Minggu, 27 Oktober 2024

SARANNYA BAGUS, TAPI TIDAK HARUS BERHENTI DI TATARAN SARAN SAJA

 Berawal dari sarannya seseorang yang mengatas namakan WJ, yang diposting di grup whatsapp Relawan Suroboyo Bersatu. Diantaranya adalah Dia kepingin perwakilan komunitas relawan yang ada di Surabaya, untuk duduk bersama berdiskusi menyamakan visi misi sekaligus mengurangi potensi beda pendapat karena adanya ego sektoral.

 Dia juga menyodorkan gagasan untuk dibentuknya induk organisassi yang menaungi komunitas relawan dalam programnya membantu masyarakat. Tidak lupa WJ juga memberi contoh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang mewadahi profesi dokter.

 Sungguh manstab sarannya , dan Jos gandos usulannya. Tinggal sekarang bagaimana WJ sebagai pengusul dapat menginisiasi sebuah pertemuan antar komunitas relawan yang ada di Surabaya, untuk mewujudkan gagasannya. Jadi tidak hanya bisa usul saja tapi juga dapat merealisasikannya. Minimal menginisiasi terjadinya sebuah pertemuan.

 Ternyata WJ hanya jarkoni (iso ujar ora iso nglakoni), terbukti dalam postingan selanjutnya, Dia bilang, Mohon izin Ndan saya masih fakir ilmu dan pengalaman. Alangkah pantasnya yang lebih sepuh mawon,  nanti saya dan teman-teman akan  datang,”.

 hehehehe banyak tunggal ya maseh kalo hanya siap mendatangi undangan, tapi tidak mau mengundang (sebagai inisiator). Perlu diketahui oleh WJ yang katanya masih fakir ilmu dan pengalaman, bahwa di dunia relawan itu senior yunior kurang berlaku. Yang dipentingkan adalah inisiatif, inovatif dan kerja nyata.

 Sesungguhnyalah saran WJ itu ada kemiripan dengan beberapa relawan yang hanya "nyuruh" agar Jamaah LC  menggelar acara untuk kemudian mereka tinggal datang dan siap menjadi nara sumber. Artinya, Jamaah LC yang disuruh menyiapkan segala sesuatunya, sementara mereka tinggal memetik hasilnya. Benar-benar cerdas otaknya. Enak di Dia, nyonyor di kami.

 Harus nya WJ paham bahwa Terbentuknya grup WA ini juga hasil kolaborasi antar komunitas sebagai upaya membangun wadah relawan surabaya atas saran pak Ridwan, yang saat itu menjabat sebagai sekretaris BPBD Kota Surabaya. Dimana adminnya adalah Bu Lilik dari BPBD Kota Surabaya dan Pak Yogi dari PBRS.

 Kami bersama-sama Pak Yogi dan beberapa perwakilan komunitas relawan Kota Surabaya juga pernah menghadap ke BPBD Kota Surabaya untuk menginisiasi terbentuknya FPRB. Atas saran Pak Ridwan (waktu itu menjabat sebagai sekretaris bpbd kota surabaya) kami Dari grup WA tersebut pernah ngedain giat kolaborasi antar komunitas relawan. Diantaranya pelatihan PPGD dan Water Rescue.

 Sayangnya program kolaboratif ini tidak berkelanjutan. Salah satu sebabnya, kawan-kawan komunitas tidak mau menjadi panitia penyelenggara. Maunya hanya sebagai peserta. Padahal jadi panitia itu bikin mumet. Karena harus menyiapkan surat menyurat, pinjam sarpras, menyediakan konsumsi dan tetek bengek. Kalau jadi peserta kan cumak tahu enaknya kegiatan.

 Sementara menggantungkan/mengharapkan BPBD memberi fasilitias untuk kegiatan peningkatan kapasitas relawan juga sangat terbatas, sesuai program dan anggaran. Untuk itulah perlunya membuat kegiatan swadaya lintas komunitas untuk meningkatkan kapasitas relawan.

 Contohnya, Jamaah LC sudah beberapa kali nekat menyelenggarakan kegiatan peningkatan kapasitas relawan yang dilakukan secara kolaboratif antar komunitas dan gratisan. Alhamdulillah pesertanya selalu membeludak. 

 Jamaah LC juga pernah mengajak komunitas relawan untuk duduk bersama menyamakan visi misi untuk membuat pertemuan rutin secara berkala dengan mengambil tempat di sekretariat komunitas secara bergantian. Namun semua diam tidak bersuara dengan berbagai alasan.

 Intinya mereka tidak mau repot menjadi tuan rumah pertemuan. Kalau pun ada yang siap menjadi tuan rumah pertemuan, belum tentu yang lain siap hadir sesuai komitmen yang disepakati. Wis, kurang opo maneh ?.

 Begitu juga dengan komunitas S.E.R yang beberapa kali berkenan mengundang rapat/pertemuan antar relawan dengan fasilitas pribadi, namun nyatanya hanya sedikit yang mau menghadiri undangannya S.E.R.  Rupanya, yang demikian ini WJ belum tahu, atau sebagai pendatang baru yang perlu belajar banyak agar semakin tahu.

 Termasuk tahu akan aktivitas komunitas relawan yang tanpa sampiyan usulkan sudah mencoba berkoordinasi dan berkegiatan secara kolaboratif. Sampai sekarang pun tetap berproses untuk membangun komunikasi antar komunitas, dengan caranya sendiri-sendiri.

 Dan saat ini pun Jamaah LC juga terus menggelar jagongan sambil ngopi merancang sebuah kegiatan kolaboratif untuk peningkatan kapasitas bersama, dan tidak pernah terfikirkan untuk merancang perpecahan, karena memang tidak ada untungnya.

Walaupun ada cerita tentang adanya saling telikung, itu urusan masing-masing individu. Biarkan saja, karena semua akan ada waktunya, sesuai catatan yang dibuat oleh semesta.

 Agar WJ tidak terlalu fakir ilmu dan pengalaman, dipersilahkan main ke basecamp LC agar tidak ada dusta diantara kita. Agar tidak hanya menyebar saran dan usulan, tapi bersama bersinergi membuat aksi kemanusiaan, khususnya di bidang pengurangan risiko bencana. [eBas/SelasaPan-28102024]

 

ADA MENU KEPITING DI KALIMIRENG

 Sungguh, kawan-kawan anggota GRRM Kota Gresik ‘jian matoh tenan’. Betapa tidak, sebagai pendatang baru yang usianya masih satu tahun, sudah dapat menyelenggarakan perayaan ulang tahunnya yang pertama dengan semarak dan semanak dalam suasana akrab bersahabat. Mungkinkan mereka dapat berbuat seperti ini karena ada ‘dekengan dari pusat’ ?.

 Sungguh, keakraban dan kebersamaan itu sangat terasa sekali. Walaupun guyonannya kadang sedikit agak kasar. Ya begitulah karakternya. Di balik semua itu tampak kesetaraannya yang egaliter. Menjunjung nilai-nilai gotong royong, saling mendukung dan menghargai kemampuan masing-masing individu dalam melakukan aksi resik resik Masjid.

 Ya, mereka bisa begitu mungkin karena sama-sama mantan aktivis pecinta alam yang hebat di masa mudanya dan semakin bijak berkegiatan diusia yang semakin renta.

 Buktinya, semua peserta dari berbagai daerah yang baru datang langsung disodori lembar absen (registrasi). setelah itu diberi sebotol air minum kemasan dalam botol 600 Ml, dan sebungkus nasi krawu khas Kota Pudak, dengan sambal hitamnya. Rasanya haucek, mantab enak gurih. Tidak seperti biasanya, harus membeli dulu agar dapat menikmatinya.

 Juga tersedia gedang godok, cocok untuk mereka yang sedang mengendalikan asam urat, kolesterol dan penyakit tua lainnya. Begitu juga kopi dan teh tersedia, tinggal pilih sesuai selera. Juga ada gorengan rondo royal, kue cucur, perut ayam, dan masih banyak lagi.

 Kegiatan ini juga dihadiri oleh Kepala Desa dan Ketua Pokdarwis. Ini menunjukkan bahwa kawan-kawan telah berhasil membangun jejaring kemitraan dengan berbagai pihak. Salah satunya pihak pemerintah. Tinggal bagaimana mengkondisikan agar dapat membuat kegiatan kolaboratif antar para pihak, sehingga berdampak postif bagi masyarakat dan upaya pelestarian lingkungan hidup.

  Sebelum kue ulang tahun dan tumpeng mbois dipotong untuk dibagi,  Masing-masing perwakilan memberi ucapan selamat dengan harapan makin bersemangat dalam menjalankan programnya penuh Istiqomah.

 Adapun acara yang paling seru dan ditunggu adalah makan siang bersama dengan menu kepiting yang entah diberi bumbu apa, yang jelas pedasnya hanya semriwing sehingga enak dinikmati oleh mereka yang giginya mulai rapuh.

 Disamping itu juga ada bothok, trancam, ayam goreng, dan kerang hijau. Semua lahap menikmati hidangan yang diolah sendiri oleh emak-emak anggota GRRM Kota Gresik. Seandainya ada es legen khas Gresik, pastilah ceritanya akan semakin seru.

 Waktu solat asar telah menjelang, sementara perut sudah kenyang. Foto bersama pun juga telah diabadikan oleh tukang foto dadakan, dengan harapan segera di posting di grup whatsapp.

 Terima kasih teman, di kawasan wisata mangrove Kalimireng, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, telah kita torehkan bersama tentang indahnya persahabatan dalam kebersamaan menjalin silaturahmi keluarga besar GRRM Jatim.. 

Tentang sebuah upaya istiqomah dalam membangun ladang amal sesuai hadist Nabi yang berbunyi, ‘Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia’, melalui kegiatan membersihkan Masjid, juga membersihkan hati agar mendapat ridho Illahi.

 Ya, Arek Gresik memang matoh sebagai tuan rumah yang menerapkan konsep ‘gupuh, lungguh, lan suguh’. Hal ini terbukti, makanan, jajanan dan minuman yang disajikan sangat berlebih, mengenyangkan dan memanjakan peserta yang datang dari berbagai daerah. Saking berlebihnya, banyak yang ‘mbungkus’ untuk nyemil diperjalanan agar tidak ngantuk.

 Mohon maaf jika banyak peserta yang makannya tidak sedikit. Itu semua karena menu kepitingnya yang tepat dihidangkan saat perut terasa  lapar.  Sampai jumpa di lain hari. Teriring pantun, Lemah teles, Gusti pangeran sing bales. [eBas/Senin-28102024]

 

Rabu, 16 Oktober 2024

JAWA TIMUR MENJADI TUAN RUMAH KN-PRBBK ke 17 TAHUN 2025.

 Menurut berita yang beredar, Provinsi Jawa Timur dipastikan akan menjadi tuan rumah pelaksanaan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) tahun 2025 mendatang, yang di dalamnya digelar pula Konferensi Nasional Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunitas (KN-PRBBK).

 Hal ini ditandai dengan diterimanya Pataka oleh Kalaksa BPBD Jatim, Gatot Soebroto, dari Kepala BNPB, Suharyanto pada saat puncak peringatan Bulan PRB tahun ini di Balee Meuseuraya Aceh (BMA), Banda Aceh, Kamis (10/10/24) yang lalu.

 Tentu berita ini hendaknya disambut dengan gegap gempita oleh seluruh komunitas relawan penanggulangan bencana. Wabil khusus bagi para pekerja kemanusiaan yang selama ini beroperasi di Jawa Timur dalam membantu BPBD membangun ketangguhan menghadapi bencana, termasuk tangguh sumber daya manusianya, maupun tangguh manajemennya.

 Idealnya sih, dengan adanya kabar yang menggembirakan itu, berbagai komunitas segera bergerak bersama mengagendakan ngobrol bareng sambil ngopi membahas apa saja yang terkait dengan “ubo rampe” kegiatan KN-PRBBK. Tidak ada salahnya juga membahas hasil berbagai webinar yang menyajikan aneka topik dan materi yang digelar sejak bulan juli 2024. termasuk diantaranya mebcoba membedah tujuh butir yang termaktub dalam Deklarasi KN-PRBBK ke 16 di Provinsi Aceh.

 Hasil ngobrol bareng itu nantinya disodorkan ke BPBD Provinsi Jatim, dengan  harapan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menyusun kebijakan yang mendukung perhelatan akbar Bulan PRB dan KN-PRBBK ke 17 tahun 2025.

 Jika memungkinkan, semua komunitas membantu mengkomunikasikan tentang kabar gembira ini agar diketahui oleh masyarakat luas. Tidak lupa semua komunitas yang memiliki program sosialisasi dan edukasi pengurangan risiko bencana, juga mulai menata diri untuk dinominasikan tampil meramaikan Perayaan bulan PRB dan KN-PRBBK, dengan menonjolkan rasa jawa timurannya.

 Namun yang terjadi, berita yang membanggakan ini tampaknya kurang terdengar gaungnya. Para pihak yang bersentuhan langsung pun biasa saja. Bahkan di grup whatsapp tetap ramai dengan perang gambar dan saling berkomentar tentang berita yang aktual sambil saling mencemooh dengan dibungkus guyonan.  

 Hal ini terjadi mungkin, di midio akhir tahun yang bershio naga kayu ini ada agenda politik yang bernama pilkada serentak, sangat menyita perhatian dan kesibukan para pihak. Begitu juga pasca pilkada pun, biasanya berlanjut pada penataan personil sesuai kebijakan pemenang pilkada.

 Jika ini benar, maka wajar semua pihak diam. Sementara fokus pada prosesi pilkada, sekaligus menunggu hasil akhirnya. Harapannya, siapapun yang memenangi pilkada, memiliki selera terhadap isue-isue kebencanaan. Sehingga upaya menyemarakkan mandat pagelaran bulan PRB dan KN-PRBBK di tahun yang bershio ular, dapat berjalan secara spektakuler dan berkelas. Salam Tangguh. [eBas/RabuLegi-16102024]

  

Selasa, 15 Oktober 2024

MENDORONG DIALOG MULTIPIHAK

 Alhamdulillah gelaran Konferensi Nasional Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunitas (KN-PRBBK) ke 16 tahun 2024 di Provinsi Aceh telah usai dengan segala cerita suksesnya. Sayangnya, ketika gelaran ini ditutup secara resmi dengan menyepakati Jawa Timur sebagai tuan rumah KN-PRBBK ke 17 tahun 2025, banjirpun datang menggenangi sebagian wilayah Aceh dengan segala dampaknya.

 Padahal, di dalam gelaran KN-PRBBK itu, segala macam cerita sukses dalam mengurangi risiko bencana yang dilakukan berbagai pihak dengan dukungan dana yang tidak sedikit, di paparkan dengan indahnya penuh kebanggaan. Namun nyatanya ketika banjir datang semua tetap panik dan mungkin sedikit kelabakan. Ya begitulah nyatanya.

 Yang jelas, perhelatan yang dihadiri oleh relawan yang punya anggaran, telah menghasilkan Deklarasi KN-PRBBK, yang memuat tujuh butir, dengan harapan dapat menjadi bahan diskusi antar pihak untuk diwujudkan dalam program komunitas.

 Salah satu butir itu berbunyi, Kerja-kerja Forum PRB untuk mendorong dialog multipihak demi membangun konsensus atas risiko, dan aksi-aksi pengelolaan risiko. Kami juga melihat perlunya penguatan lebih lanjut terkait peran serta dari sektor swasta dan media.

 Dikatakan pula bahwa, sektor swasta memiliki potensi signifikan dalam mendukung (atau menjadi faktor penghambat) program pengelolaan risiko bencana. Sementara itu, media memainkan peran penting dalam penyebaran informasi, pendidikan masyarakat, dan advokasi kebijakan PRBBK.

 Tentu ini merupakan bentuk perhatian dari para pihak terhadap keberadaan F-PRB yang telah menunjukkan kinerjanya sebagai mitra strategis BPBD dalam upaya membantu menyebar informasi tentang pengurangan risiko bencana kepada khalayak ramai, terkait dengan ancaman, kerentanan, dan kapasitas menghadapi potensi bencana di daerahnya.

 Pernyataan itu juga mendorong agar Forum PRB semakin aktif mengadakan dialog multipihak yang benar-benar melibatkan unsur akademisi, dunia usaha, media, praktisi, pemerintah, dan pihak terkait lainnya sebagai upaya membangun kesadaran kolektif terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana. Hal ini mengingat bahwa bencana itu urusan bersama.

 Ajakan membangun budaya dialog multipihak ini jangan dicurigai sebagai upaya mengganggu zona nyaman yang telah ada. Karena, melalui dialog multipihak yang partisipatif inilah semua butir-butir deklarasi yang disepakati itu dapat diwujudkan dalam agenda forum di semua tingkatan. Baik yang sudah maju, maupun yang sedang berbenah.

 Ya, paling tidak, dapat menginspirasi para pegiatnya untuk berbenah diri dalam membangun cerita sukses upaya mengurangi risiko bencana akibat gencarnya pembangunan, dan perubahan iklim, yang dapat dipamerkan di ajang KN-PRBBK tahun depan yang bershio ular. Wallahu a’lam bishowab [eBas/SelasaKliwon-15102024]  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Senin, 14 Oktober 2024

MEMADUKAN HASIL DEKLARASI KN-PRBBK DENGAN PROGRAM KOMUNITAS

  Salah satu hasil deklarasi KN-PRBBK ke-16 tahun 2024, yang diselenggarakan di Aceh adalah, Kami mengakui pentingnya sosialisasi yang berkesinambungan, edukasi masyarakat, serta pengembangan kader-kader muda untuk melanjutkan gerakan PRBBK ini ke generasi berikutnya.

 Selain itu, dikatakan pula bahwa komunikasi risiko perlu diprioritaskan untuk memastikan masyarakat memahami ancaman yang ada dan tindakan yang dapat diambil untuk mengurangi dampaknya.

 Selanjutnya, Komunikasi yang tepat waktu, jelas, dan aksesible oleh seluruh lapisan masyarakat akan sangat krusial dalam meningkatkan kesiapsiagaan.

 Apa yang disampaikan di atas itu tampaknya  sebagai upaya mendorong komunitas relawan untuk terus bergerak melakukan upaya sosialisasi dan edukasi pengurangan risiko bencana kepada masyarakat luas. Termasuk para pelajar di berbagai tingkatan, sebagai generasi muda calon penerus bangsa.

 Tentunya, apa yang dilakukan oleh komunitas relawan ini tidak seragam, dan itu sah-sah saja, sesuai dengan kapasitas relawan dan latar belakang sasaran. Yang penting tetap bergerak “mensyi’arkan” pesan-pesan kesiapsiagaan dan mitigasi potensi bencana yang ada di daerahnya.

 Seperti diketahui, mitigasi adalah upaya yang memiliki sejumlah tujuan yakni untuk mengenali risiko, penyadaran akan risiko bencana, perencanaan penanggulangan, dan sebagainya.

 Bisa dikatakan bahwa mitigasi bencana adalah segala upaya, mulai dari pencegahan sebelum suatu bencana terjadi sampai dengan penanganan usai suatu bencana terjadi.

 Jika masyarakat yang bedomisili di kawasan rawan bencana, dapat melakukan mitigasi mandiri, tentu mereka akan memiliki kemampuan menghadapi potensi bencana yang sewaktu-waktu datang dengan segala dampaknya.

 Sungguh, seandainya semua komunitas relawan dapat melakukan edukasi dan sosialisasi pengurangan risiko bencana, yang membuat masyarakat dapat memiliki daya informasi, daya antisipasi, daya adaptasi, daya proteksi, dan daya lenting menghadapi bencana. Maka upaya membangun ketangguhan benar-benar terwujud dalam kehidupan masyarakat.

 Sementara itu, jangan lupa komunitas relawan juga perlu menyiapkan kader penerusnya, agar kerja-kerja komunitas yang menjadi programnya tidak berhenti di tengah jalan gegara ketiadaan kader. Ingat, berkiprah sebagai relawan (bukan pekerja kemanusiaan yang bayaran), itu ada batasnya. Baik itu faktor usia yang pasti akan masuk ke kelompok rentan, dan juga kesejahteraan keluarga yang wajib diperhatikan, jika tidak ingin terpuruk.

 Ingat juga bahwa, relawan itu berhasil tidak dipuji, gagal pasti dicaci, dan celaka salah sendiri. Artinya relawan itu harus menyiapkan segalanya secara mandiri dan harus tahu diri kapan undur diri tanpa memaksakan diri.

 Nah, mumpung masih ada waktu, ada baiknya jika di dalam agenda komunitas relawan, juga ada program kaderisasi. Namun perlu disadari bahwa kaderisasi itu tidak mudah karena menyangkut banyak faktor yang mempengaruhi. Termasuk ada tidaknya rasa peduli untuk memberi manfaat bagi sesama.

 Yang penting, salah satu isi deklarasi KN-PRBBK ke-16 tahun 2024 di Provinsi Aceh itu hendaknya menjadi penyemangat bagi komunitas relawan untuk terus menginformasikan pesan PRB dengan segala cara dan gayanya sendiri dan mandiri, tanpa harus terikat SOP. Apalagi harus menunggu petunjuk, arahan dan ajakan dari pihal lain, yang biasanya menjadi ajang rebutan. Biarkan yang senang rebutan, mungkin sedang membutuhkan.

 Tetap semangat mencoba menterjemahkan deklarasi KN-PRBBK sesuai kemampuan menafsirkan untuk kemudian dikongkritkan dalam bentuk kegiatan komunitas. Syukur-syukur dapat dikolaborasikan antar pihak. [eBas/SeninWage-14102024]     

 

 

 

   

 

Sabtu, 05 Oktober 2024

ADA SAYUR MANISAH DI BANK SAMPAH MARKISA

 Siang itu, sabtu (05/10/2024), saya berkesempatan dolan ke Bank Sampah Markisa, di daerah Tanah Kali Kedinding, Kecamatan Kenjeran. Surabaya. Berbekal informasi dari mas Sahrul, saya berangkat tanpa membawa sampah untuk disetorkan, karena saya belum menjadi nasabahnya.

 Walaupun agak keblasuk sedikit, tapi akhirnya saya bertemu langsung dengan Direkturnya, yang ketika itu didampingi Ibundanya. Senyum ramah bersahabat di tebar oleh Sang Aktifis lingkungan, Siti Cholifah. Tanpa perkenalan, langsung berbagi cerita tentang aktivitas menggeluti kerja-kerja kemanusiaan yang jauh dari profit.

 “Saya senang dapat ikut bersih-bersih kali secara ramai-ramai. Saran saya harus ada kelanjutannya dan menggandeng Kelurahan terdekat untuk diajak berpartisipasi. Termasuk mengundang wartawan agar meliput. Ini penting agar kegiatan kita ini diketahui oleh masyarakat luas. Termasuk para pejabat terkait,” Katanya bersemangat.

 Artinya, kerja-kerja sosial semacam ini diperlukan kesabaran dan dilakukan secara berulang dan berkesinambungan dalam rangka menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk mencintai, dan melestarikan lingkungan, serta dapat mengelola sampah dengan bijaksana.

 Bank Sampah Markisa (mari kita sedekah sampah), adalah upaya kreatif yang dilakukan secara mandiri oleh Siti Cholifah dan kelompoknya dalam rangka membantu pemkot untuk mengelola sampah agar tidak dibuang pecuma, namun direkayasa sedemikian rupa sehingga bermanfaat sesuai konsep 3R.

 “Dalam prakteknya kami menerima sampah dari mana saja sesuai kesepakatan untuk kemudian secara berkala akan disetor ke Bank Sampah Induk,” Katanya, sambil menunjukkan kolam lele yang baru di panen tempat pemrosesan sampah menjadi pupuk cair.

 Setelah dipameri aneka tanaman yang dapat dimanfaatkan oleh para tetangga, tanpa terduga di gazebo sudah tersedia sepiring lonsay (lontong sayur) manisah lengkap dengan kerupuknya. Ya Allah, Alhamdulillah rejeki anak soleh yang suka bersilaturahmi.

 Enak pol, pedasnya pas, terbukti Cak Wahid yang baru makan di rumah, perutnya tidak nolak dimasuki sepiring lonsay cita rasa Surabaya Utara. Ya, pelan-pelan, sesuap demi sesuap sambil mendengarkan cerita suka duka mengelola Bank Sampah, akhirnya lonsay pun berpindah tempat.

 Ya, mbak Siti yang ternyata temannya mbak Arti Novelia itu kalau liburan sekolah juga membuka “Holiday Class” untuk mengisi waktu liburan anak-anak usia sekolah dasar, dengan materi tentang sampah dan cara memanfaatkan barang bekas menjadi karya yang bermanfaat dan bernilai jual.

 Untuk mendukung program “Holiday Class”, ada baiknya jika kawan-kawan yang memiliki buku cerita, komik, novel, mainan yang sudah tidak dipakai, hendaknya di donasikan ke Bank Sampah Markisa dari pada nganggur “njembrung” memenuhi gudang.

 Lamat-lamat suara pujian dari Masjid sekitar Bank Sampah Markisa terdengar bersahutan. Pertanda waktu solat dzuhur telah tiba. Saya dan Wahid pun mohon diri, dan berjanji akan dolan kembali untuk menikmati sayur kelor yang dijanjikan mbak Siti sebagai menu andalan Kampung Kelor.

 “Tempat kami siap lho jika dijadikan tempat diskusi sampah untuk menindaklanjuti kegiatan bersih-bersih Kali kemarin. Jangan sampai kegiatan yang pertama itu sekaligus yang terakhir,” Katanya.

 Nah, pintu sudah dibuka, Ibu Direktur Bank Sampah Markisa sudah siap memfasilitasi pertemuan untuk menjalin persaudaraan yang telah dibangun lewat kegiatan bersih kali yang diinisiasi oleh Jamaah LC dan LMI. Monggo ajakan tulus ikhlas itu kita sambut dengan antusias. Salam Tangguh, Salam Lestari. [eBas/SabtuKliwon-05102024]

Rabu, 02 Oktober 2024

PAMERAN CERITA SUKSES PARA PEKERJA KEMANUSIAAN DI KN-PRBBK 2024

 Menyimak kegiatan webinar yang menjadi agenda meramaiakan konfernsi nasional pengelolaan risiko bencana berbasis komunitas (KN-PRBBK) ke-16 di Provinsi Aceh tahun 2024, sangatlah menyenangkan karena dapat menambah wawasan tentang betapa banyaknya bidang garap yang bisa dilakukan oleh para pegiat kebencanaan dalam mengambil peran membantu pemerintah.

 Konon, KN-PRBBK yang pertama kali diinisiasi pada tahun 2004 ini telah menjadi forum penting bagi berbagai pemangku kepentingan, mulai dari akademisi, praktisi, pemerintah, hingga swasta. Dalam setiap edisi konferensi, semangat berbagi pengalaman, baik yang sukses maupun gagal, menjadi ciri khas yang diharapkan terus terjaga.

 Artinya disini, semua pegiat kebencanaan, baik yang profesional sebagai pekerja kemanusiaan yang dibayar mahal, maupun komunitas relawan yang bermodalkan semangat, boleh berbicara melempar gagasan dan cerita tentang ke tiga fase bencana, tanpa takut dipaido dan diclathu.

 Untuk tahun ini, yang bersamaan dengan lengsernya Rezim Jokowi, panitia KN-PRBBK menggelar diskusi tematik secara webinar, yang menarik untuk dipahami. Bahkan jika memungkinkan layak dijadikan bahan jagongan sambil nyruput kopi.

 Seperti, tema tentang Perlindungan Sosial Adaptif dan Sosial Inklusi, Pengintegrasian PRBBK dalam Perencanaan Pembangunan Desa, Kepemimpinan Perempuan dalam PRBBK, Strategi Konvergensi PRB dan Adaptasi Perubahan Iklim, Peringatan Dini Multi Ancaman dan Aksi Antisipasi, Replikasi dan Keberlanjutan dalam PRBBK, Kesiapsiagaan Masyarakat Urban Menghadapi Ancaman Gempa Bumi Megathrust, dan masih banyak lagi lainnya.

 Dari sekian banyak praktik baik yang dipamerkan dengan apik dan menarik, sebagai upaya memberdayakan masyarakat agar memiliki ketangguhan. Ternyata semua itu merupakan kerja-kerja profesional yang hanya dapat ditangani oleh komunitas tertentu, karena harus didukung oleh personil yang memiliki keahlian tertentu, sarpras yang memadai, keluasan jejaring kemitraan, dan anggaran pendukung.

 Dengan kata lain, praktik baik yang diceritakan dalam pegelaran KN-PRBBK di Kota yang dijuluki serambi mekah ini, semua “berbau proyek” yang dijadikan mata pencaharian para “proyektor” dengan memanfaatkan dana dari pihak lain yang memiliki kepentingan.  

 Tentu saja hasilnya baik, koordinasinya dengan para pihak juga  lancar, dan sangat memungkinkan ditindaklanjuti untuk mengiringi masa awal pemerintahan Presiden Prabowo dengan program barunya.

 Sukur-sukur jika program PRB dapat diintegrasikan ke dalam program strategis Rezimnya Prabowo, maka upaya memperkuat peran komunitas dalam gerakan PRBBK, akan mendapat dukungan yang signifikan untuk membangun ketangguhan masyarakat menghadapi bencana dan dampak perubahan iklim.

 Bagaimana dengan komunitas relawan yang hanya memiliki semangat tanpa dukungan sumber dana dari lembaga donor ?. Ya tetap saja santai sesuai khittah dalam melakukan aksi kemanusiaan sesuai kapasitas, dan kemampuan dompet pribadi tanpa harus berkaca kepada aksinya para pekerja kemanusiaan.

 Siapa tahu dengan menyimak rangkaian acara KN-PRBBK melalui webinar maupun youtube, ada yang dapat menginspirasi untuk membuat aksi serupa secara kolaborasi antar pihak, sesuai konsep ATM (amati, Tiru, Modifikasi). Yang penting tetap bergerak dan terus belajar memberi manfaat kepada sesama dan lingkungan, sekecil apapun

 Selamat menikmati berkah KN-PRBBK yang ke-16 tahun 2024 dengan penuh suka cita. Semoga harapan Agustiar dari pikiran-rakyat.com (26/09/2024) agar pelaksanaan KN-PRBBK XVI dapat menjadi momentum penting dalam memperkuat kolaborasi antara berbagai pihak, meningkatkan resiliensi masyarakat pesisir, dan mengadvokasi kebijakan yang lebih baik dalam menghadapi ancaman bencana di Indonesia. Alhamdulillah, sampai tulisan ini dibuat, tidak terdengar berita adanya pembubaran kegiatan KN-PRBBK oleg gerombolan yang membubarkan diskusinya Forum Tanah Air, di Hotel Kemang, Jakarta,  beberapa hari yang lalu. Wallahu a’lam bishowab. [eBas/RabuPahing-02102024]