Jumat, 25 Juni 2021

DISKUSI PENGUATAN FORUM PENTAHELIX

Konon, Program SIAP SIAGA yang diluncurkap pada tahun 2019 itu, didanai oleh Pemerintah Australia (dalam hal ini DFAT), dalam kemitraannya dengan Pemerintah Indonesia untuk memperkuat manajemen bencana di Indonesia. Dengan tujuan, diantaranya memperkuat ketangguhan masyarakat menghadapi bencana, memperkuat manajemen bencana, meningkatkan peran, komunikasi dan tanggungjawab antar aktor multipihak, dan berusaha “mengikat relung-relung” antar aktor yang masih menjadi problem tersendiri karena adanya egosektoral yang masih bercokol. 

Entah bagaimana bentuk kegiatannya, dan akankah berdampak pada semua aktornya saat beraksi di lapangan ?. Inilah, mungkin yang sedang dibangun. Wallahu a’lam.

Mereka memiliki beberapa program yang terkait dengan kebencanaan. Salah satunya adalah rencana penguatan agenda forum pentahelix pengurangan risiko bencana Jawa Timur.  

Sebagai sebuah proses, maka kegiatannya dilakukan secara berkesinambungan yang diikuti oleh wakil-wakil dari pentahelix (walaupun ternyata beberapa helix masih enggan datang, entah karena apa. Mungkin masalah anggaran atau ketidak pahaman).

Hari ini, kamis legi (24/06/2021), Paladium menggelar focus group discussion. Kegiatan ini sebagai kelanjutan pertemuan beberapa waktu yang lalu. Kali ini masing-masing peserta dibagi dalam empat kelompok, untuk mengefektifkan waktu.

Kelompok satu membahas tentang strategi memahami risiko bencana, kelompok dua tentang strategi penguatan tata kelola risiko, dan kelompok tiga mengupas strategi investasi PRB untuk ketangguhan. Sedang kelompok empat tentang strategi peningkatan manajemen risiko bencana.

Aku dimasukkan ke dalam kelompok tiga. Alhamdulillah seluruh anggotanya sangat mumpuni dibidangnya sehingga aku kebagian menyiapkan “ubo rampe” diskusi kelompok. Kami membahas masalah bagaimana membangun ketangguhan berbasis masyarakat, Pemanfaatan pengetahuan dan teknologi, serta Pengelolaan penanggulangan bencana berkelanjutan.

Adapun outputnya adalah terbentuknya komunitas siaga bencana, termanfaatkannya sumberdaya lokal dalam mebangun ketangguhan, termanfaatkannya hasil penelitian para akademisi dalam praktek membangun ketangguhan, gerakan literasi dengan memanfaatkan kearifan lokal, serta meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap pengurangan risiko bencana yang dikaitkan dengan ketahanan ekonomi pasca bencana.

Dalam presentasi hasil diskusi kelompok, masing-masing juru bicara menyampaikan hasil “kesepakatan eyel-eyelan” antar anggota kelompok, dalam rangka membangun kesepahaman bersama. Untuk kemudian panitianya tinggal "merapikan" sesuai harapan.

Walaupun dengan redaksi yang berbeda, ternyata ada kesamaan harapan dari semua kelompok. Yaitu perlunya pendampingan, pembinaan dan pelibatan relawan setempat untuk menindak lanjuti rencana penguatan agenda forum pentahelix pengurangan risiko bencana di Jawa Timur.

Ini penting, untuk melihat apakah program sosialisasi, edukasi dan pelatihan yang digelar itu sudah berdampak pada sasaran program atau belum. 

Rembang petang telah menjelang. Mendung menggelayut di atas Kota Surabaya, pertanda gelaran focus group discussion yang diselenggarakan di Hotel Four Points, Surabaya, harus disudahi. Bukan berarti telah berakhir, karena dialog multipihak itu penting dan harus terus berproses. Tinggal bagaimana keterwakilan helix-helix dalam pentahelix ini bisa benar-benar tampak.

Khususnya wakil dari OPD terkait, harusnya “dipaksa” hadir dengan menanggalkan egosektoralnya. Sehingga dialog multipihak untuk membangun ketangguhan masyarakat menghadapi bencana seperti yang diharapkan Paladium benar-benar membawa hasil dalam bentuk aksi bersama.

Pertanyaannya kemudian, siapakah yang bisa “memaksa” OPD untuk menghadiri undangan dari SIAP SIAGA ini ?. Jangan sampai terjadi seperti jamannya AIFDR dulu. Dimana, saat kegiatan di Hotel Santika, Ada OPD yang cukup mengutus satpam sebagai wakilnya. Lha dalah, kalau sudah begini, maka kehadiran OPD hanya sekedar “gugur kuwajiban”

Tapi ya gimana lagi, Om Satpam datang berbekal surat tugas, resmi dari atasannya. Jelas panitia tidak bisa apa-apa. Paling nggrundel dalam hati sambil menirukan ucapan si Raja dangdut, Bang Haji Oma Irama, “Sungguh Terlalu”. [ebas/JumatPahing-25062021]   

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5 komentar:

  1. tentu semua peserta yg datang berharap agar apa yg telah dihasilkan ini ditindaklanjuti dgn giat sosialisasi dalam berbagai bentuknya untuk peningkatan kapasitas relawan pd umumnya dan masyarakat sasaran program.
    begitu juga silaturahmi para aktor pentahelix harus terjalin mesra dalam giat jagongan berkala untuk menyamakan chemistry dan kesepahaman dalam membangun ketangguhan lewat PRB
    semoga

    BalasHapus
  2. Dan diriku tidak masuk disemua kelompok itu,, sungguh terlalu 😊

    BalasHapus
  3. sampiyan, sesuai arahan sang pengarah, memang tidak masuk di semua kelompok, namun sampiyan selalu ada di semua kelompok....hehehe...

    BalasHapus
  4. Lembaga Penguatan Kemitraan Australia - Indonesia (Strengthening Indonesia Australia Partnership) untuk Penanggulangan Resiko Bencana (SIAP SIAGA), bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), fokus pada upaya memperkuat kemampuan Indonesia dalam mencegah, bersiap, menaggulangi serta pulih dari berbagai resiko bencana, termasuk bencana pandemi Covid-19.

    BalasHapus
  5. Wah ini istilah baru bagi saya, Mengurangi resiko kebencanaan dengan berbagai cara antara lain manajemen resiko di masyarkat, menyatukan visi dan berbagai kegiatan lainnya. Sebenarnya kesadaran seperti mitigasi bencana bisa diawali di sekolah-sekolah.mengingat bencana alam semakin seing melanda kita seperti gempa dan angin ribut. Saya ikut senang mas EdyBas ikut serta di pelatihan ini semoga semakin menambah ketrampilan dan profesionalitasnya dalam bertugas. Aamiin. Salam literasi semoga selalu sehat wal afiat. aamiin. Salam Bung Edy Bas

    BalasHapus