Rabu, 21 April 2021

GERAKAN LITERASI WADAH BELAJAR BEREKSPRESI

Akhir-akhir ini gaung gerakan literasi kebencanan semakin terdengar dimana-mana. banyak pihak yang  mulai berpaling untuk membantu menggaungkan gerakan literasi kebencanaan dengan segala kemampuan dan keunikannya, guna membangun budaya sadar bencana.

Tujuannya, diantaranya memberi kesadaran masyarakat akan pentingnya mengenal potensi bencana yang ada di derahnya. Literasi bencana adalah bagian dari mitigasi nonstruktural yang fokus pada pemahaman terhadap bencana melalui edukasi dengan berbagai bentuknya, sesuai kebutuhan dan kearifan lokal setempat.

Salah satu pengertian Literasi kebencanaan menurut Brown et.al (2014:267) adalah kapasitas individu dalam membaca, memahami dan menggunakan informasi tersebut untuk kemudian dibuatkan sebuah kebijakan informasi dengan mengikuti instruksi-instruksi dalam konteks mitigasi, kesiapsiagaan, respon, dan pemulihan dari bencana

Jamaah LC yang digagas Cak Alfin pun secara tidak langsung juga mengarah kepada upaya meningkatkan wawasan anggotanya melalui aktivitas ngopi bareng. Walaupun tidak ada agenda tertentu dalam berliterasi, namun proses pertukaran wawasan dan informasi terus mengalir disela pertemuan mempererat pertemanan, sambil wedangan.

Harapannya, dari pertemuan itu dapat membangun pemahaman dan kecakapan dalam pengetahuan bencana, yang pada akhirnya mampu menjadi alat melakukan edukasi/sosialisasi pengurangan resiko bencana untuk peningkatan kapasitas masyarakat.

Ya, senyatanyalah salah satu peran relawan penanggulangan bencana adalah melakukan edukasi pengurangan risiko bencana dan pelatihan penanggulangan bencana. Jika memungkinkan, juga melakukan pendampingan pasca pelatihan, untuk menumbuhkan budaya sadar bencana bagi masyarakat penerima manfaat.

Artinya, masyarakat yang di daerahnya memiliki potensi bencana, perlu kiranya ‘disentuh’ dengan literasi kebencanaan agar mereka memiliki ketangguhan menghadapi bencana. Hal ini wajar, mengingat sebagai wilayah cincin api, Indonesia menjadi salah satu negara yang rawan bencana. Sudahkah relawan melakukannya ?, dan apakah sudah berdampak pada ketangguhan masyarakat menghadapi bencana ?.

Jagongan Jamaah LC memang belum teragendakan secara rutin. Masih kondisional. Artinya, jika mayoritas sepakat jagongan, ya langsung jalan. Entah apa yang akan dibicarakan, yang penting bisa ngobrol bareng sambil nyruput wedang kesukaannya, dalam suasana riang gembira.

Begitu juga dengan komunitas lain pasti punya agenda jagongan dengan segala gaya tertentu sebagai ciri khas sebuah komunitas. Apayang dilakukan itu sejalan dengan upaya gerakan literasi yang dapat meningkatkan kapasitas peserta jagongan.

Misalnya, F-PRB Jatim punya SDSB (sambang dulur sinau bareng), SRPB Jatim punya Arisan Ilmu, PUSPPITA punya Shodakoh Ilmu, dan masih banyak lagi versi jagongan komunitas relawan. Sungguh dengan model jagongan itu pasti banyak informasi yang bermanfaat dalam rangka transfer pengetahuan dan pengimbasan pengalaman. Tinggal mampu tidak mereka menangkapnya.

Guna mendukung gerakan literasi, tentunya jagongan yang rutin digelar itu hendaknya dibuat semakin sarat dengan informasi serta media untuk belajar berekspresi bagi seluruh peserta jagongan. Hal ini dimaknai bahwa literasi bukan sekedar kemampuan baca tulis semata, tapi lebih dari itu dalam rangka mengembangkan potensi untuk berpartisipasi dalam lingkungan masyarakatnya. Sungguh relawan pun perlu berekspresi dengan literasi untuk membekali diri sebelum turun ke lokasi. Wallahu a’lam bishowab. [eBas/RabuPaing-21042021]

 

 

 

 

 

 

1 komentar:

  1. tetap semangat gaeess....
    berkumpul berdialog bersilaturahim saling berbagi pengalaman untuk memperluas wawasan dan meningkatkan kapasitas sebagai relawan yang bisa berperan sesuai kemampuan, kesehatan dan keuangan.
    ini penting gaeess... agar kehidupan rumah tangga kalian tidak terdampak aktivitas kerelawanan kalian
    percuma kalian aktif mengevakuasi penyintas tapi ternyata kehidupan keluarga kalian juga di evakuasi oleh kerabat dan saudara kalian
    itu pendapat pribadi lho ya....
    kalian boleh setuju boleh tidak setujua karena hidup itu adalah pilihan

    BalasHapus