Konon katanya, Jamaah LC terbentuk begitu saja tanpa
seremonial yang ribet, dengan memakan banyak biaya, dan didatangi ratusan
undangan. Sungguh tidak demikian. Bahkan boleh dibilang lahirnya Jamaah LC itu tanpa
direncanakan sama sekali. Ya, mak bedunduk saja, semua sepakat sambil tertawa
tanpa protes dan bertanya.
Jika tidak salah, semua bermula dari warkopnya cak Alfin
yang berpusat di daerah Dukuh Kupang. Disana berkumpul beberapa orang yang
bukan saja sekedar ngopi, tapi juga berdiskusi. Kala itu
dihadiri oleh mantan peserta pelatihan yang berhubungan dengan penyelamatan
kecelakaan lalu lintas yang diadakan oleh Dokter Airi dan kawan-kawan. Beliau
adalah dokter anestesi di Rumah Sakit. Karang Menjangan, Surabaya.
Konon, pertemuan itu sebagai upaya mewadahi mantan
peserta pelatihan dengan nama KTGD (Komunitas Tanggap Gawat Darurat). Bahkan
sudah disiapkan draft struktur kepengurusan serta anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga, sebagai aturan main yang harus diketahui oleh anggota KTGD.
Sayang, dalam perjalanannya banyak hambatan yang ditemui. Sehingga soliditas
itu semakin sulit tercipta.
Kemudian, di paruh awal tahun
2020, covid-19 dari Kota Wuhan
tetiba datang menebar kematian. Memaksa semuanya menerapkan social distancing,
menjaga jarak, sering cuci tangan dan memakai masker. Hal ini menyebabkan
interaksi sosial diantara relawan yang suka ngopi bareng, serba terbatas karena
semua menjaga diri agar tidak terpapar covid-19.
Dampak ikutan dari pandemi adalah semakin jarangnya para
relawan beraktivitas tatap muka langsung. Termasuk jagongan. Berbagai aturan dibuat
untuk membatasi interaksi langsung sebagai upaya memutus rantai sebaran
covid-19 yang belum ada obatnya dan menguras
keuangan negara.
Walau dibatasi oleh keadaan, namun beberapa relawan tetap
sepakat menjadikan warkopnya Cak Alfin, yang bernama Lorong Cafe (LC), sebagai
base camp relawan yang memiliki kesamaan dalam segala hal. Khususnya ngopi
sambil berbagi cerita apa saja, seputar kebencanaan dan kerelawanan, yang penting bisa bertutur sapa sambil nyruput
kopi tipis-tipis. Sementara, Cak Alfin dengan senang hati menerima kehadiran
relawan. Tentunya dengan tetap menjaga protokol kesehatan.
Ya, di warkop LC lah, relawan yang ‘bernasib’ sama,
bisa berekspresi, ngerumpi apa saja dalam rangka belajar berliterasi secara
informal untuk meningkatkan kapasitas. Karena berlangsung secara informal, maka
perlu proses panjang untuk saling belajar. Belajar berpendapat, belajar
mendengarkan, dan bahkan belajar engkel-engkelan itu juga termasuk bagian dari
literasi yang menyenangkan.
Singkat cerita, bak oase di tengah gurun sahara,
aktivitas jagongan di warkop LC semakin diminati oleh banyak relawan untuk
bertukar pengalaman, berbagi informasi, dan tanpa disadari menjadi ajang adu
gagasan, yang kemudian dimatangkan menjadi rencana aksi nyata untuk kebermanfaatan
bersama.
Bahkan, Pak Papang yang dijuluki ‘panglima relawan’
pun menyempatkan mampir ngopi di tempat yang sederhana ini. Kemudian para
aktivis Forum PRB Jawa Timur juga berkenan untuk jagongan memberi tausyiah dan
pencerahan tentang pengurangan risiko bencana kepada relawan biasa tanpa
memandang status sosial. Semua berbaur tanpa sekat. Duduk sama rendah, berdiri
sama tinggi, dengan tetap beretika. Sehingga tidak ada yang tersakiti.
Lucunya, kegiatan yang tidak ada agenda tertentu selain
ngobrol sambil wedangan itu, ada yang mencurigai. Padahal sesungguhnyalah tidak
ada yang layak untuk dicurigai. Sehingga dapat dipastikan bahwa yang curiga
akan menderita sendiri karena tidak menemukan apa-apa yang disangkanya. Sungguh… !. Kalau
tidak percaya, silahkan datang, rasakan sensasinya.
Tanpa disangka, dari proses literasi dalam bentuk
jagongan santai itu, telah melahirkan beberapa aksi nyata yang melibatkan
banyak komunitas. Upaya menebar manfaat pun akhirnya menjadi nyata adanya.
Semoga kiprah yang telah tertoreh ini bisa berkesinambungan dengan
kiprah-kiprah selanjutnya, sesuai komitmen bersama.
Seiring berjalannya waktu, kontrakan warkopnya Cak Alfin
habis dan tidak diperpanjang lagi. Sehingga tamatlah kiprah warkop LC sebagai
tempat jagongan relawan yang berasal dari berbagai komunitas. Cak Alfin kembali
pulang ke rumah keluarganya di daerah Kelurahan Keputih, Kecamatan Sukolilo,
Surabaya.
Pria yang masih menjomblo ini, kini sibuk di Forum PRB Jawa Timur, membantu menyelesaikan
program Forum. Salah satu diantaranya, adalah tugas menginisiasi terbentuknya
F-PRB di seluruh Kabupaten/Kota di Jawa Timur,
sesuai mandate yang ada. Konon program ini
hasil kerja bareng antara F-PRB Jatim, BPBD Jatim, LPBI NU Bangil dan Paladium.
Sehingga rencana meneruskan buka warkop ditangguhkan sementara, entah sampai
kapan, tidak ada yang tahu.
Walaupun begitu, relawan penggemar jagongan di warkop LC,
sepakat agar rutinitas jagongan itu harus tetap berjalan. Mereka sepakat
memberi nama Jamaah LC, sebagai upaya mengabadikan nama warkopnya Cak Alfin
yang sudah habis masa edarnya.
Alhamdulillah, atas berkat rahmad Tuhan yang Maha
Penyayang, jagongan rutin Jamaah LC tetap berjalan dengan segala apa adanya. Tempatnya
bisa di warkopnya Cak Kin, atau menempati rumah kosong yang oleh pemiliknya
diijinkan untuk di jadikan Base Camp Jamaah LC.
Bahkan, pasca
penyelenggaraan Diskusi Konservasi dan Penanaman Mangrove di Hutan Mangrove
Gunung Anyar Surabaya, minggu (11/4/2021), ada info yang
mengatakan bahwa banyak pihak yang
berkeinginan ikut jagongan sambil ngopi di
acara rutinan Jamaah LC, ngolah pikir sekaligus
menambah paseduluran.
Ya, monggo mawon, Jamaah LC terbuka untuk siapa saja. Tidak memandang baju dan
bendera, yang penting hati bahagia dan bergembira, tanpa
paksaan orang ke tiga.
Sungguh, semua sepakat komunitas jagongan ini tetap
berwarna, dan menghargai keunikan masing-masing tanpa upaya
penyeragaman sebagai komunitas formal lazimnya. Sebagai makhluk sosial, manusia
membutuhkan orang lain untuk saling berinteraksi dengan mengedepankan saling
menghormati dan menghargai agar semua mengerti arti keberagaman. Ini penting
untuk meminimalisir perbedaan yang mengarah perpecahan.
Kebersamaanlah yang diutamakan di komunitas Jamaah LC
yang tidak menganut mazhab Hambali, Hanafi, Maliki, dan Syafii. Karena,
sesungguhnyalah Komunitas Jamaah LC bukan aliran keagamaan. Hanya sekedar nama
yang dipilih para relawan yang memiliki kesenangan ngopi bareng,
dengan mengedepankan rasa saling menghargai, menghormati, mendukung dan membersamai,
bukan saling menjatuhkan.
Mari angkat cangkir kopinya dan sruput tipis-tipis
sepenuh hati, agar bisa menginspirasi sesama untuk
mendukung gerakan literasi kebencanaan. Wallahu
a’lam bishowab.[eBas/SeninKliwon-19042021]
sungguh Jamaah LC ini didirikan/dibentuk oleh relawan biasa, bukan relawan luar biasa yang memiliki kesaamaan kesenangan jagongan sambil ngopi. ada juga yang suka teh anget, es teh, bahkan es batunya saja.
BalasHapussungguh kalau mereka sedang berkumpul ya hanya berkumpul sambil guyon saling tanya kabar dan bertukar kabar.
jika pun ada topik tertentu, ya dibahas bersama bergantian sesuai tingkat intelektual mereka. sehingga sering kali topik yang dibahas ngembro ngembro melebar keman-mana dan tidak ada kesimpulan.
dan begitulah adanya. disini yang dipentingkan adalah kebersamaan.
sudah begitu saja
mungkin pembaca punya penilaian sendiri dan ingin bersaram, memberi usulan dan bahkan ingin maido pun disilahkan untuk berkomentar disini.
yakinlah bahwa komentar pembaca tidak akan dilaporkan ke bapak pulisi. apalagi ke bapak satpol PP yang konon menjadi musuh dari pedagang asongan, pedagang kaki lima, pengemis, pengamen, gelandangan dan perwakos (seperti yg dituturkan oleh anggota Jamaah LC beberapa waktu yg lalu)
Sejarah
BalasHapusSungguh luar Biasa,
BalasHapusJama'ah LC juga salah satu pencetus kegiatan BPBD Provinsi Jawa Timur yg berlokasi di Surabaya..
senyatanyalah di dalam sebuah komunitas selalu saja ada pembangian peran yang tidak tertulis. jika dianalogikan pohon, maka ada yg berperan sebagai akar, juga ada yang berperan sebagai bunga, daun dan buah. tidak sedikit yang berperan sebagai batang pohon, cabang dan ranting.
BalasHapussemua bersatu padu saling memperkuat shg pohon bisa tumbuh subur dan memberi manfaat kepada alam semesta di sekelilingnya.
tetap semangat membangun sinergi antar komunitas utk meningkatkan kapasitas
BalasHapusmendokummentasikan segala karya agar bisa menginspirasi sesama
sebagai bukti bahwa kita pernah ada ikut merajut warna di dunia