Kamis, 12 Agustus 2021

AJAKAN MBAH DHARMO MENYAMBUT KNPRBBK 2021

“Selamat siang dulur-dulur pegiat kebencanaan dimanapun berada, Ayook lurs, kita lakukan refleksi PRBBK, region Jatim, dalam rangka persiapan KNPRBBK tahun 2021. Sudahkah kita menjalankan MANDAT MUBES 3?.” Begitu sapa mBah Dharmo di grup WhatsApp, mencoba merangkul “pasukannya” untuk saling menguatkan.

Celetukan mBah Dharmo itu, konon dalam rangka menyongsong Lokakarya Pendokumentasian Praktik-praktik PRBBK Wilayah. Hal ini sesuai dengan pedoman yang dimiliki mBah Dharmo. Dimana  kegiatan ini untuk mengoleksi, promosi, dan penyebarluasan praktik baik PRBBK dari berbagai pendekatan. Dokumentasi dari kegiatan ini akan dikumpulkan dan dipublikasi dalam PRBBK

Kegiatan ini pun akan membuat pemetaan tematik (jenis pendekatan: ekonomi & kesejahteraan, adaptasi perubahan iklim, ecosystem-based solution, kearifan local, inovasi/teknologi digital)  dan wilayah (pegunungan, pesisir dan pulau kecil, daerah aliran sungai, dataran). Sungguh ini tidak mudah, perlu kerja bareng dari semua unsur pentahelix.

Sayang sapaan mesra Sekjen Forum PRB Jatim kurang mendapat respon, entah mengapa. Mungkin anggota grup sedang sibuk dengan aktivitasnya sehingga tidak sempat membuka whatsApp. Atau, jangan-jangan pesan yang ingin disampaikan mBah Dharmo belum ditangkap.

Bang Fathoni, seorang dosen Universitas Brawijaya yang sekaligus aktivis MDMC Kota Malang, nyeletuk, “angel jawabane mbah niku,”. Sementara Bapak Yudha, dari Forum PRB Probolinggo bilang, “Aku durung melaksanakan opo-opo,”. Celetukan di atas dijawab oleh mBah Dharmo, “Jawabannya gampang pak,, SUBE n KONDEN hehehea,”.

Sementara Cak Gender Suryanto, yang sedang menggeluti profesi Tukang tambal ban, bercerita tentang pengalamannya mengenalkan konsep PRB kepada pelanggannya dengan sederhana. Dia bilang, masalah Pengurangan Risiko Bencana dikalangan pemula,  mereka masih awam (blas ora paham). 

“Terhadap pelanggan.  Kami melakukan pengenalan sekaligus menggali informasi bagaimana bila terjadi bencana dengan sekala rumah tangga. Dengan memberi contoh terjadinya ban bocor (fase tanggab darurat) sekaligus memberikan solusi tentang persiapan - persiapan sebelum ban bocor (fase pra bencana)  dan bagaimana cara perawatan ban sesudah ditambal (fase pasca bencana),” Katanya.

Menurutnya, upaya dialog penyadaran kepada masyarakat awam (istilah Cak Gender, Pemula), untuk melakukan proses tersebut harus dilakukan secara berulang,  dengan harapan bisa ditularkan kepada sanak saudara dan tenagga di sekitar tempat tinggalnya. “Cilik setitik sing migunani,” Katanya diakhir postingan.

Mungkin, apa yang telah dilakukan Cak Gender ini bisa dimasukkan dalam kategori upaya PRBBK berdasar pelaku, yang dalam hal ini dilakukan secara perseorangan. Menurut dokumen yang ada di mBah Dharmo, yang termasuk pelaku itu adalah, pemerintah/non pemerintah; laki-laki/perempuan, orang dewasa, remaja, anak, lansia, dan disabilitas.

Jika benar, maka sesungguhnyalah masing-masing anggota Forum PRB Jawa Timur telah melakukannya. Misalnya, Bang Fathoni melakukan edukasi PRB melalui werbinar, Gus Yoyok melakukannya dengan terjun langsung di lokasi dengan segala risikonya. Begitu juga Abah Budi Pamekasan dan banyak lagi para pihak yang telah beraksi sesuai kemampuannya. Tinggal bagimana mendokumentasikannya.

Jika ingin hasil refleksi PRBBK ini semakin berwarna dan layak dijadikan pedoman yang menginspirasi, tentu semua unsur pentahelix harus bersemuka di salah satu ruangan BPBD Provinsi Jawa Timur, untuk membahas apa yang diharapkan mBah Dharmo, dalam rangka persiapan KNPRBBK tahun 2021, sekaligus untuk memelihara semangat berforum. Salam Sehat. [eBas/KamisKliwon-12082021]

 

 

 

 

2 komentar:

  1. PRBBK itu serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana yang dilakukan melalui PENYADARAN, Peningkatan Kemampuan menghadapi bencana dan atau penerapan upaya fisik dan non fisik yang dilakukan oleh anggota masyarakat/komunitas secara adaptif partisipatif dan terorganisir.

    BalasHapus
  2. Bukan hanya komunitas mbh efektifitas pemberdayan secara teori harus menyentuh sampai pada tatanan keluarga. Kerena keluarga yg mempunyai otonomi, keluarga yang mengambil keputusan dalam menghadapi bencana. Thangks

    BalasHapus