Beberapa hari yang lalu, mBah Dharmo sebagai Sekjen F-PRB
Jawa Timur mengundang pengurus forum dan mereka yang terlibat dalam kegiatan
sapa destana, untuk rapat di sekretariat F-PRB, yang merangkap sebagai
kantornya Siap Siaga, di BPBD Provinsi Jawa Timur, sabtu (22/10/2022).
Rapat yang dihadiri oleh Pak Papang, Direktur
Kesiapsiagaan BNPB membahas tentang Penguatan Kapasitas dan Kelembagaan F-PRB
dan Koordinasi antisipasi Siaga Darurat Hidrometeorologi.
“Sekalian kita adakan evaluasi sapades yang sudah
terlaksana, serta rencana kegiatan advokasi dan klaster,” Tambahnya.
Pada hari yang ditentukan, mBah Dharmo, mBah Gender, Gus
Puji, Mas Wiwin, dan Pakdhe Kopros serta lainnya, dengan sepenuh cinta
menyambut kedatangan Pak Papang, yang memakai baju bermotif kotak-kotak merah
(hehe jadi ingat kampanye di Betawi beberapa tahun yang lalu).
Dikarenakan sesuatu dan lain hal, rapat diganti dengan
ngobrol santai. Pak Papang bertanya, kenapa Jawa Timur tidak mengirimkan
kontingennya ke acara Jambore Relawan Jateng di Kota Rembang, beberapa waktu
yang lalu ?.
“Saya hanya ketemu Cak nDaru dan temannya saja. Lainnya tidak
tampak,” Kata Pak Papang membuka obrolan sambil menyalakan rokoknya.
Mbah Dharmo dengan bijaksana mengatakan bahwa
sesungguhnyalah forum sudah menawarkan kepada semua unsur pentahelix yang ingin
ikut Jambore, akan difasilitasi. Namun tidak ada respon sama sekali, entah
mengapa. Padahal dulu, dalam acara yang hampir sama, kontingen Jawa Timur pernah
datang dalam jumlah banyak dibanding kontingen lain.
Obrolan pun membahas tentang tugas forum yang harus
dikerjakan sebagai mitra BPBD. Diantaranya, memahamkan pentingnya PRB dan PB
kepada OPD terkait dengan segala regulasi yang ada. Karena masih banyak yang
belum paham.
Termasuk Dindik yang tidak paham tentang permendikbud 33
tahun 2019 sebagai “payung hukum” pelaksanaan SPAB. Forum juga harus membangun
koordinasi dan komunikasi antar pihak untuk mempermudah pelaksanaan programnya.
“Pelibatan semua pihak dalam kegiatan PRB, agar ada
tindak lanjutnya secara mandiri. Untuk itu perlu didorong agar inisiatif dari
bawah terkait dengan kegiatan PRB dan PB,” Kata Pak Papang memberi masukan.
Selanjutnya, Destana harus semakin berdaya sebagai dampak dari kegiatan sapa destana. Sekilas
mBah Dharmo juga menyinggung pelaksanaan sapa destana, termasuk ada yang
ditunda pelaksanaannya karena adanya bencana yang harus segera ditanggulangi.
Obrolan santai penuh tawa itu beralih ke masalah SPAB
yang belum berjalan di semua sekolah. Celakanya SPAB selama ini kebanyakan
diprogramkan oleh BPBD, bukan oleh Kemdikbud, termasuk penganggarannya.
Lagi-lagi Pak Papang bilang, agar SPAB itu digalakkan di
daerah yang sudah terbentuk Destana, sehingga ke dua program itu bisa saling
mendukung.
Terkait dengan keberadaan sekretariat bersama (sekber) SPAB,
yang tidak segera terbentuk karena berbagai alasan, sebaiknya forum menggandeng
Yayasan atau lembaga swasta yang memiliki sekolah untuk secara mandiri membentuk
sekber SPAB. Biasanya setelah terbentuk dan terlihat hasilnya, OPD terkait akan
nimbrung dengan sendirinya.
Sambil menikmati nasi kotak lauk empal (lebih tepatnya
daging suwir), obrolan yang diikuti oleh banyak pihak itu juga membahas aneka tanaman
endemik yang baik untuk penghijauan. Seperti pohon sono keling, trembesi, jati,
cendawa jawa, kersen, kemiri, mahoni, dan lainnya yang layak ditanam di daerah
gundul.
“Masalahnya, kini semakin banyak daerah tutupan pohon
yang dibuka atas nama pembangunan dan kesejahteraan,” Kata Pakdhe Kopros, yang
setia menyajikan kopi istimewa untuk Pak Papang.
Pak Papang bilang bahwa dirinya sedang sibuk pergi ke
berbagai Kota untuk berbagi materi tentang kebencanaan. Dia juga bercerita
tentang bagaimana dia melakukan penghijauan di lahan gundul, dengan cara biji
tanaman disebar dengan menggunakan ketapil (bahasa jawanya, plinthengan/tepil).
Sedangkan mBah Darmo menceritakan keberadaan Jangkar
Kelud yang bisa bertahan dalam jangka waktu yang lama dengan kegiatan nyata yang
bermanfaat bagi masyarakat di sekitar lereng Gunung Kelud, terkait PRB dengan
konsep “Kumpul Uwul” serta sudah dikenal dan tercatat di BNPB.
Sementara mBah Gender mengatakan bahwa, dulu Gunung Kelud
itu pernah dikuasai oleh beberapa kerajaan, dan banyak ditemukan peninggalan
berupa arca dan bebatuan bekas candi yang menjadi bahan penelitian para ahli
sejarah.
Di penghujung pertemuan santai dengan Direktur
Kesiapsiagaan BNPB, mBah Dharmo juga menjelaskan rencana rapat minggu depan
dengan tema “Memperkuat Kolaborasi Multipihak dalam Penanggulangan Bencana”,
yang akan dihadiri oleh berbagai pihak.
Pak Papang berharap agar pengurus forum bisa “metani”
peran masing-masing elemen pentahelix dalam PRB maupun PB. Mungkin Pak Papang
ingin mengatakan kedepan keberadaan pentahelix di dalam kegiatan forum itu
semakin tampak nyata. (sekali lagi, mungkin lho ya).
Setengah lima sore, acara ngobrol bersama Pak Papang
berakhir dengan saling bersalam salaman, tanpa acara foto bersama, karena
pesertanya tidak banyak (kurang banyak, jauh dari ekspektasi).
Hal ini semoga menjadi bahan evaluasi bagi mBah Dharmo,
agar suatu saat jika Pak Direktur datang lagi, mBah Dharmo bisa mengundang dan
mengkondisikan semua unsur pentahelix, termasuk komunitas relawan, khususnya
yang berdomisili di seputaran Gresik, Surabaya, Sidoarjo (GSS), agar semakin
tampak ramai dan guyub dalam menyambut kehadiran tamu. Sehingga tampak nilai
kebersamaannya.
Konon, di wilayah GSS itu banyak bercokol akademisi,
praktisi, dan lainnya termasuk kalangan media, yang sudah tergabung dalam forum.
Terimakasih Pak Papang atas kehadirannya, atas ceritanya, atas sarannya,
sekaligus mohon maaf atas penyambutan yang ala kadarnya.
Semoga ini bisa menjadi bahan introspeksi dan inspirasi pengurus
forum untuk merangkul semua elemen pentahelix dalam berbagai kegiatan, termasuk
kegiatan menyambut datangnya seorang tamu. [eBas/SabtuLegi-22102022]
tentunya setiap individu yang berkesempatan ngobrol bareng memiliki kesan dan kenangan tersendiri tentang materi obrolannya yang tidak formal blas, tentang makanan gofood yang mahal tapi isinya sedikit sehingga kurang nendang di hati, maupun undangan rapat yang jumlahnya jauh dari sempurna, sangat tidak memenuhi kuorum. tapi ya bagaimana lagi. apakah ini cerminan kita tidak menghormati seorang direktur yang dihormati di daerah lain. atau kedatangannya berbenturan dengan kesibukan kawan-kawan.
BalasHapuspak papang juga bercerita tentang giat susur sungai ciliwung yang melibatkan banyak relawan dan masyarakat girli yang menempati bantaran ciliwung dengan didukung oleh 40 perahu. mereka dilibatkan sekaligus diajak mitigasi dan paham akan potensi bencana di daerahnya.
BalasHapusjuga ngobrol doang tentang pengurangan sampah plastik