Minggu, 15 Agustus 2021

KNPRBBK TAHUN 2021 DI ERA PANDEMI COVID-19

Di grup whatsapp Relawan PB Indonesia, ada postingan yang mengabarkan bahwa MPBI akan menyelenggarakan Konferensi Nasional Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas (KNPRBBK) tahun 2021, dengan melibatkan lembaga dan jejaring lokal tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Tujuannya untuk berbagi pengalaman, praktik baik, dan merumuskan rekomendasi kedepannya terkait pengembangan dan penerapan PRB berbasis komunitas (PRBBK) di Indonesia.

Kami mengajak rekan-rekan untuk berkolaborasi bersama, memberikan dukungan, dan berbagi ilmu untuk merumuskan pendekatan PRBBK kedepannya yang lebih efektif, adaptif, dan berkelanjutan,” katanya.

          Sebuah penyelenggaraan yang sangat menarik untuk diikuti oleh semua pegiat kemanusiaan. Di arena itu, mereka bisa membangun komunikasi dan memperluas jejaring kemitraan agar pelaksanaan PRB semakin tampak kebermaknaannya bagi masyarakat. Termasuk peran serta masing-masing unsur pentahelix.

Belum selesai membayangkan semaraknya penyelenggaraan KNPRBBK secara virtual, Alfin, salah seorang pengurus forum PRB Jawa Timur, mengirim pesan tentang undangan diskusi online, sabtu (14/08/2021) siang.

 Dalam rangka persiapan Refleksi PRBBK Region, Kami akan mengadakan diskusi pembekalan Metode Refleksi yang akan diberikan oleh Jonatan Lassa (MPBI/Charles Darwin University Australia). Diharapkan kepada semua PIC region untuk dapat hadir pada diskusi ini, sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan Refleksi di masing-masing region yang akan difasilitasi oleh tim PIC Region,” Begitulah bunyi pesannya.

Sebagai anggota biasa, ya tidak mungkin hadir mengikuti rapat virtual. Cukuplah mencari informasi tentang refleksi PRBBK lewat kawan-kawan yang mumpuni dibidang ini. Ada Bang Yeka, Mas Didik, mBak Arna, Cak Alfin, mBah Dharmo, dan mBah Gender Suryantoro. Info dari mereka kiranya cukup untuk mengetahui apa itu praktek PRBBK.

Ada yang bilang bahwa refleksi PRBBK ini dalam rangka; 1. Ingin membangun gerakan bersama dalam upaya PRB. 2. Ingin menggali praktek baik yang sudah dilakukan Komunitas. 3. Mencari bentuk ideal dalam pelaksanaan PRB dengan adaptasi baru di era pandemic covid-19, dan 4. Penguatan kominitas dalam PRB.

“Kerja besar yang telah dilakukan Forum PRB Jawa Timur diantaranya adalah membentuk FPRB tingkat kabupaten/Kota, sampai ke tingkat Desa, beserta pemahaman, fungsi,  dan tugasnya, serta sosialisasi PRB melalui program SPAB dan Destana,” Kata mBah Gender Suryantoro.

Sementara, masih kata tukang tambal ban ini, kalau mau jujur, senyatanyalah upaya memfungsikan keberadaan pentahelix untuk terlibat dalam kerja-kerja PRB, masih agak keteteran. Perlu duduk bersama yang difasilitasi BPBD, untuk membangun kesepahaman.

Terkait dengan peran pentahelix ini, Bang Yeka bilang bahwa belum ada bukti kongkrit tiga pilar segitiga biru (istilah sekarang, pentahelix) itu bekerja sama dalam satu tujuan yg jelas.

“Gimana bentuk kemitraannya, apa dasar atau landasan hukumnya untuk duduk bersama membahas kegiatan kongrit dalam sebuah kondisi bencana, baik pra, saat dan paska,” Tulisnya lewat japri.

Mungkin, komentar di atas juga dirasakan oleh para pihak, namun dengan bahasa yang berbeda. Bahkan mungkin tidak tersuarakan dengan jelas, karena, belum semua pengurus (apalagi anggota) forum faham akan peran yang harus dimainkan, seperti yang pernah disampaikan oleh Pak Lilik Kurniawan dan mBakyu Ninil.

Dari situlah, mungkin perlu ada kegiatan peningkatan kapasitas untuk semua pihak yang terlibat dalam kerja-kerja PRB. Ini penting. Karena, masih menurut Bang Yeka, Kalau bicara FPRB itu bicara strategi, bicaranya konsep yang aplikatif.

“Artinya, Forum itu lebih pada Community Mobilizer dan Community Organizer. Namun, nyatanya banyak yang belum faham tentang substansi PRB. Malah banyak yang lebih suka bermain di kegiatan tanggap darurat (Reaksi cepat atau respon cepat), yang konon itu ranahnya relawan pada tanggap darurat, bukan pada pendampingan kepada komunitas/masyarakat dalam membangun ketangguhan, yang menjadi rohnya PRB” Ujar senior Mapala RPA, Unisma, Malang.

Sementara, menurut Mas Didik, acara KNPRBBK ini sebagai upaya menyusun database, mendokumentasikan praktek-praktek baik dan mengelola pengetahuan yang telah dihasilkan, agar bisa diadopsi atau di perluas ke wilayah yang lebih luas.

“Mendampingi masyarakat yang tergabung dalam program destana, untuk mengelola risiko bencana yang ada di wilayahnya, merupakan salah satu prestasi tersendiri dari forum yang perlu dijaga dan ditingkatkan untuk membangun budaya tangguh,” Ujarnya.

Sementara itu, masing-masing anggota forum PRB Jawa timur telah banyak berbuat di bidang kemanusiaan yang ada hubungannya dengan kebencanaan. Melalui komunitasnya (organisasinya), mereka telah melakukan edukasi dan sosialisasi PRB melalui berbagai media. Melakukan kerja-kerja kemanusiaan yang berhubungan langsung dengan penanganan covid-19.

Sedangkan forum sendiri, disamping getol menginisiasi terbentuknya FPRB di Kabupaten/Kota, juga telah membuat program  inovatif berupa “Safari Mosipena” ke 10 Kabupaten/Kota selama bulan ramadan dalam rangka mensosialisasikan PRB, kerja bareng antara BPBD, FPRB JATIM, dan komunitas relawan tingkat lokal.

Mungkin ke depan, forum bersama BPBD membuat program pendampingan kepada pengurus destana dan komunitas marjinal, secara berkala, untuk memastikan pemberdayaan masyarakat  dilakukan di daerah dalam membangun ketangguhan terhadap bencana.

Terkait dengan forum, Lilik Kurniawan, dari BNPB pernah berkata bahwa FPRB terdiri dari perwakilan lembaga usaha, akademisi, organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, media massa, donor, organisasi profesi/keahlian, legislative, yudikatif, dan organisasi perangkat daerah, serta relawan penanggulangan bencana.

Pertanyaannya kemudian, apakah para pihak di atas itu sudah berkontribusi dalam rangka merealisasikan visi forum, diantaranya,  Memastikan kelembagaan penanggulangan bencana dapat bersinergi dengan baik, antara BPBD  dengan OPD, antara pemerintah daerah dengan masyarakat dan lembaga usaha. Kemudian, juga memastikan anggaran penanggulangan bencana cukup digunakan dalam penanggulangann bencana sesuai dengan risiko bencana di daerahnya.

Masalahnya kemudian adalah, banyak kendala yang akan dihadapi dalam giat KNPRBBK 2021 yang dilakukan secara virtual. Seperti kendala koneksi internet dan paket data. Belum lagi jika ada peserta yang masih asing dengan webinar, pasti akan membuat suasana riuh penuh senda gurau.

Semoga semuanya sudah diantisipasi oleh panitia. Sehingga gelaran yang dimaknai sebagai ajang evaluasi, refleksi, serta melanjutkan hal-hal baik yang perlu dikembangkan, menjadi nyata adanya. Salam sehat tetap semangat menebar virus PRB. [eBas/MingguPon-15082021]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2 komentar:

  1. Deputi Bidang Pencegahan, Lilik Kurniawan menyampaikan 10 hal yang harus diketahui tentang FPRB ini, diantaranya
    1. FRPB adalah perwujudan partisipasi masyarakat dalam penanggulangan bencana di daerahnya.
    2. FPRB terdiri dari perwakilan lembaga usaha, akademisi, organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, media massa, donor, organisasi profesi/keahlian, legislative, yudikatif, dan organisasi perangkat daerah, serta relawan penanggulangan bencana.
    3. FPRB adalah mitra dari BPBD Provinsi maupun BPBD Kab/Kota. FPRB bukan saingan BPBD.
    4. FRPB dibentuk berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007, PP No. 21 Tahun 2008, serta secara spesifik diatur dalam Perka BNPB yang dalam proses penyelesaian.
    5. FPRB memiliki Visi: Memastikan Pembangunan Daerah Berbasis Pengurangan Risiko Bencana.
    6. Memastikan kebijakan yang diambil dapat mengurangi risiko bencana saat ini, tidak menambah risiko bencana baru, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
    7. Memastikan kelembagaan penanggulangan bencana dapat bersinergi dengan baik, antara BPBD dengan OPD, antara pemerintah daerah dengan masyarakat dan lembaga usaha.
    8. Memastikan anggaran penanggulangan bencana cukup digunakan dalam penanggulangann bencana sesuai dengan risiko bencana di daerahnya.
    9. Memastikan pemberdayaan masyarakat dilakukan di daerah dalam membangun ketangguhan terhadap bencana.
    10. Target bersama memastikan 7 Objek Ketangguhan : Rumah/Hunian, Sekolah/Madrasah, Puskesmas/RS, Pasar, Rumah Ibadah, Kantor, dan Prarasana Vital.

    BalasHapus
  2. ada teman bilang bahwa Forum prb itu sbg mitra bpbd yg berkontribusi pemikiran gagasan ide masukan yg konstruktif sbg bahan pertimbangan bpbd dlm menyusun kebijakan (program tahunan)

    BalasHapus