Minggu, 18 April 2021

JAMAAH LC BUKAN JAMAAH BIASA

Konon katanya, Jamaah LC terbentuk begitu saja tanpa seremonial yang ribet, dengan memakan banyak biaya, dan didatangi ratusan undangan.  Sungguh tidak demikian. Bahkan boleh dibilang lahirnya Jamaah LC itu tanpa direncanakan sama sekali. Ya, mak bedunduk saja, semua sepakat sambil tertawa tanpa protes dan bertanya.

Jika tidak salah, semua bermula dari warkopnya cak Alfin yang berpusat di daerah Dukuh Kupang. Disana berkumpul beberapa orang yang bukan saja sekedar ngopi, tapi juga berdiskusi. Kala itu dihadiri oleh mantan peserta pelatihan yang berhubungan dengan penyelamatan kecelakaan lalu lintas yang diadakan oleh Dokter Airi dan kawan-kawan. Beliau adalah dokter anestesi di Rumah Sakit. Karang Menjangan, Surabaya.

Konon, pertemuan itu sebagai upaya mewadahi mantan peserta pelatihan dengan nama KTGD (Komunitas Tanggap Gawat Darurat). Bahkan sudah disiapkan draft struktur kepengurusan serta anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, sebagai aturan main yang harus diketahui oleh anggota KTGD. Sayang, dalam perjalanannya banyak hambatan yang ditemui. Sehingga soliditas itu semakin sulit tercipta.

Kemudian, di paruh awal tahun 2020, covid-19 dari Kota Wuhan tetiba datang menebar kematian. Memaksa semuanya menerapkan social distancing, menjaga jarak, sering cuci tangan dan memakai masker. Hal ini menyebabkan interaksi sosial diantara relawan yang suka ngopi bareng, serba terbatas karena semua menjaga diri agar tidak terpapar covid-19.

Dampak ikutan dari pandemi adalah semakin jarangnya para relawan beraktivitas tatap muka langsung. Termasuk jagongan. Berbagai aturan dibuat untuk membatasi interaksi langsung sebagai upaya memutus rantai sebaran covid-19 yang belum ada obatnya dan menguras keuangan negara.

Walau dibatasi oleh keadaan, namun beberapa relawan tetap sepakat menjadikan warkopnya Cak Alfin, yang bernama Lorong Cafe (LC), sebagai base camp relawan yang memiliki kesamaan dalam segala hal. Khususnya ngopi sambil berbagi cerita apa saja, seputar kebencanaan dan kerelawanan, yang penting bisa bertutur sapa sambil nyruput kopi tipis-tipis. Sementara, Cak Alfin dengan senang hati menerima kehadiran relawan. Tentunya dengan tetap menjaga protokol kesehatan.

Ya, di warkop LC lah, relawan yang ‘bernasib’ sama, bisa berekspresi, ngerumpi apa saja dalam rangka belajar berliterasi secara informal untuk meningkatkan kapasitas. Karena berlangsung secara informal, maka perlu proses panjang untuk saling belajar. Belajar berpendapat, belajar mendengarkan, dan bahkan belajar engkel-engkelan itu juga termasuk bagian dari literasi yang menyenangkan.

Singkat cerita, bak oase di tengah gurun sahara, aktivitas jagongan di warkop LC semakin diminati oleh banyak relawan untuk bertukar pengalaman, berbagi informasi, dan tanpa disadari menjadi ajang adu gagasan, yang kemudian dimatangkan menjadi rencana aksi nyata untuk kebermanfaatan bersama.

Bahkan, Pak Papang yang dijuluki ‘panglima relawan’ pun menyempatkan mampir ngopi di tempat yang sederhana ini. Kemudian para aktivis Forum PRB Jawa Timur juga berkenan untuk jagongan memberi tausyiah dan pencerahan tentang pengurangan risiko bencana kepada relawan biasa tanpa memandang status sosial. Semua berbaur tanpa sekat. Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi, dengan tetap beretika. Sehingga tidak ada yang tersakiti.

Lucunya, kegiatan yang tidak ada agenda tertentu selain ngobrol sambil wedangan itu, ada yang mencurigai. Padahal sesungguhnyalah tidak ada yang layak untuk dicurigai. Sehingga dapat dipastikan bahwa yang curiga akan menderita sendiri karena tidak menemukan apa-apa yang disangkanya. Sungguh !. Kalau tidak percaya, silahkan datang, rasakan sensasinya.

Tanpa disangka, dari proses literasi dalam bentuk jagongan santai itu, telah melahirkan beberapa aksi nyata yang melibatkan banyak komunitas. Upaya menebar manfaat pun akhirnya menjadi nyata adanya. Semoga kiprah yang telah tertoreh ini bisa berkesinambungan dengan kiprah-kiprah selanjutnya, sesuai komitmen bersama.

Seiring berjalannya waktu, kontrakan warkopnya Cak Alfin habis dan tidak diperpanjang lagi. Sehingga tamatlah kiprah warkop LC sebagai tempat jagongan relawan yang berasal dari berbagai komunitas. Cak Alfin kembali pulang ke rumah keluarganya di daerah Kelurahan Keputih, Kecamatan Sukolilo, Surabaya.

Pria yang masih menjomblo ini, kini sibuk di Forum PRB Jawa Timur, membantu menyelesaikan program Forum. Salah satu diantaranya, adalah tugas menginisiasi terbentuknya F-PRB di seluruh Kabupaten/Kota di Jawa Timur, sesuai mandate yang ada. Konon program ini hasil kerja bareng antara F-PRB Jatim, BPBD Jatim, LPBI NU Bangil dan Paladium. Sehingga rencana meneruskan buka warkop ditangguhkan sementara, entah sampai kapan, tidak ada yang tahu.

Walaupun begitu, relawan penggemar jagongan di warkop LC, sepakat agar rutinitas jagongan itu harus tetap berjalan. Mereka sepakat memberi nama Jamaah LC, sebagai upaya mengabadikan nama warkopnya Cak Alfin yang sudah habis masa edarnya.

Alhamdulillah, atas berkat rahmad Tuhan yang Maha Penyayang, jagongan rutin Jamaah LC tetap berjalan dengan segala apa adanya. Tempatnya bisa di warkopnya Cak Kin, atau menempati rumah kosong yang oleh pemiliknya diijinkan untuk di jadikan Base Camp Jamaah LC.

Bahkan, pasca penyelenggaraan Diskusi Konservasi dan Penanaman Mangrove di Hutan Mangrove Gunung Anyar Surabaya, minggu (11/4/2021), ada info yang mengatakan bahwa banyak pihak yang berkeinginan ikut jagongan sambil ngopi di acara rutinan Jamaah LC, ngolah pikir sekaligus menambah paseduluran.

Ya, monggo mawon, Jamaah LC terbuka untuk siapa saja. Tidak memandang baju dan bendera, yang penting hati bahagia dan bergembira, tanpa paksaan orang ke tiga.

Sungguh, semua sepakat komunitas jagongan ini tetap berwarna, dan menghargai keunikan masing-masing tanpa upaya penyeragaman sebagai komunitas formal lazimnya. Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan orang lain untuk saling berinteraksi dengan mengedepankan saling menghormati dan menghargai agar semua mengerti arti keberagaman. Ini penting untuk meminimalisir perbedaan yang mengarah perpecahan.

Kebersamaanlah yang diutamakan di komunitas Jamaah LC yang tidak menganut mazhab Hambali, Hanafi, Maliki, dan Syafii. Karena, sesungguhnyalah Komunitas Jamaah LC bukan aliran keagamaan. Hanya sekedar nama yang dipilih para relawan yang memiliki kesenangan ngopi bareng,  dengan mengedepankan rasa saling menghargai, menghormati, mendukung dan membersamai, bukan saling menjatuhkan.

Mari angkat cangkir kopinya dan sruput tipis-tipis sepenuh hati, agar bisa menginspirasi sesama untuk mendukung gerakan literasi kebencanaan. Wallahu a’lam bishowab.[eBas/SeninKliwon-19042021]

 

 

 

  

 

 

 

5 komentar:

  1. sungguh Jamaah LC ini didirikan/dibentuk oleh relawan biasa, bukan relawan luar biasa yang memiliki kesaamaan kesenangan jagongan sambil ngopi. ada juga yang suka teh anget, es teh, bahkan es batunya saja.
    sungguh kalau mereka sedang berkumpul ya hanya berkumpul sambil guyon saling tanya kabar dan bertukar kabar.
    jika pun ada topik tertentu, ya dibahas bersama bergantian sesuai tingkat intelektual mereka. sehingga sering kali topik yang dibahas ngembro ngembro melebar keman-mana dan tidak ada kesimpulan.
    dan begitulah adanya. disini yang dipentingkan adalah kebersamaan.
    sudah begitu saja

    mungkin pembaca punya penilaian sendiri dan ingin bersaram, memberi usulan dan bahkan ingin maido pun disilahkan untuk berkomentar disini.
    yakinlah bahwa komentar pembaca tidak akan dilaporkan ke bapak pulisi. apalagi ke bapak satpol PP yang konon menjadi musuh dari pedagang asongan, pedagang kaki lima, pengemis, pengamen, gelandangan dan perwakos (seperti yg dituturkan oleh anggota Jamaah LC beberapa waktu yg lalu)

    BalasHapus
  2. Sungguh luar Biasa,
    Jama'ah LC juga salah satu pencetus kegiatan BPBD Provinsi Jawa Timur yg berlokasi di Surabaya..

    BalasHapus
  3. senyatanyalah di dalam sebuah komunitas selalu saja ada pembangian peran yang tidak tertulis. jika dianalogikan pohon, maka ada yg berperan sebagai akar, juga ada yang berperan sebagai bunga, daun dan buah. tidak sedikit yang berperan sebagai batang pohon, cabang dan ranting.
    semua bersatu padu saling memperkuat shg pohon bisa tumbuh subur dan memberi manfaat kepada alam semesta di sekelilingnya.

    BalasHapus
  4. tetap semangat membangun sinergi antar komunitas utk meningkatkan kapasitas
    mendokummentasikan segala karya agar bisa menginspirasi sesama
    sebagai bukti bahwa kita pernah ada ikut merajut warna di dunia

    BalasHapus