Jumat, 24 Juli 2020

BANGKITLAH AYO BANGKIT F-PRB JATIM


Entah ceritanya tadi bagaimana, tiba-tiba semua komentar mengarah pada upaya mengadakan musyawarah besar (mubes), seperti yang pernah digelar di Kota Malang tahun 2017. Tepatnya di Hotel Pelangi, kidulnya alun-alun. Hasil mubes kala itu diantaranya, secara aklamasi memasrahkan nasib Forum-PRB Jawa Timur kepada Rurid Rudianto sebagai Sekretaris jendral, menggantikan Syaiful (Alm).

“Wes monggo saja segera diatur, yang pasti Alhamdulillah semangat dulur-dulur untuk ber-FPRB-ria masih menyala. Monggo gimana baiknya, yang pasti sesuai statute, bulan april 2020 kemaren itu waktunya MUBES III,” Kata Simbah Dharmo, dari Padepokan Jangkar Kelud, menyemangati dengan penuh semangat.

Gayung pun bersambut. Bermacam komentar bebas menghiasi grup whatsApp ‘Membangun Forum PRB JATIM’. Walaupun tidak semua berkomentar, namun beberapa komentator yang rajin berkomentar itu sudah cukup mewakili 114 anggota. Mereka diam itu bukan karena tidak kritis menjaga marwah Forum. Tinggal bagaimana mengkondisikannya agar nanti saat mubes digelar, semua bisa hadir.

Komentar cerdas dan bijak datang dari Achmad khusairy. Dia bilang, mungkin ada baiknya dibuatkan tulisan singkat tentang keperluan musyawarah, terus ditawarkan ke anggota forum, siapa yang mau musyawarah secara daring. Menurut hemat saya bukan soal sekjen secara personal yang akan dibahas, tapi musyawarah itu bisa kita gunakan berdiskusi tentang arah eksistensi FPRB ke depan.

Untuk kondisi sekarang yang realistis ya via daring, yang penting nanti prosesnya mewakili teman-teman forum, dan hasil musyawarahnya sesuai visi misinya forum.

“Menurutku begitu mbah. Mungkin bisa disepakati kira-kira kapan, trus dilist siapa yg bisa ikut ditanggal itu. Kalau sebagian besar bisa kan bagus. Plusnya, Kalau daring wis nggak mikir biaya dan akomodasi,” Ujarnya.
     
         Gagasan dari dosen Unair ini sangat menarik untuk dicermati sebelum memutuskan bermusyawarah secara daring. Seperti perlunya dibuatkan tulisan singkat dan keterwakilan anggota forum. Apakah tulisan evaluatif atau harapan kedepan yang perlu dirumuskan sebagai materi musyawarah atau yang bagaimana, perlu ada kejelasan.

“Kalau keterwakilan forum dalam mewadahi berbagai elemen pentahelix, ya jelas wajib. Agar tidak terkesan forum hanya mewakili kelompok tertentu saja,” Kata yang lain.

Tampaknya arah menuju musvida (musyawarah via daring) semakin kongkrit, tinggal pembulatan dengan jalan mengintensifkan komunikasi untuk membangun kesepahaman bahwa kita perlu segera musyawarah sesuai amanah 2017.

“Kurangnya cuma setunggal Mbah .... Yang bikin apapun rencana sepetinya ambyar di tengah jalan, yaitu kurang ngopi bareng dalam FPRB.  Kalaupun ada kegiatan sebagaimana dinyatakan Pak Sekjen, basisnya lembaga masing-masing,” Kata Yosua.

Apa yang dikatakan Yosua itu senada dengan komentarnya Pak Sekjen. Dimana beliau mengatakan bahwa sejelek apapun peningkatan kapasitas yang di lakukan oleh lembaga & relawan penanggulangan bencana, walaupun niatnya untuk antisipasi bencana alam. Mosok se ora ono gunane kangge nanggulangi covid?.

“Sakjane akeh sing wes di lakoni poro lembaga  karo organisasi relawan. Tapi kok seolah-olah tidak ada jejaknya ya?,” Ujar penikmat kopi khas malangan. Mungkin pertanyaan itu juga dimiliki oleh anggota yang lain, hanya tidak sempat keluar.

Ya, senyatanyalah pandemi dari Kota Wuhan ini telah melahirkan banyak relawan baru dengan berbagai aktivitasnya  untuk turut serta memutus rantai sebaran covid-19. Saking bersemangatnya, sehingga merekalah yang tampak menguasai panggung. Apalagi jika kelompok relawan itu kelahirannya didukung oleh “kepentingan”, maka pergerakannya sangat cepat. “Gas Pol Rem Blong, Los Gak Rewel”, begitulah istilah milenialnya.

“Ayo,,ayo,,ayo,, didandani bareng-bareng.  Yang selama ini kurang pas, ayo dipaskan agar semua kegiatan bisa tercatat dan bisa digunakan disegala cuaca dan kondisi serta segala hazard,” Kata Simbah Dharmo, menyemangati para komentator dengan usulan cerdasnya.

Kalau tidak salah ingat, alumni civitas UPN ‘Veteran’ Jokja ini dalam kepengurusan FPRB JATIM, dipercaya membidangi peningkatan kapasitas anggota. Jelas programnya menyelenggarakan pelatihan, lokalatih, seminar, sarasehan, diskusi dan rapat-rapat mengkritisi kebijakan yang bersentuhan dengan kebencanaan. Ya, bidangnya Simbah Dharmo memang lekat dengan O3 (Olah raga, Olah pikir dan Olah Rasa). Sayang belum terwujut karena rapat pengurus tidak pernah berlanjut.

Sementara komentar dari kaum hawa diwakili oleh mBakyu Eka. Wanita karier ini gayanya seperti Srikandi, dalam dunia pewayangan. Tegas, lugas dan cerdas. Apalagi menghadapi Lontong balap dan Tahu campur, beliaunya sangat trengginas dan tuntas. Termasuk dalam mengomentari kerinduan anggota untuk ber-musvida-ria sambil nyruput kopi. Bagi yang belum kenal, pasti nggreweli bertatapan dengannya, seperti kena sihir aji samandiman. Lain lagi jika sudah kenal (seperti penulis).

“Ngobrong dulu Dul, ngopi daring rapapa. Quo vadis forum butuh berjembung-jembung kopi. Nek kebutuhan ringbes kita bincang ndik situ ae. Seberapa urgensi dibanding ngasih napas buatan ke forum yg senen kemis ini?. Mengko kesusu ringbes pancet engkrik-engkrik’en napas kari rong jumat, ya repot Dul,” Komennya penuh makna dengan nada agak pesimis.

Yups, artinya disini, tidak semua anggota punya greget seperti Simbah Dharmo untuk ber-musvida-ria dengan berbagai alasan. Seperti kesibukan sehari-hari dan ganasnya pandemi.

Yang jelas bola musvida telah ditendang kesana kemari. Harus diupayakan tetap bergerak di lapangan. Ditendang oleh libero, beralih ke sayap kiri dioper ke kanan dalam, direbut striker, mental menyentuh bokongnya wasit. Semoga bola tidak keburu keluar lapangan sebelum membuahkan gol. [eBas/ndleming dini hari-25Juli2020]








4 komentar:

  1. ayo bangkit tunjukkan semangat berforum

    BalasHapus
  2. yang perlu diingat adalah bahwa sesungguhnyalah kelahiran forum itu didukung dana dari lembaga donor, sehingga menjelang kelahirannya, beberapa orang yang turut membidani bisa mempromosikan si jabang bayi Forum ke berbagai daerah.
    konon waktu itu rapat2nya saja dari hotel ke hotel yang tentunya harus didukung dengan anggaran yang tidak sedikit. nah jika hanya mengandalkan uwul dari anggota yang ikut kumpul, kayaknya tidak mungkin bisa mengumpulkan dana untuk mbooking hotel.
    nah sekarang, jika kita semua anggota forum menginginkan untuk menumbuhkan semangat ber-forum-ria tanpa adanya penyandang dana seperti dulu kala. kira2 apa ya mungkin ?.
    jika mungkin, itu artinya keberadaan forum memang benar2 mengakar dihati masing2 anggota untuk kemudian dikumpulkan dalam sebuah forum yang bisa menjadi sarana aktulaisasi diri menyuarakan gagasan untuk kemaslahatan bersama.

    inilah mungkin yang perlu kita kaji bareng2 tanpa marah2, tanpa membuli dan nyemoni apalagi emosi.
    hasil kajian itulah yang kemudian diwujudkan dalam sebuah gerakan nyata berupa 'karya pemikiran' yang bisa diberikan kepada para pemangku kebijakan untuk dijadikan bahan penyusunan kebijakan terkait dengan masalah kebencanaan.

    monggo berdiskusi mencari solusi
    kata mas Didik gak apa apa anggotanya sedikit karena itu proses alami yang terkait dengan motivasi dan dedikasi.

    salam sehat

    BalasHapus