Sejak corona
resmi masuk ke Indonesia, pemerintah langsung mengeluarkan kebijakan untuk
memutus mata rantai persebaran corona
dari Wuhan, Cina yang selama ini menjadi ‘mitra dagang’ utama Indoensia. Salah satu kebijakan yang dibuat
adalah mengurangi keluyuran di luar rumah dalam rangka social distancing, bahkan physical
distancing.
Salah satu
wujudnya adalah Belajar di Rumah bagi siswa dan Bekerja Badi Rumah bagi
karyawan (khususnya PNS/ASN). Namun ternyata bekerja dari rumah (BDR) itu
membosankan sekaligus merepotkan. Karena setiap dua jam sekali wajib serlok dan
laporan secara online. Sehinga tidak bisa kemana-mana. benar-benar di rumah
saja.
Ternyata
ada manfaatnya juga wabah corona yang merepotkan pemerintah itu, yaitu
munculnya komunikasi online. Guru memberi pelajaran dan tugas kepada siswa
melalui Handphone pintar di tangannya. Siswa pun bisa langsung mengerjakannya
lewat Handphone atau komputernya, untuk kemudian dikirim balik ke gurunya.
Begitu juga
karyawan di lingkungan Dirjen Paud dan Dikdasmen, Kemendikbud, diantaranya
BP-PAUD DIKMAS JATIM. Untuk memperlancar komunikasi di masa karantina mandiri,
maka beberapa karyawan yang menguasai teknologi informasi, mencoba
memfasilitasi dengan menggelar rapat online menggunakan aplikasi Zoom meeting online. Ya, rapat online
sebagai salah satu bentuk komunikasi tidak langsung antar sesama karyawan
Balai.
Mau tidak
mau, dan siap tidak siap, semua harus mengikuti rapat online, karena nanti akan
diabsen. Semua gopoh, tampak mana yang canggih dan mana yang gabtek. Semua dipaksa
mengakrabi aplikasi Zoom untuk bisa
ikut rapat online. Walau harus nunak nunuk menggunakan metode Trial and error, semua harus mencoba sambil
bertanya lewat grup WhatsApp maupun telpon langsung kepada yang pinter. Ya, perlu
dimaklumi karena belum terbiasa bermain dengan aplikasi baru model ini.
Namanya barang
baru, tentu terjadi kebingunan, kecemasan yang berbuntut pada salah nutul keyboard, untuk kemudian mengulangi
perintah dari awal, serta kelucuan tingkah polah dari semua peserta rapat
online, yang pertama kali diwajibkan oleh pimpinan Balai.
Gelaran rapat
online ini dilakukan saat seluruh karyawan Balai dikenakan wajib bekerja dari
rumah. Jadi semua dikerjakan dari rumah masing-masing. Namanya juga rapat
online yang pertama, maka suasana canggung terasa pada awalnya. Tampak di
monitor ada yang diam saja, ada yang senyum-senyum sendiri, juga ada yang
mencoba bicara tapi tidak terdengar suaranya. Bahkan ada yang tampak sekilas istrinya cuma dasteran
saja.
Ada yang
kesulitan bergabung karena sambungan internet yang putus-nyambung. Sementara
yang masih gabtek berteriak, “gambarku mana kok tidak muncul di layar”. Peserta
lain ngedumel, “suara bapak kok pelan banget ya, coba dibesarkan volumenya yang
gambar mike itu.”. sementara yang
disuruh bingung mencari gambar mike
sambil menggerutu, “yang mana ya, sebelah mana gambarnya. Sudah saya tutul kok
ya tidak berubah ya,”. “Coba deh bapak pakai head set biar jelas suaranya,” timpal yang lain
Bagi yang
sudah tersambung dengan baik, berusaha menyapa temannya yang gambar wajahnya
sudah muncul di layar. Karena ingin berbicara dalam waktu yang bersamaan, maka
yang terjadi malah tidak jelas apa yang dibicarakan. Semua ingin mendominasi
percakapan.
Setelah
agak ruwet sedikit, selanjutnya suasana rapat online menyenangkan. Guyonan pun
mewarnai rapat online. Candaan lugu pun terdengar, “Mbakyu, Jilbab sampiyan
warnane ngejreng, tuku ndek mana, aku pesen ya.”
Ada juga
yang curhat masalah pengisian SKP dimasa BDR, “Gimana cara ngisi log harian ya,
sementara saat ini kita wajib BDR sehingga tidak memungkinkan untuk mengadakan
KBM. Adapun jika mau melakukan KBM juga tidak mungkin karena semua peserta
didik sedang menjalani program belajar di rumah. Trus kalau mau addendum,
kira-kira apa yang harus diadendum dan diganti dengan kegiatan apa ya?. Bingung
aku.”.
Pembicaraan
yang semrawut itu hanya berlangsung beberapa saat. Setelah waktu yang ditentukan
untuk rapat online tiba, semua mundur alon-alon, diam mendengarkan perintah operator
rapat online, dan mendengarkan pengarahan dari kepala Balai dan pejabat di
bawahnya.
Sungguh,
betapa efektif dan efisiennya rapat online itu. Terjadi percepatan
berkomunikasi dengan pemanfaatan teknologi internet. Wajar jika terjadi keributan sebentar karena ketidak
tahuan. Dengan rapat online ini, sangat memudahkan untuk mempertemukan seluruh
karyawan Balai tanpa perlu waktu yang lama, dan yang terpenting, Balai tidak
perlu repot menyediakan jajan kotakan.
Pesertanya
pun tidak harus meninggalkan rumah dan aktivitas lainnya. semua bisa mengikuti
rapat online dengan santai. Kalau perlu tidak harus mandi dulu dan cukup
dasteran atau sarungan.
Masalah
yang mungkin lepas dari perhatian kita adalah, kegiatan rapat online ini
mengharuskan pesertanya memiliki Handphone yang memadai serta didukung paket
data yang cukup (jalan aman adalah cari warkop gratis wifi). Semoga kita cepat
akrab dengan kecanggihan internet yang memiliki berbagai aplikasi, agar tidak
tertinggal oleh proses revolusi industry 4.0. wallahu a’lam. [eBas/SabtuKliwon-04042020]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar