasca seminar, sambil nimati sruputan kopi dan hawa hujan
yang tampaknya segera turun, muncul setangguk harap, semoga PKBM AT-Taubah bisa
menggelar program-program pendidikan masyarakat yang kental akan nilai pemberdayaan
masyarakat sekaligus membangun budaya sadar bencana sehingga masyarakat
memiliki kemampuan mitigasi dan kesiapsiagaan menghadapi bencana secara mandiri
sesuai potensi bencana yang ada di daerahnya.
Alangkah eloknya jika PKBM At-Taubah menjadi pelopor literasi kebencanaan dengan melibatkan pramuka sebagai "agent of change" bagi masyarakat dengan membawa pesan-pesan pelestarian lingkungan, cinta flora dan fauna serta upaya pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat. Salam Kemanusiaan, Salam Literasi, tetap menginspirasi. [eBas/Senin pon-4/11]
Alangkah eloknya jika PKBM At-Taubah menjadi pelopor literasi kebencanaan dengan melibatkan pramuka sebagai "agent of change" bagi masyarakat dengan membawa pesan-pesan pelestarian lingkungan, cinta flora dan fauna serta upaya pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat. Salam Kemanusiaan, Salam Literasi, tetap menginspirasi. [eBas/Senin pon-4/11]
tetap semangat menebar kebaikan untuk sesama. sekecil apa pun Tuhan maha tahu
BalasHapus