Konon, Program SIAP SIAGA yang diluncurkap pada tahun 2019 itu, didanai oleh Pemerintah Australia (dalam hal ini DFAT), dalam kemitraannya dengan Pemerintah Indonesia untuk memperkuat manajemen bencana di Indonesia. Dengan tujuan, diantaranya memperkuat ketangguhan masyarakat menghadapi bencana, memperkuat manajemen bencana, meningkatkan peran, komunikasi dan tanggungjawab antar aktor multipihak, dan berusaha “mengikat relung-relung” antar aktor yang masih menjadi problem tersendiri karena adanya egosektoral yang masih bercokol.
Entah bagaimana bentuk kegiatannya, dan akankah berdampak pada semua aktornya saat
beraksi di lapangan ?. Inilah, mungkin yang sedang dibangun. Wallahu a’lam.
Mereka
memiliki beberapa program yang terkait dengan kebencanaan. Salah satunya adalah
rencana penguatan agenda forum pentahelix pengurangan risiko bencana Jawa
Timur.
Sebagai
sebuah proses, maka kegiatannya dilakukan secara berkesinambungan yang diikuti
oleh wakil-wakil dari pentahelix (walaupun ternyata beberapa helix masih enggan
datang, entah karena apa. Mungkin masalah anggaran atau ketidak pahaman).
Hari
ini, kamis legi (24/06/2021), Paladium menggelar focus group discussion. Kegiatan ini sebagai kelanjutan pertemuan beberapa waktu yang lalu. Kali ini masing-masing
peserta dibagi dalam empat kelompok, untuk mengefektifkan waktu.
Kelompok
satu membahas tentang strategi memahami risiko bencana, kelompok dua tentang
strategi penguatan tata kelola risiko, dan kelompok tiga mengupas strategi
investasi PRB untuk ketangguhan. Sedang kelompok empat tentang strategi
peningkatan manajemen risiko bencana.
Aku
dimasukkan ke dalam kelompok tiga. Alhamdulillah seluruh anggotanya sangat
mumpuni dibidangnya sehingga aku kebagian menyiapkan “ubo rampe” diskusi
kelompok. Kami membahas masalah bagaimana membangun ketangguhan berbasis
masyarakat, Pemanfaatan pengetahuan dan teknologi, serta Pengelolaan
penanggulangan bencana berkelanjutan.
Adapun
outputnya adalah terbentuknya komunitas siaga bencana, termanfaatkannya
sumberdaya lokal dalam mebangun ketangguhan, termanfaatkannya hasil penelitian
para akademisi dalam praktek membangun ketangguhan, gerakan literasi dengan
memanfaatkan kearifan lokal, serta meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap
pengurangan risiko bencana yang dikaitkan dengan ketahanan ekonomi pasca
bencana.
Dalam
presentasi hasil diskusi kelompok, masing-masing juru bicara menyampaikan
hasil “kesepakatan eyel-eyelan” antar anggota kelompok, dalam rangka membangun
kesepahaman bersama. Untuk kemudian panitianya tinggal "merapikan" sesuai harapan.
Walaupun
dengan redaksi yang berbeda, ternyata ada kesamaan harapan dari semua kelompok. Yaitu perlunya
pendampingan, pembinaan dan pelibatan relawan setempat untuk menindak lanjuti
rencana penguatan agenda forum pentahelix pengurangan risiko bencana di Jawa
Timur.
Ini
penting, untuk melihat apakah program sosialisasi, edukasi dan pelatihan yang
digelar itu sudah berdampak pada sasaran program atau belum.
Rembang
petang telah menjelang. Mendung menggelayut di atas Kota Surabaya, pertanda
gelaran focus group discussion yang diselenggarakan di Hotel Four Points, Surabaya, harus disudahi. Bukan berarti telah berakhir,
karena dialog multipihak itu penting dan harus terus berproses. Tinggal
bagaimana keterwakilan helix-helix dalam pentahelix ini bisa benar-benar
tampak.
Khususnya
wakil dari OPD terkait, harusnya “dipaksa” hadir dengan menanggalkan
egosektoralnya. Sehingga dialog multipihak untuk membangun ketangguhan
masyarakat menghadapi bencana seperti yang diharapkan Paladium benar-benar
membawa hasil dalam bentuk aksi bersama.
Pertanyaannya kemudian, siapakah yang bisa “memaksa” OPD untuk menghadiri undangan dari SIAP SIAGA ini ?. Jangan sampai terjadi seperti jamannya AIFDR dulu. Dimana, saat kegiatan di Hotel Santika, Ada OPD yang cukup mengutus satpam sebagai wakilnya. Lha dalah, kalau sudah begini, maka kehadiran OPD hanya sekedar “gugur kuwajiban”.
Tapi ya gimana lagi, Om Satpam datang berbekal surat tugas, resmi dari atasannya. Jelas panitia tidak bisa apa-apa. Paling nggrundel dalam hati sambil menirukan ucapan si Raja dangdut, Bang Haji Oma Irama, “Sungguh Terlalu”. [ebas/JumatPahing-25062021]
tentu semua peserta yg datang berharap agar apa yg telah dihasilkan ini ditindaklanjuti dgn giat sosialisasi dalam berbagai bentuknya untuk peningkatan kapasitas relawan pd umumnya dan masyarakat sasaran program.
BalasHapusbegitu juga silaturahmi para aktor pentahelix harus terjalin mesra dalam giat jagongan berkala untuk menyamakan chemistry dan kesepahaman dalam membangun ketangguhan lewat PRB
semoga
Dan diriku tidak masuk disemua kelompok itu,, sungguh terlalu 😊
BalasHapussampiyan, sesuai arahan sang pengarah, memang tidak masuk di semua kelompok, namun sampiyan selalu ada di semua kelompok....hehehe...
BalasHapusLembaga Penguatan Kemitraan Australia - Indonesia (Strengthening Indonesia Australia Partnership) untuk Penanggulangan Resiko Bencana (SIAP SIAGA), bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), fokus pada upaya memperkuat kemampuan Indonesia dalam mencegah, bersiap, menaggulangi serta pulih dari berbagai resiko bencana, termasuk bencana pandemi Covid-19.
BalasHapusWah ini istilah baru bagi saya, Mengurangi resiko kebencanaan dengan berbagai cara antara lain manajemen resiko di masyarkat, menyatukan visi dan berbagai kegiatan lainnya. Sebenarnya kesadaran seperti mitigasi bencana bisa diawali di sekolah-sekolah.mengingat bencana alam semakin seing melanda kita seperti gempa dan angin ribut. Saya ikut senang mas EdyBas ikut serta di pelatihan ini semoga semakin menambah ketrampilan dan profesionalitasnya dalam bertugas. Aamiin. Salam literasi semoga selalu sehat wal afiat. aamiin. Salam Bung Edy Bas
BalasHapus