Seperti biasa, sesuai kesepakatan
antara dosen Disain Produk ITS dengan SRPB JATIM, hari ini, senin (13/4),
mereka tampak bersemangat merakit face
shield sebanyak-banyaknya untuk dibagikan ke paramedis yang menangani
korban covid-19. Sesuai prosedur, mereka datang langsung masuk bilik semprot
disinfektan, kemudian cuci tangan menggunakan hand sanitizer. Baru masuk ruangan untuk menyiapkan bahan-bahan
yang akan di rakit. Begitulah protapnya.
Hari ini, merupakan hari yang ke
14 perakitan Face Shield sebagai
salah satu Alat Pelindung Diri (APD) yang sangat dibutuhkan paramedis. Konon, alat ini berguna untuk melindungi wajah
dari droplet (cipratan saluran nafas,
seperti air liur, batuk dan bersin). Yang jelas APD ini sangat dibutuhkan oleh
mereka yang menjadi garda terdepan penanganan covid-19.
Tempatnya masih sama, di Gedung
Disain Produk, Kampus ITS. Hanya personilnya yang ganti sesuai kesempatan dan
kesibukannya. Artinya, kalau tidak sibuk ya dipersilahkan membantu merakit face shield. Namun person in charge (penanggungjawab kegiatan) tetap sama, Dwi
Rossantiana, salah satu pengurus SRPB dari Navshot, Surabaya. Begitu juga
konsumsi yang tersedia, semua hasil donasi dari para relawan yang baik hati. Inilah salah satu bentuk gotong royong yang ditampilkan oleh SRPB JATIM.
Hanya saja, kegiatan kali ini ada
yang berbeda, sekaligus menggembirakan bagi relawan yang sedang piket. Karena,
ditengah kesibukan merakit face shield, tiba-tiba muncul seorang tamu yang
cukup familier dengan aktivis SRPB JATIM. Ya, Prof. Dr. Syamsul Maarif, M.Si,
selaku Penasihat Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI), sekaligus Dewan
Pembina Pusat Penelitian dan Pelatihan Indonesia Tangguh (PUSPPITA), berkenan
nyambangi relawan yang mendharma bhaktikan tenaganya untuk membantu pengadaan
APD.
Pak Prof, begitu panggilan
akrabnya, dengan antusias melihat relawan merakit mika yang telah dipotong
sesuai dengan ukuran dan peruntukannya. Sesekali bertanya dan memberi arahan.
Tentu diselingi dengan guyon khasnya. Sehingga suasana siang itu sangat
menyenangkan.
Kehadiran mantan Komandan Balayon
Sikatan 507/BS era tahun 1990 ini didampingi Kepala Produksi, Djoko Kuswanto,
membuat semangat relawan bertambah. Seakan ingin menunjukkan bahwa sekecil
apapun, relawan juga ikut berpartisipasi dalam upaya menangani wabah covid-19
yang semakin membahayakan. Ya, karena hanya itu yang bisa disumbangkan. Lain
dengan mereka yang berpunya, pasti bentuk sumbangannya pun akan berbeda. Jadi
janganlah dibandingkan, apalagi dibenturkan.
Menurut guru besar Universitas
Pertahanan (UNHAN) ini, dalam menghadapi bencana, termasuk pandemi covid-19
ini, peran akademisi dan relawan sangat dibutuhkan dan harus berlanjut sesuai
dengan sinergi pentahelix. Tinggal bagaimana melibatkan unsur media massa,
dunia usaha, dan pemerintah. Inilah yang harus dibicarakan bersama. Mungkin, lebih tepatnya, tugas BPBD yang punya kekuatan untuk itu.
“upaya memutus mata rantai
penyebaran covid-19 harus dilakukan dan melibatkan semua elemen pentahelix. Dari
tingkat pusat sampai yang paling bawah. Kemudian, yang lebih penting lagi
adalah terciptanya jalur koordinasi dan komunikasi yang baik, agar terjadi
kesepahaman disitu” Kata Syamsul, yang juga menjadi dosen sosiologi di
Universitas Negeri Jember.
Sebelum meninggalkan lokasi, Guru
besar Unhan, yang juga pemilik Joglo Kadiren (Joka), menyempatkan diri melihat
ruang 101, sebagai pusat data dan informasi terkait face shield. Kemudian juga melihat tempat pengumpulan hasil
perakitan yang selanjutnya akan dibersihkan dengan cairan disinfektan dan
diberi penyinaran ultra violet. Setelah itu dikemas dalam kardus yang steril,
dan siap didistribusikan.
Dari kunjungan itu, Pak Prof
mengusulkan agar tempat perakitan dicarikan yang lebih luas agar sirkulasi
udaranya lancar dan nyaman. Memang, selama ini tempat perakitan memakai ruang
kelas yang terbatas, sehingga tampak sumpek. Antara bahan yang akan dirakit,
hasil rakitan dan konsumsi menjadi satu. Usulannya baik, tapi kalau tempatnya tidak
ada ya bagaimana lagi, seperti kata pepatah, ‘Tiada rotan, akarpun jadi’. [dari
hasil reportase Ocha/selasa-14042020]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar