Minggu, 22 Maret 2020

SEMUA KARENA CORONA


Gegara corona yang semakin meluas sebarannya, maka pemerintah mengambil kebijakan untuk bekerja di rumah dalam rangka upaya memutus rantai penyebarannya. Seperti saya, hari ini  mendapat giliran BDR (bekerja dari rumah), namun tetap absen dan membuat laporan online dari rumah (beserta foto kegiatan).

Ternyata BDR itu berat sekali. Mudah capek, bolak balik angop, bolak balik ngemil trus glethak’an di lantai sampai ketiduran. Tentu ini tidak sehat. Untuk itulah, senyampang mendapat jatah BDR, saya bermaksud ikutan berpartisipasi jaga Posko Siaga Corona di Kantor Gubernuran (Grahadi)., kumpul dengan berbagai relawan yang sedang piket. Siapa tahu disana nanti mendapat informasi baru. Lumayan bisa nambah ilmu dan relasi.

Sayang seribu sayang, putus sudah harapan. Karena, ternyata Ibu Gubernur telah mengumumkan bahwa jumlah piket Posko Siaga Corona dikurangi. Bukan karena keterbatasan konsumsi, tapi lebih karena Corona sudah semakin menyebar ke semua lini. Begitu juga koordinator SRPB Jawa Timur telah menginstruksikan kepada relawan yang siap piket untuk mundur alon-alon mengikuti himbauan Ibu Gubernur demi keselamatan.

Ya, gagal sudah rencana saya mengaktualisasikan diri sebagai relawan untuk berkontribusi ikutan jaga Posko. Seorang teman bilang, berdiam di rumah dalam rangka social descanting itu juga sudah membantu pemerintah memutus sebaran corona. Ada juga yang menyarankan untuk mengikuti berbagai diskusi online. Yang penting komunikasi tetap terjalin mesra.

Diana, sekjen Suara komunitas, bilang, silahkan Pak Edi beraktualisasi diri sebagai relawan untuk membantu sesama dan selalu membangun sinergi dengan pihak-pihak yang terkait dengan kebencaanaan, asalkan protokolnya jelas dipatuhi dan ada jaminan penanganan saat darurat.

“Kalau tidak ada, mari berpikir lebih jauh dan lebih bijak untuk keselamatan diri sendiri dan lingkup terdekat,” Kata ibu berputra dua ini mengingtakan, bahwa relawan juga rentan terhadap Corona.

Apa yang dikatakan alumni ITS ini, sejalan dengan komentarnya Yeka Kusumajaya. Pria alumni Unisma itu mengatakan, Jangan terlibat kalau kondisi rentan dan beresiko tinggi. Jangan korbankan relawan hanya untuk hal-hal yang sifatnya heroik semata. Apalagi jika dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu.

 “Kalau bukan tupoksi dan belum memiliki kemampuan dan pengetahuan menjadi relawan covid-19 lebih baik undur diri. Jangan memaksakan diri. Jangan karena kita relawan terus selalu wajib membantu kegiatan pemerintah tanpa kejelasan ‘aturan mainnya’.” Kata Yeka yang saat ini sedang di Palu.

Nasehat dari mbak Diana dan mas Yeka itu kiranya menarik untuk direnungkan bersama, demi keselamatan kawan-kawan yang memiliki jiwa kerelawanan. Dalam Perka BNPB nomor 17 tahun 2011, dikatakan Relawan Penanggulangan Bencana adalah seorang atau sekelompok orang yang memiliki kemampuan dan kepedulian untuk bekerja secara sukarela dan ikhlas dalam upaya penanggulangan bencana.

Mungkin, karena kata sukarela dan ikhlas itulah maka relawan tidak mengenal dan mempersoalkan apa itu protokol, seperti yang dimaksudkan oleh mbak Diana. Yang penting relawan siap membantu sesuai kemampuan dan tentunya kesempatan yang tidak mengganggu aktivitas pribadinya.

Konon, cerita dari relawan yang sudah merasakan piket di Posko Siaga Corona itu mengasyikkan. Disamping sering ketemu dan ber-selfie-ria dengan pejabat gubernuran, serta berkesempatan mendengarkan aneka gossip yang tidak biasa. Tugasnya tergolong ringan, bukan kerja fisik, tapi duduk mengamati berita perkembangan Corona dari berbagai daerah dan membuat laporan.

Sayang seribu kali sayang saya gagal mengaktualisasikan diri sebagai relawan yang piket di Posko Siaga Corona, karena adanya kebijakan pengurangan jumlah personil yang piket posko oleh Gubernur. Ada rasa kecewa tapi saya harus patuh dengan instruksi yang dikeluarkan oleh PIC (person in charge) yang ditunjuk oleh Koordinator SRPB Jawa Timur. Semoga ada hikmahnya. Paling tidak saya benar-benar bisa menikmati giliran bekerja di rumah (BDR) sambil ngemil dan sarungan tanpa baju alias ote - ote. Wassalam. [eBas/SeninPon-23032020]





5 komentar:

  1. kegiatan relawan/kerelawanan itu tidak harus turun langsung ke lokasi bencana (jika memang kondisi tidak mengijinkan). lewat tulisan,lewat forum diskusi untuk merumuskan ssesuatu sebagai bahan penyusunan kebijakan juga merupakan bentuk kerelawanan disisi yang lain. termasuk saran usul yang disertai alternatif solusi ....


    tetap semangat

    BalasHapus

  2. cuma di sini agen jud! online dengan proses yang sangat cepat :)
    ayo segera daftarkan diri anda di agen365 :)
    WA : +85587781483

    BalasHapus
  3. GOTONG ROYONG MERAKIT FACE SHIELD BAGI TENAGA MEDIS CONVID-19

    TIMESINDONESIA, SURABAYA – Beberapa akademisi dari Departemen Desain Produk Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya berinisiatif membuat face shield atau alat pelindung wajah untuk disumbangkan kepada tenaga medis yang menangani pasien virus Corona (Covid-19) di beberapa rumah sakit.
    Mengingat pekerjaan ini membutuhkan kecepatan agar bisa segera didistribusikan, maka perlu bantuan tenaga untuk merakit face shield.
    Sebab dengan semakin banyaknya masyarakat yang terpapar wabah Covid-19, ternyata juga berdampak pada minimnya alat perlindungan diri para medis. Dalam hal ini dokter dan perawat yang berhadapan langsung dengan pasien positif Covid-19.
    "Saya pikir kawan-kawan di kampus memerlukan banyak tenaga untuk mempercepat perakitan face shield agar bisa segera dimanfaatkan oleh para tenaga medis di lapangan," kata Syaiful, salah satu relawan yang berkenan datang ke Kampus ITS, membantu perakitan, Senin (30/3/2020).
    Syaiful merasa terketuk ketika melihat para tenaga medis kesulitan mencari face shield sementara pasien yang ditangani banyak menyita tenaga dan waktunya, untuk itulah relawan perlu membantunya.
    Banyak relawan yang datang turut membantu. Mereka merakit mika yang dikaitkan dengan kawat yang bisa dibesar kecilkan sesuai ukuran kepala. Semua dikerjakan di salah satu ruang di lingkungan Gedung Desain Produk ITS.
    "Sudah banyak relawan yang membantu melakukan kegiatan penyemprotan di berbagai fasilitas umum, saya membantu perakitan face shield saja lebih aman dan sesuai dengan kemampuan saya," kata Supriyadi, salah satu anggota sekretariat bersama relawan penanggulangan bencana (SRPB), sebuah wadah relawan yang sering membantu BPBD Provinsi Jawa timur.
    Rosma, seorang pengurus SRPB Provinsi Jawa Timur, mengatakan bahwa relawan terlibat dalam kegiatan perakitan face shield ini murni ingin membantu agar barang-barang ini bisa segera didistribusikan kepada mereka yang membutuhkan agar tidak terlambat. Karena risikonya sangat besar jika para medis tidak menggunakan benda ini.
    Menurutnya, pembuatan face shield ini merupakan inisiatif yang cerdas dan sangat membantu para medis untuk mengamankan diri saat berinteraksi dengan pasien yang harus ditangani dengan cepat.
    "Semoga sumbangan ini menginspirasi komunitas lain untuk berpartisipasi membantu upaya penanggulangan Covid-19," ujarnya saat membantu akademi ITS merakit face shield untuk tenaga medis di Surabaya. (*)

    Sumber : TimesIndonesia.co.id//selasa,31 maret 2020

    BalasHapus
  4. LAWAN VIRUS CORONA SEJUMLAH RELAWAN
    SIAP GERAK BERSAMA MEMBANTU PEMERINTAH

    TIMESINDONESIA, SURABAYA – Penyebaran pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) atau virus Corona di Indonesia dari hari ke hari mengalami kenaikan jumlah korbannya. Hal ini membuat beberapa komunitas relawan tergerak hatinya untuk membantu Pemerintah.
    Mereka akan bergandeng tangan untuk melakukan apa yang bisa dilakukan dan tidak membahayakan dirinya.
    Mulai dari kegiatan penyemprotan fasilitas umum, pembuatan bilik disinfektan, penggalangan dana untuk pengadaan alat perlindungan diri bagi para medis, serta pembagian masker dan hand sanitizer kepada masyarakat.
    Dwi Rossantiana, salah satu pengurus Sekretariat Bersama Relawan Penanggulangan Bencana (SRPB) Jawa Timur, menceritakan pengalamannya ketika mengikuti kegiatan kerelawanan menolong masyarakat agar tidak terdampak Covid-19.
    “Selama saya mengikuti kegiatan kemanusiaan ini, saya banyak mendapat pengalaman yang sangat berharga untuk bekal masa depan ketika saya nanti terjun ke masyarakat. Pengalaman ini tidak mungkin saya dapatkan dari perkuliahan semata,” katanya.
    Memang, sejak persebaran wabah Covid-19 yang mulai membahayakan, banyak komunitas dengan kemampuan sendiri berinisiatif melakukan gerakan membantu pemerintah.
    Diawali dengan membantu sosialisasi masalah Covid-19 dan cara pencegahannya, sampai upaya pengadaan alat perlindungan diri bagi para tenaga medis yang waktu itu kekurangan, sementara dipasaran tidak ada. Termasuk saat terjadi kelangkaan masker.
    Guna mengatasi hal tersebut berbagai komunitas bergerak bareng membantu pemerintah.
    “Kerja bareng dengan berbagai relawan itu menyenangkan. Kita bisa berbagi peran, belajar mengatur waktu, menghargai pendapat dan belajar bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang diberikan, serta saling memberi semangat kepada teman yang mulai turun staminanya. Ya, kegiatan bersama melawan covid-19 ini banyak memberi pelajaran kepada saya bagaimana hidup bermasyarakat itu,” ucap Ocha, saat ditemui dalam sebuah kegiatan di Kampus ITS, Rabu (1/4/2020).
    Dia menambahkan bahwa jargon relawan yang dipakai adalah 'bersatu bersinergi untuk saling peduli'. Jargon ini dibuat dalam rangka upaya meningkatkan kapasitas relawan.
    Menurut mahasiswi Ubhara Surabaya ini, kegiatan seperti ini hendaknya bisa diagendakan secara berkala. "Sukur-sukur bergantian antar komunitas sehingga akan meningkatkan kebersamaan dan saling mengenal lebih dalam masing-masing relawan dari berbagai komunitas," ungkapnya.
    Hal ini penting untuk menghindari kesalahpahaman dan menghilangkan sifat egosektoral yang masih sering mewarnai interaksi antar relawan.
    Melalui kegiatan bersama memberantas Covid-19 ini diharapkan akan terbentuk sinergitas antara relawan dengan pemerintah, khusunya BPBD yang diberi kewenangan untuk melaksanakan penanggulangan bencana. sehingga keterlibatan masyarakat akan memberikan hasil yang terbaik.
    Hal ini seperti yang diucapkan oleh kepala BNPB, Doni Monardo, bahwa pemerintah tidak akan bisa bekerja sendiri melawan virus Corona tanpa dibantu relawan. (*)

    Sumber : TimesIndonesia.co.id// rabu, 1 April 2020

    BalasHapus
  5. Zainur Rohman, dari pusat kajian anti korupsi, UGM, mengingatkan pentingnya pengawasan anggaran penanganan covid-19. Jika tidak, dia khawatir anggaran dikorupsi seperti kerap terjadi padda anggaran penanganan bencana sebelumnya. Contohnya saat bencana alam di Aceh, NTB, dan Sulteng.
    dana 405,1 triliun untuk tanggap darurat covid-19 rentan dikorupsi karena adnya kelonggaran dalam perencanaan dan penggunaan dana. Untuk itu perlu pendampingan dan pengawasan secara ketat untuk mencegah pihak2 tertentu mencari keuntungan pribadi. [Kompas/4-4-20]

    BalasHapus