Mukidi hatinya senang bukan kepalang, karena diberi kesempatan menjadi peserta rapat koordinasi forum komunikasi masyarakat penanggulangan bencana (FKMPB). Lho, apakah nama FPRB akan diubah menjadi FKMPB ?. atau hanya sekedar kesalahan istilah untuk memudahkan pencairan anggaran. Wallahu a’lam.
Bagi Mukidi perubahan istilah itu
tidak berdampak pada dirinya. Atur sajalah, yang penting bagi Mukidi, dia bisa menikmati
empuknya kasur hotel yang nyaman, bersih dan dingin. Handuknya harum, tidak
seperti handuk di rumahnya.
Apalagi makanannya, sangat
istimewa bagi seorang Mukidi yang masuk kategori kelas proletar yang jarang
makan enak. Sehingga makan di hotel bisa dianggap sebagai upaya perbaikan gizi.
Jadi, harap dimaklumi kalau Mukidi makannya sangat banyak. Semua jenis makanan
yang tersaji, dirasakan semua dengan sedikit “crongohan”, menggunakan aji mumpung.
Kegiatan yang digelar selama dua
hari, selasa-rabu (8-9 Juni 2021), diikuti oleh staf BPBD Kabupaten/Kota serta pengurus
FPRB Provinsi dan Kabupaten/Kota. Bukan pengurus FKMPB. Kegiatan ini fokus
membahas upaya pembentukan FPRB Kabupaten/Kota di Jawa Timur, yang diharapkan
selesai di tahun 2021 ini.
Mukidi sangat menikmati
perhelatan yang digelar oleh BPBD Provinsi Jawa Timur. Apalagi, semua peserta
diberi kaos seragam, masker dan hand sanitizer sesuai protokol kesehatan untuk
memutus covid-19 yang masih mengancam.
Agar dianggap sebagai peserta
aktif, Mukidi berkomentar tentang perlunya menginisiasi terbentuknya FPRB di
Kota Surabaya yang sampai saat ini belum punya BPBD, tapi punya BPB Linmas
(badan penanggulangan bencana dan perlindungan masyaraakat). Hal ini bisa terjadi jika BPBD Provinsi berkenan "memfasilitasi" pertemuan demi pertemuan untuk mencapai kesepahaman.
Mukidi juga usul agar statuta
yang sejak dulu belum pernah “disentuh”
perubahan, bahkan tidak semua anggota mengetahui, kiranya perlu disesuaikan
dengan gerak jamannya, dengan semangat mBah Dharmo sebagai Sekjen yang “mlayu banter” menjalankan program
menebar virus PRB yang bermanfaat dan bermartabat. Tapi usulan itu statusnya
hanya dibaca saja karena dianggap tidak penting.
Pak Papang, dari BNPB berkenan
hadir dengan menyampaikan paparannya tentang Pedoman Pembentukan dan pengelolaan
FPRB (sekali lagi bukan FKMPB). Dimana forum sebagai mitra BPBD bertujuan untuk
berkontribusi pada pembangunan ketangguhan kota terhadap bencana dalam
mendukung pembangunan berkelanjutan.
Dalam paparannya, Pak Papang
mengatakan bahwa forum PRB berfungsi sebagai mekanisme koordinasi di tingkat
lokal untuk meningkatkan kolaborasi dan koordinasi multi-pemangku kepentingan. Dikatakan
pula, forum PRB harus mengadopsi proses partisipatif untuk memfasilitasi
keterlibatan berbagai sektor.
Sungguh, di mata Mukidi, paparannya
Pak papang ini tidak mudah untuk dilaksanakan oleh pengurus forum. Harus ada
keterlibatan BPBD yang “membukakan jalan”
untuk membangun silaturahmi dengan unsur pentahelix lain yang masih sering
memandang sebelah mata kepada keberadaan forum.
Menurut Mukidi yang miskin
berorganisasi ini, solusinya adalah sering melakukan koordinasi diantara para aktor
untuk menyamakan visi. Duduk bareng membangun komunikasi dan kolaborasi untuk
merencanakan aksi nyata, bukan sekedar wacana oleh beberapa orang saja..
Hal ini seperti yang dikatakan
Pak Papang, bahwa huruf jawa itu jika dipangku pasti mati. Artinya, dalam
budaya jawa, orang akan nurut (sepakat) jika disanjung, dihargai, dan diajak
omong. Apakah benar begitu ?.
Yang jelas, Mukidi sudah kembali
menjalani rutinitas hidupnya. Kini dia mencoba membangun harapan lewat grup whatsapp,
mengajak koleganya untuk bertemu menindak lanjuti hasil rapat koordinasi FPRB
Jawa Timur (bukan FKMPB seperti yang tertera di spanduk yang dipasang di Hotel
Aria Centra Surabaya). Salam Tangguh Salam Sehat. [eBas/JumatPon-11062021]
Wejangan Pak Lilik (Sestama)
BalasHapus1. Forum PRB adalah perwujudan ruang partisipasi multipihak, khususnya masyarakat di daerahnya,
2. Forum PRB tidak sendiri, harus bersama-sama, bermitra, berkolaborasi dg Pemerintah dalam relasi yg egaliter dan respect yg resiprokal
3. Memastikan pembangunan daerah berbasis dan berwawasan PRB dan konsep comdev harus berperspektif PRB.
4. Menjadi partner dari Pemerintah, Forum PRB harus mengadvokasi PRB sebagai prioritas Pembangunan Daerah (hal ini harus terkonfirmasi dalam prioritas perencanaan pembangunan dan penganggaran),
5. Forum PRB harus mendorong semua pihak, agar kebijakan yg dirumuskan harus berperspektif dan berjiwa PRB,
6. Memastikan kelembagaan PB dapat bersinergi dengan para pihak lain, agar kuat dalam prinsip pentahelix.
Mukidi Iki sakjane wing Endi sih?
BalasHapusMukidi itu bukan siapa-siapa, hanya rekaan yang sering dibuat guyonan oleh mereka yang punya selera guyon.
BalasHapusnamun, mungkin saja perilaku Mukidi itu ada pada diri kita semua. sehingga dari situ kita bisa berkaca diri bahwa kita masih seperti itu.
wallahu a'lam