Minggu, 29 Oktober 2023

ECENG GONDOK SALAH SATU SAMPAH DI SUNGAI SURABAYA.

Hari jumat Legi (27/10/2023), BPBD Kota Surabaya mengajak berbagagai pihak mengadakan bersih-bersih sungai yang melintas di wilayah Kecamatan Mulyorejo. Lokasinya dekat kampus ITS, di Surabaya timur.

Kepala BPBD Kota Surabaya, sesuai petunjuk salah satu pejabat di Pemkot Surabaya mengingatkan agar yang “nyemplung” ke kali hanya petugas dari Dinas Lingkungan Hidup dan BPBD saja. Ini dikarenakan sampah yang dibersihkan adalah tanaman eceng gondok yang memenuhi area sungai seluas kurang lebih 600 meter.

Sedangkan pihak lain yang terlibat, termasuk relawan, cukup membantu menarik eceng gondok yang ada di pinggir sungai, untuk dikumpulkan dan diangkut truck yang telah disediakan oleh Pemkot.

Ya, kali ini gerakan bersih-bersih sungai dikonsentrasikan pada eceng gondok. Dimana, jika sungai tidak dibersihkan dari tanaman ini akan berpengaruh pada terhambatnya aliran sungai yang dapat menimbulkan banjir jika musim penghujan.

Dalam berbagai literatur, Eceng gondok (Eichonia crassipe) hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tingginya sekitar 0,4 – 0,8 meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung.

Apabila semakian banyak eceng gondok yang ada di sungai maka cahaya matahari akan menjadi susah untuk masuk ke dalam perairan, ikan akan kekurangan vitamin dari matahari dan mempersulit untuk ikan bernapas karena eceng gondok yang menutupi perairan tidak menyediakan ruang untuk ikan mengambil udara bebas.

Walaupun eceng gondok dianggap sebagai gulma di perairan, tetapi sebenarnya ia berperan dalam menangkap polutan logam berat. Rangkaian penelitian seputar eceng gondok oleh peneliti Indonesia antara lain oleh Widyanto dan Susilo (1977) yang melaporkan dalam waktu 24 jam eceng gondok mampu menyerap logam kadmium (Cd), merkuri (Hg), dan nikel (Ni).

Salah satu dampak yang ditimbulkan adalah eceng gondok yang sudah mati akan turun ke dasar perairan sehingga mempercepat terjadinya proses pendangkalan. Disamping pendangkalan akibat dari sampah yang dibuang warga ke sungai.

Sungguh, petugas dari DLH dan BPBD sangat terlatih menangani eceng gondok. Disamping ada yang menceburkan diri ke sungai, mereka juga diperkuat oleh dua Beghoe dan beberapa perahu karet, mereka mengumpulkan eceng gondok untuk kemudian di angkut oleh truck sampah ke tempat pembuangan.

Hasilnya, dalam waktu singkat, eceng gondok yang memenuhi area sekirta 600 meter sudah bersih. Termasuk sampah domestik, yang terdiri dari plastik, kayu, bantal, pampers, sandal japit, tas sekolah, dan styroform.

Terkait dengan sampah di sungai Surabaya, Agus Hebi Djuniantoro Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya, saat mengudara di Radio Suara Surabaya, sabtu pahing (28/10/2023) mengatakan, sungai-sungai yang banyak ditumbuhi eceng gondok terindikasi sering dibuangi tinja.

“Sebenarnya eceng gondok itu juga indikator bahwa di situ (sungai) dibuangi tinja. Jadi misalnya warga, kalau ada yang biasanya sedot (WC) di kampung itu kan ada sedot WC yang geledekan (atau truck tinja, red) harusnya buangnya ke IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja), jangan buang ke badan air (sungai),” jelasnya.

Ya, begitulah nyatanya, Sungai yang melintasi Kota Surabaya masih dianggap oleh warga sebagai tempat yang praktis dan gratis untuk membuang aneka macam sampah. Jelas, dampaknya adalah, daya tampung badang Sungai akan berkurang dikarenakan luasan dan kedalaman Sungai yang semakin dipenuhi sampah. Banjir adalah salah satu akibat yang menyertainya.

Kalau sudah begini, alangkah eloknya jika Pemerintah Kota mengajak komunitas relawan peduli lingkungan yang banyak tumbuh di Kota Surabaya, untuk secara berkala mengadakan edukasi kepada warga yang berdiam di bantara sungai agar lebih peduli terhadap kebersihan sungai. Termasuk mengadakan gerakan bersaih-bersih sampah di seputaran sungai.

Tentunya, upaya ini perlu dibahas bersama antar pihak, dibawah kendali BPBD Kota Surabaya, dalam suasana guyub rukun tanpa tekanan dan ketakutan, serta dengan hati yang dingin tanpa emosi sambil nyruput kopi panas dan nyakoti “rondo royal” yang masih anget. [eBas/MingguPon-29102023]

 

 

 

 

 

 

1 komentar:

  1. tetap semangat kawan2 komunitas relawan peduli kemanusiaan di Kota Surabaya untuk bersama-sama menjaga keasrian lingkungana hidup surabaya dari dampak perubahan iklim

    BalasHapus