Senin, 30 Oktober 2023

MENGAJAK WARGA BERGERAK ANTISIPASI BANJIR DI DESANYA

 Mukidi bersama anggota Komunitas Relawan Edukasi Bencana (KOREB), mendampingi warga Desa membangun ketangguhan mengadapi bencana berbasis kearifan lokal. Desa yang didampingi Mukidi merupakan langganan bencana setiap musim hujan tiba.

 Awalnya Mukidi masuk melalui kegiatan Posyandu dan PKK yang sedang mendapat penyuluhan penanganan stunting dari relawan Dinas Kesehatan Kabupaten. Dari situlah Mukidi dipersilahkan Kepala Desa untuk mendampingi warga Desa yang tergabung dalam kader Desa, karang taruna, remaja masjid, PKK dan pengurus lembaga pemberdayaan masyarakat desa (LPMD), dalam sebuah pelatihan Warga Desa Tangguh Bencana.

 Dalam mendampingi warga Desa, Mukidi dan anggota KOREB memanfaatkan materi SPAB dan KATANA, DESTANA, dan KENCANA, serta API. Tidak ketinggalan materi tengang PRBBK juga di senggol.

 Itulah salah satu bentuk kreativitas relawan dalam upaya menumbuhkan kesadaran warga untuk membangun ketangguhan menghadapi bencana. Intinya bagaimana memahamkan warga bahwa di Desanya ada potensi bencana yang harus disikapi dengan bijak.

 Salah satu metode yang digunakan Mukidi adalah mengajak peserta pelatihan jalan-jalan untuk mencari tahu penyebab banjir. Mereka diajak melihat kondisi sungai yang kotor oleh sampah, juga melihat pendangkalan dan penyempitan luasan badan sungai akibat tumpukan sampah.

 Dari kegiatan jalan-jalan itu, peserta disuruh membuat laporan sekaligus usulan untuk tindak lanjutnya untuk mengatasi kondisi sungai agar terbebas dari sampah. Mereka juga diajari tentang bagaimana menyusun berbagai dokumen untuk memudahkan upaya penanggulangan bencana.

 Seperti diantaranya menyusun dokumen rencana penanggulangan bencana, kajian risiko bencana, dan  dokumen rencana aksi komunitas.termasuk bagaimana membuat peta kawasan rawan bencana.

 Pada bagian lain, peserta diperkenalkan dengan materi mitigasi, kesiapsiagaan, Manajemen Dapur Umum, Manajemen Posko, serta penanganan penyintas di tempat pengungsian. Termasuk pelayanan terhadapa kelompok rentan dan bagaimana mengatasi dampak yang ditimbulkan setelah banjir berlalu.

 Mukidi juga mengajari peserta tentang bagaimana upaya mengamankan barang-barang berharga dan dokumen penting ke dalam Tas Siaga. Semua disampaikan secara menarik diselingi fun game dan praktek bersama. Seperti praktek membuat berbagai dokumen, peta rawan bencana dan simulasi menghadapi banjir.

 Hari hasil penyusunan laporan jalan-jalan, peserta sepakat menindaklanjuti dengan mengadakan gerakan bersih-bersih sungai yang diikuti oleh seluruh warga Desa dan aparatnya. Disamping mengangkat sampah, juga mengembalikan luasan badan sungai dengan cara membuang endapan lumpur campur sampah, baik yang ditengah maupun yang di tepi sungai.

 Sampah yang kering dibakar sampai habis jadi abu. Sisanya dijadikan pupuk kompos atau dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir kejasama dengan Dinas lingkungan Hidup.

 Sungguh apa yang dikerjakan Mukidi dan KOREB di atas itu masih rancangan belaka. Sebuah angan-angan yang realisasinya menunggu anggaran. Entah dari mana. Pemerintah, swasta, lembaga donor, dan lainnya.

 Ya, karena tidak ada makan siang yang gratis. Semua perlu anggaran untuk menjalankan kegiatan, seperti kawan-kawan Mukidi yang selama ini rajin mendampingi warga untuk membangun resiliensi dan kesiapsiagaan menghadapi bencana. Tanpa anggaran tampaknya sangat sulit terjadi sebuah kegiatan pendampingan yang memberdayakan.

 Artinya, semua komunitas relawan dapat dipastikan mau melakukan pendampingan untuk memberdayakan warga dibidang kebencanaan jika didukung anggaran yang menyenangkan sekaligus membanggakan untuk dipamerkan di media sosial. Masalah hasil itu nomor sekian, yang penting asik. Salam Waras. [eBas/SelasaKliwon-31102023]

 

   

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar