Seiring bencana banjir mengunjungi beberapa daerah dengan segala dampak yang ditimbulkan, tiba-tiba Bang Sul, Ketua Komunitas menyatakan keluar dari grup whatsapp pengurus, mundur dari kepengurusan, dengan alasan, akan fokus ngurusi keluarga. sebuah alasan yang manusiawi,dan patut dihargai
Lho, ada
apa kok mendadak tanpa dikonsultasikan dulu ke dewan pengarah, dewan penasihat,
dan dewan pembina.
Lha kalau
keberadaan para dewan itu tidak “digubris”, mengapa harus dibentuk ?. Sebenarnya,
tugas para dewan itu apa to ?. belum jelas, belum ada kesepakatan.
Kalau mau
jujur, mereka yang duduk di barisan dewan itu ya atas penunjukan, bukan kemauan
sendiri, serta belum saling mengenal. Bahkan ada yang belum pernah bertemu dalam
sebuah rapat sambil ngopi membahas masalah keorganisasian.
Bahkan,
sebagai komunitas, senyatanya belum pernah mengadakan rapat paripurna antar
pengurus untuk membahas program kerja komunitas.
Agenda
pertemuan rutin yang digelar pun jarang dihadiri oleh pengurus dan anggota
dewan secara lengkap. Sehingga yang dibahas pun hanya program insidental, yang mendukung
program komunitas lain.
Seperti
pertemuan beberapa hari yang lalu, membahas tentang tata cara dan aturan main ikut
turun ke lokasi kejadian/bencana, agar tidak menimbulkan salah paham, juga
sempat membahas tentang iuran, dan pengadaan seragam organisasi.
Namun
begitu, walau tanpa program kerja yang disusun dan disepakati, beberapa anggotanya rajin melakukan pertolongan di setiap kejadian. khususnya kecelakaan lalu
lintas, maupun di perairan. Hal ini dilatari dengan pengalaman di organisasi
induknya. Karena sesungguhnyalah komunitas yang dipimpin Bang Sul belum pernah mengadakan pelatihan peningkatan kapasitas anggotanya.
Tidak
lupa, setiap turun ke lokasi kejadian, mereka dengan bangga memakai seragam
dalam rangka "mengibarkan" bendera komunitas agar khalayak ramai tahu
akan keberadaannya.
Lha kalau
tiba-tiba Bang Sul, sebagai ketua. mengundurkan diri secara sepihak, bagaimana
akan dapat mewujudkan rencana yang tertuang dalam notulensi pertemuan beberapa
hari yang lalu itu ?. termasuk bagaimana nasib pencarian bantuan alat
perlindungan diri (APD).
Ya,
mundurnya Bang Sul pasti dikarenakan adanya “kesalah pahaman”. Sayangnya
Bang Sul tidak mau mengkonsultasikan uneg-unegnya ke anggota dewan, yang belum tahu
perannya di dalam komunitas.
Ya,
karena memang belum pernah membahas tupoksinya dalam sebuah jagongan gayeng
sambil ngopi, dengan alasan yang tak bertepi.
Sungguh,
apa yang dilakukan Bang Sul, akan berdampak pada perjalanan komunitas ke
depannya. Anggota pun pasti akan ikut undur diri dari komunitas yang usianya masih
seumur jagung.
Bagai
anak ayam kehilangan induk, semua anggota komunitas akan berjalan sendiri
sesuai nurani, bukan berjalan sesuai aturan organisasi.
Dengan
kosongnya posisi ketua, seharusnya segera diambil langkah cepat untuk
menyelamatkan komunitas. Eman seragamnya yang masih baru, jika komunitas tidak diselamatkan.
Namun
karena sekarang sudah masuk bulan ramadhan, maka tidak elok jika aktivisnya ngurusi
organisasi dengan mengesampingkan datangnya bulan suci yang penuh ampunan dan
berkah ini.
Untuk
itulah, jika semua aktivis masih menghendaki bendera komunitas tetap berkibar,
maka mau tidak mau, nanti pasca lebaran harus ada tindakan nyata untuk menata
kembali komunitas dengan segala cita-cita, harapan dan kebijakan yang diambil
untuk mengatur pergerakan anggota komunitas dalam kerja-kerja kemanusiaan.
Tanpa ada
acara “duduk bareng” maka “kesalah
pahaman” yang dialami Bang Sul akan selalu muncul karena adanya “ketidak
sepahaman” dalam melaksanakan aturan main, yang senyatanya belum pernah
dibahas.
Artinya,
jika komunitas itu ingin sehat dan bermakna dalam berkarya, ya harus ada agenda
rapat rutin antar pengurus maupun pengurus dengan anggota dalam rangka upaya
peningkatan wawasan dan kapasitas. Termasuk memahami hak dan kewajiban relawan
sesuai perka bnpb nomor 17 thn 2011.
Konon,
setiap tindakan pasti ada konsekwensinya. Begitu juga jika seseorang menyatakan
diri masuk ke sebuah organisasi, ada konsekwensi yang harus diambil.
Diantaranya harus mau meluangkan waktunya untuk menghadiri agenda rapat
organisasi.
Beda lho
ngomong langsung bertatap muka dengan komentar di WhatsApp, yang terkadang
menimbulkan mis komunikasi. Sungguh, membangun “chemistry” itu harus dilakukan
dengan interaksi langsung. Bukan lewat WhatsApp. Apalagi ini komunitas "nir laba"
yang sangat rentan pisahan.
Karena,
sesungguhnya sebagai makhluk sosial setiap orang ingin bersosialisasi dengan
sesamanya, ngobrol bareng, begejesan sambil ngopi, berbagi informasi dan
sebagainya. Tidak tertutup kemungkinan dari interaksi itu muncul transaksi
ekonomi yang saling menguntungkan. Termasuk ketemu jodoh dan besanan.
Idealnya
sih begitu. Tapi kalau hanya sekedar titip nama untuk sebuah kebanggaan diri,
ya itu urusan masing-masing. Wallahu a’lam bis showab. Selamat menunaikan
ibadah puasa ramadhan dengan penuh suka cita dan bahagia. Mohon maaf lahir dan
batin. [eBas/SelasaPon-12032024 pas awalpuasa ramadhan versipemerintah]
Di sebuah organisasi saya rasa Uda biasa ada perbedaan pendapat tapi bagaimana Kirana nx perbedaan itu bisa menjadi suatu ke indah Han tapi kl organisasi di dalam organisasi itu biasa nx yg bikin ribut dan sering salah faham🙏🙏🙏
BalasHapusKuncinya komunikasi dan transparansi.
BalasHapusKedua kunci itu harus dibangun lewat pertemuan langsung (rapat diskusi ngopi bareng jagongan cangkruk'an) ini penting untuk menghilangkan sekat sosial dan rasa sungkan
yang harus disadari bahwa organisasi "nir laba" itu sangat rawan bubar hanya karena masalah sepele masalah mis komunikasi dan kesalah pahaman sehingga diperlukan kesamaan pandangan untuk saling menjaga dan menggerakkan organisasi. semua individu yg terlibat harus paham karakter masing-masing
BalasHapus