Sabtu, 22 Oktober 2022

NGOBROL SANTAI BERSAMA PAK PAPANG

Beberapa hari yang lalu, mBah Dharmo sebagai Sekjen F-PRB Jawa Timur mengundang pengurus forum dan mereka yang terlibat dalam kegiatan sapa destana, untuk rapat di sekretariat F-PRB, yang merangkap sebagai kantornya Siap Siaga, di BPBD Provinsi Jawa Timur, sabtu (22/10/2022).

Rapat yang dihadiri oleh Pak Papang, Direktur Kesiapsiagaan BNPB membahas tentang Penguatan Kapasitas dan Kelembagaan F-PRB dan Koordinasi antisipasi Siaga Darurat Hidrometeorologi.

“Sekalian kita adakan evaluasi sapades yang sudah terlaksana, serta rencana kegiatan advokasi dan klaster,” Tambahnya.

Pada hari yang ditentukan, mBah Dharmo, mBah Gender, Gus Puji, Mas Wiwin, dan Pakdhe Kopros serta lainnya, dengan sepenuh cinta menyambut kedatangan Pak Papang, yang memakai baju bermotif kotak-kotak merah (hehe jadi ingat kampanye di Betawi beberapa tahun yang lalu).

Dikarenakan sesuatu dan lain hal, rapat diganti dengan ngobrol santai. Pak Papang bertanya, kenapa Jawa Timur tidak mengirimkan kontingennya ke acara Jambore Relawan Jateng di Kota Rembang, beberapa waktu yang lalu ?.

“Saya hanya ketemu Cak nDaru dan temannya saja. Lainnya tidak tampak,” Kata Pak Papang membuka obrolan sambil menyalakan rokoknya.

Mbah Dharmo dengan bijaksana mengatakan bahwa sesungguhnyalah forum sudah menawarkan kepada semua unsur pentahelix yang ingin ikut Jambore, akan difasilitasi. Namun tidak ada respon sama sekali, entah mengapa. Padahal dulu, dalam acara yang hampir sama, kontingen Jawa Timur pernah datang dalam jumlah banyak dibanding kontingen lain.

Obrolan pun membahas tentang tugas forum yang harus dikerjakan sebagai mitra BPBD. Diantaranya, memahamkan pentingnya PRB dan PB kepada OPD terkait dengan segala regulasi yang ada. Karena masih banyak yang belum paham.

Termasuk Dindik yang tidak paham tentang permendikbud 33 tahun 2019 sebagai “payung hukum” pelaksanaan SPAB. Forum juga harus membangun koordinasi dan komunikasi antar pihak untuk mempermudah pelaksanaan programnya.

“Pelibatan semua pihak dalam kegiatan PRB, agar ada tindak lanjutnya secara mandiri. Untuk itu perlu didorong agar inisiatif dari bawah terkait dengan kegiatan PRB dan PB,” Kata Pak Papang memberi masukan.

Selanjutnya, Destana harus semakin berdaya  sebagai dampak dari kegiatan sapa destana. Sekilas mBah Dharmo juga menyinggung pelaksanaan sapa destana, termasuk ada yang ditunda pelaksanaannya karena adanya bencana yang harus segera ditanggulangi.

Obrolan santai penuh tawa itu beralih ke masalah SPAB yang belum berjalan di semua sekolah. Celakanya SPAB selama ini kebanyakan diprogramkan oleh BPBD, bukan oleh Kemdikbud, termasuk penganggarannya.

Lagi-lagi Pak Papang bilang, agar SPAB itu digalakkan di daerah yang sudah terbentuk Destana, sehingga ke dua program itu bisa saling mendukung.

Terkait dengan keberadaan sekretariat bersama (sekber) SPAB, yang tidak segera terbentuk karena berbagai alasan, sebaiknya forum menggandeng Yayasan atau lembaga swasta yang memiliki sekolah untuk secara mandiri membentuk sekber SPAB. Biasanya setelah terbentuk dan terlihat hasilnya, OPD terkait akan nimbrung dengan sendirinya.

Sambil menikmati nasi kotak lauk empal (lebih tepatnya daging suwir), obrolan yang diikuti oleh banyak pihak itu juga membahas aneka tanaman endemik yang baik untuk penghijauan. Seperti pohon sono keling, trembesi, jati, cendawa jawa, kersen, kemiri, mahoni, dan lainnya yang layak ditanam di daerah gundul.

“Masalahnya, kini semakin banyak daerah tutupan pohon yang dibuka atas nama pembangunan dan kesejahteraan,” Kata Pakdhe Kopros, yang setia menyajikan kopi istimewa untuk Pak Papang.

Pak Papang bilang bahwa dirinya sedang sibuk pergi ke berbagai Kota untuk berbagi materi tentang kebencanaan. Dia juga bercerita tentang bagaimana dia melakukan penghijauan di lahan gundul, dengan cara biji tanaman disebar dengan menggunakan ketapil (bahasa jawanya, plinthengan/tepil).

Sedangkan mBah Darmo menceritakan keberadaan Jangkar Kelud yang bisa bertahan dalam jangka waktu yang lama dengan kegiatan nyata yang bermanfaat bagi masyarakat di sekitar lereng Gunung Kelud, terkait PRB dengan konsep “Kumpul Uwul” serta sudah dikenal dan tercatat di BNPB.

Sementara mBah Gender mengatakan bahwa, dulu Gunung Kelud itu pernah dikuasai oleh beberapa kerajaan, dan banyak ditemukan peninggalan berupa arca dan bebatuan bekas candi yang menjadi bahan penelitian para ahli sejarah.

Di penghujung pertemuan santai dengan Direktur Kesiapsiagaan BNPB, mBah Dharmo juga menjelaskan rencana rapat minggu depan dengan tema “Memperkuat Kolaborasi Multipihak dalam Penanggulangan Bencana”, yang akan dihadiri oleh berbagai pihak.

Pak Papang berharap agar pengurus forum bisa “metani” peran masing-masing elemen pentahelix dalam PRB maupun PB. Mungkin Pak Papang ingin mengatakan kedepan keberadaan pentahelix di dalam kegiatan forum itu semakin tampak nyata. (sekali lagi, mungkin lho ya).

Setengah lima sore, acara ngobrol bersama Pak Papang berakhir dengan saling bersalam salaman, tanpa acara foto bersama, karena pesertanya tidak banyak (kurang banyak, jauh dari ekspektasi).

Hal ini semoga menjadi bahan evaluasi bagi mBah Dharmo, agar suatu saat jika Pak Direktur datang lagi, mBah Dharmo bisa mengundang dan mengkondisikan semua unsur pentahelix, termasuk komunitas relawan, khususnya yang berdomisili di seputaran Gresik, Surabaya, Sidoarjo (GSS), agar semakin tampak ramai dan guyub dalam menyambut kehadiran tamu. Sehingga tampak nilai kebersamaannya.

Konon, di wilayah GSS itu banyak bercokol akademisi, praktisi, dan lainnya termasuk kalangan media, yang sudah tergabung dalam forum. Terimakasih Pak Papang atas kehadirannya, atas ceritanya, atas sarannya, sekaligus mohon maaf atas penyambutan yang ala kadarnya.

Semoga ini bisa menjadi bahan introspeksi dan inspirasi pengurus forum untuk merangkul semua elemen pentahelix dalam berbagai kegiatan, termasuk kegiatan menyambut datangnya seorang tamu. [eBas/SabtuLegi-22102022]

2 komentar:

  1. tentunya setiap individu yang berkesempatan ngobrol bareng memiliki kesan dan kenangan tersendiri tentang materi obrolannya yang tidak formal blas, tentang makanan gofood yang mahal tapi isinya sedikit sehingga kurang nendang di hati, maupun undangan rapat yang jumlahnya jauh dari sempurna, sangat tidak memenuhi kuorum. tapi ya bagaimana lagi. apakah ini cerminan kita tidak menghormati seorang direktur yang dihormati di daerah lain. atau kedatangannya berbenturan dengan kesibukan kawan-kawan.

    BalasHapus
  2. pak papang juga bercerita tentang giat susur sungai ciliwung yang melibatkan banyak relawan dan masyarakat girli yang menempati bantaran ciliwung dengan didukung oleh 40 perahu. mereka dilibatkan sekaligus diajak mitigasi dan paham akan potensi bencana di daerahnya.
    juga ngobrol doang tentang pengurangan sampah plastik

    BalasHapus