Di grup whatsapp Relawan PB Indonesia, ada postingan yang
mengabarkan bahwa MPBI akan menyelenggarakan Konferensi Nasional
Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas (KNPRBBK) tahun 2021, dengan melibatkan
lembaga dan jejaring lokal tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Tujuannya untuk berbagi pengalaman, praktik
baik, dan merumuskan rekomendasi kedepannya terkait pengembangan dan penerapan
PRB berbasis komunitas (PRBBK) di Indonesia.
“Kami mengajak rekan-rekan untuk berkolaborasi
bersama, memberikan dukungan, dan berbagi ilmu untuk merumuskan pendekatan
PRBBK kedepannya yang lebih efektif, adaptif, dan berkelanjutan,” katanya.
Sebuah penyelenggaraan yang sangat
menarik untuk diikuti oleh semua pegiat kemanusiaan. Di arena itu, mereka bisa
membangun komunikasi dan memperluas jejaring kemitraan agar pelaksanaan PRB
semakin tampak kebermaknaannya bagi masyarakat. Termasuk peran serta
masing-masing unsur pentahelix.
Belum selesai membayangkan semaraknya penyelenggaraan
KNPRBBK secara virtual, Alfin, salah seorang pengurus forum PRB Jawa Timur, mengirim
pesan tentang undangan diskusi online, sabtu (14/08/2021) siang.
“Dalam
rangka persiapan Refleksi PRBBK Region, Kami akan mengadakan diskusi pembekalan
Metode Refleksi yang akan diberikan oleh Jonatan Lassa (MPBI/Charles Darwin
University Australia). Diharapkan
kepada semua PIC region untuk dapat hadir pada diskusi ini, sebagai acuan dalam
melaksanakan kegiatan Refleksi di masing-masing region yang akan difasilitasi
oleh tim PIC Region,” Begitulah bunyi pesannya.
Sebagai anggota biasa, ya tidak mungkin hadir mengikuti
rapat virtual. Cukuplah mencari informasi tentang refleksi PRBBK lewat
kawan-kawan yang mumpuni dibidang ini. Ada Bang Yeka, Mas Didik, mBak Arna, Cak
Alfin, mBah Dharmo, dan mBah Gender Suryantoro. Info dari mereka kiranya cukup
untuk mengetahui apa itu praktek PRBBK.
Ada yang bilang bahwa refleksi PRBBK ini dalam rangka; 1. Ingin
membangun gerakan bersama dalam upaya PRB. 2. Ingin menggali praktek baik yang sudah
dilakukan Komunitas. 3. Mencari bentuk ideal dalam pelaksanaan PRB dengan adaptasi
baru di era pandemic covid-19, dan 4. Penguatan kominitas dalam PRB.
“Kerja besar yang telah dilakukan Forum PRB Jawa Timur diantaranya
adalah membentuk
FPRB tingkat kabupaten/Kota, sampai
ke tingkat Desa, beserta
pemahaman, fungsi, dan tugasnya, serta sosialisasi PRB melalui program SPAB dan Destana,” Kata mBah Gender Suryantoro.
Sementara, masih kata tukang tambal ban ini, kalau mau
jujur, senyatanyalah upaya memfungsikan keberadaan pentahelix untuk terlibat dalam kerja-kerja PRB, masih agak keteteran.
Perlu duduk bersama yang difasilitasi BPBD, untuk membangun kesepahaman.
Terkait dengan peran pentahelix ini, Bang Yeka bilang
bahwa belum ada bukti kongkrit tiga pilar segitiga biru (istilah sekarang,
pentahelix) itu bekerja sama dalam satu tujuan yg jelas.
“Gimana bentuk kemitraannya, apa dasar atau landasan
hukumnya untuk duduk bersama membahas kegiatan kongrit dalam sebuah kondisi
bencana, baik pra, saat dan paska,” Tulisnya lewat japri.
Mungkin, komentar di atas juga dirasakan oleh para pihak,
namun dengan bahasa yang berbeda. Bahkan mungkin tidak tersuarakan dengan jelas,
karena, belum
semua pengurus (apalagi anggota) forum faham akan peran yang harus dimainkan, seperti yang pernah
disampaikan oleh Pak Lilik Kurniawan dan mBakyu Ninil.
Dari situlah, mungkin perlu ada kegiatan peningkatan
kapasitas untuk semua pihak yang terlibat dalam kerja-kerja PRB. Ini penting.
Karena, masih menurut Bang Yeka, Kalau bicara
FPRB itu bicara strategi, bicaranya konsep yang aplikatif.
“Artinya, Forum itu lebih pada Community Mobilizer
dan Community Organizer. Namun,
nyatanya banyak yang belum faham tentang substansi PRB. Malah banyak yang lebih
suka bermain di kegiatan tanggap darurat (Reaksi cepat atau respon cepat), yang konon itu ranahnya relawan pada tanggap darurat,
bukan pada pendampingan kepada komunitas/masyarakat dalam membangun
ketangguhan, yang menjadi rohnya PRB” Ujar senior Mapala RPA, Unisma, Malang.
Sementara, menurut Mas Didik, acara KNPRBBK ini sebagai
upaya
menyusun database, mendokumentasikan praktek-praktek baik dan
mengelola pengetahuan yang telah
dihasilkan, agar bisa diadopsi
atau di perluas ke wilayah yang lebih
luas.
“Mendampingi masyarakat yang
tergabung dalam program
destana, untuk mengelola risiko bencana yang ada di wilayahnya, merupakan salah satu prestasi tersendiri dari forum
yang perlu dijaga dan ditingkatkan untuk membangun budaya tangguh,” Ujarnya.
Sementara itu, masing-masing anggota forum PRB Jawa timur
telah banyak berbuat di bidang kemanusiaan yang ada hubungannya dengan
kebencanaan. Melalui komunitasnya (organisasinya), mereka telah melakukan
edukasi dan sosialisasi PRB melalui berbagai media. Melakukan kerja-kerja
kemanusiaan yang berhubungan langsung dengan penanganan covid-19.
Sedangkan forum sendiri, disamping getol menginisiasi
terbentuknya FPRB di Kabupaten/Kota, juga telah membuat program inovatif berupa “Safari Mosipena” ke 10
Kabupaten/Kota selama bulan ramadan dalam rangka mensosialisasikan PRB, kerja
bareng antara BPBD, FPRB JATIM, dan komunitas relawan tingkat lokal.
Mungkin ke depan, forum bersama BPBD membuat program
pendampingan kepada pengurus destana dan komunitas marjinal, secara berkala, untuk
memastikan
pemberdayaan masyarakat dilakukan di daerah dalam membangun ketangguhan
terhadap bencana.
Terkait dengan forum, Lilik Kurniawan, dari BNPB pernah
berkata bahwa FPRB terdiri dari perwakilan lembaga usaha, akademisi,
organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, media massa, donor,
organisasi profesi/keahlian, legislative, yudikatif, dan organisasi perangkat
daerah, serta relawan penanggulangan bencana.
Pertanyaannya kemudian, apakah para pihak di atas itu
sudah berkontribusi dalam rangka merealisasikan visi forum, diantaranya, Memastikan kelembagaan
penanggulangan bencana dapat bersinergi dengan baik, antara BPBD dengan
OPD, antara pemerintah daerah dengan masyarakat dan lembaga usaha. Kemudian, juga memastikan
anggaran penanggulangan bencana cukup digunakan dalam penanggulangann bencana
sesuai dengan risiko bencana di daerahnya.
Masalahnya kemudian adalah, banyak kendala yang akan
dihadapi dalam giat KNPRBBK 2021 yang dilakukan secara virtual. Seperti kendala
koneksi internet dan paket data. Belum lagi jika ada peserta yang masih asing
dengan webinar, pasti akan membuat suasana riuh penuh senda gurau.
Semoga semuanya sudah diantisipasi oleh panitia. Sehingga
gelaran yang dimaknai sebagai ajang evaluasi, refleksi, serta melanjutkan
hal-hal baik yang perlu
dikembangkan, menjadi nyata adanya. Salam
sehat tetap semangat menebar virus PRB. [eBas/MingguPon-15082021]
Deputi Bidang Pencegahan, Lilik Kurniawan menyampaikan 10 hal yang harus diketahui tentang FPRB ini, diantaranya
BalasHapus1. FRPB adalah perwujudan partisipasi masyarakat dalam penanggulangan bencana di daerahnya.
2. FPRB terdiri dari perwakilan lembaga usaha, akademisi, organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, media massa, donor, organisasi profesi/keahlian, legislative, yudikatif, dan organisasi perangkat daerah, serta relawan penanggulangan bencana.
3. FPRB adalah mitra dari BPBD Provinsi maupun BPBD Kab/Kota. FPRB bukan saingan BPBD.
4. FRPB dibentuk berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007, PP No. 21 Tahun 2008, serta secara spesifik diatur dalam Perka BNPB yang dalam proses penyelesaian.
5. FPRB memiliki Visi: Memastikan Pembangunan Daerah Berbasis Pengurangan Risiko Bencana.
6. Memastikan kebijakan yang diambil dapat mengurangi risiko bencana saat ini, tidak menambah risiko bencana baru, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
7. Memastikan kelembagaan penanggulangan bencana dapat bersinergi dengan baik, antara BPBD dengan OPD, antara pemerintah daerah dengan masyarakat dan lembaga usaha.
8. Memastikan anggaran penanggulangan bencana cukup digunakan dalam penanggulangann bencana sesuai dengan risiko bencana di daerahnya.
9. Memastikan pemberdayaan masyarakat dilakukan di daerah dalam membangun ketangguhan terhadap bencana.
10. Target bersama memastikan 7 Objek Ketangguhan : Rumah/Hunian, Sekolah/Madrasah, Puskesmas/RS, Pasar, Rumah Ibadah, Kantor, dan Prarasana Vital.
ada teman bilang bahwa Forum prb itu sbg mitra bpbd yg berkontribusi pemikiran gagasan ide masukan yg konstruktif sbg bahan pertimbangan bpbd dlm menyusun kebijakan (program tahunan)
BalasHapus