Menyimak kegiatan webinar yang menjadi agenda meramaiakan konfernsi nasional pengelolaan risiko bencana berbasis komunitas (KN-PRBBK) ke-16 di Provinsi Aceh tahun 2024, sangatlah menyenangkan karena dapat menambah wawasan tentang betapa banyaknya bidang garap yang bisa dilakukan oleh para pegiat kebencanaan dalam mengambil peran membantu pemerintah.
Konon, KN-PRBBK yang pertama kali diinisiasi pada tahun 2004 ini telah menjadi forum penting bagi berbagai pemangku kepentingan, mulai dari akademisi, praktisi, pemerintah, hingga swasta. Dalam setiap edisi konferensi, semangat berbagi pengalaman, baik yang sukses maupun gagal, menjadi ciri khas yang diharapkan terus terjaga.
Artinya disini, semua pegiat kebencanaan, baik yang profesional sebagai pekerja kemanusiaan yang dibayar mahal, maupun komunitas relawan yang bermodalkan semangat, boleh berbicara melempar gagasan dan cerita tentang ke tiga fase bencana, tanpa takut dipaido dan diclathu.
Untuk tahun ini, yang bersamaan dengan lengsernya Rezim Jokowi, panitia KN-PRBBK menggelar diskusi tematik secara webinar, yang menarik untuk dipahami. Bahkan jika memungkinkan layak dijadikan bahan jagongan sambil nyruput kopi.
Seperti, tema tentang Perlindungan Sosial Adaptif dan Sosial Inklusi, Pengintegrasian PRBBK dalam Perencanaan Pembangunan Desa, Kepemimpinan Perempuan dalam PRBBK, Strategi Konvergensi PRB dan Adaptasi Perubahan Iklim, Peringatan Dini Multi Ancaman dan Aksi Antisipasi, Replikasi dan Keberlanjutan dalam PRBBK, Kesiapsiagaan Masyarakat Urban Menghadapi Ancaman Gempa Bumi Megathrust, dan masih banyak lagi lainnya.
Dari sekian banyak praktik baik yang dipamerkan dengan apik dan menarik, sebagai upaya memberdayakan masyarakat agar memiliki ketangguhan. Ternyata semua itu merupakan kerja-kerja profesional yang hanya dapat ditangani oleh komunitas tertentu, karena harus didukung oleh personil yang memiliki keahlian tertentu, sarpras yang memadai, keluasan jejaring kemitraan, dan anggaran pendukung.
Dengan kata lain, praktik baik yang diceritakan dalam pegelaran KN-PRBBK di Kota yang dijuluki serambi mekah ini, semua “berbau proyek” yang dijadikan mata pencaharian para “proyektor” dengan memanfaatkan dana dari pihak lain yang memiliki kepentingan.
Tentu saja hasilnya baik, koordinasinya dengan para pihak juga lancar, dan sangat memungkinkan ditindaklanjuti untuk mengiringi masa awal pemerintahan Presiden Prabowo dengan program barunya.
Sukur-sukur jika program PRB dapat diintegrasikan ke dalam program strategis Rezimnya Prabowo, maka upaya memperkuat peran komunitas dalam gerakan PRBBK, akan mendapat dukungan yang signifikan untuk membangun ketangguhan masyarakat menghadapi bencana dan dampak perubahan iklim.
Bagaimana dengan komunitas relawan yang hanya memiliki semangat tanpa dukungan sumber dana dari lembaga donor ?. Ya tetap saja santai sesuai khittah dalam melakukan aksi kemanusiaan sesuai kapasitas, dan kemampuan dompet pribadi tanpa harus berkaca kepada aksinya para pekerja kemanusiaan.
Siapa tahu dengan menyimak rangkaian acara KN-PRBBK melalui webinar maupun youtube, ada yang dapat menginspirasi untuk membuat aksi serupa secara kolaborasi antar pihak, sesuai konsep ATM (amati, Tiru, Modifikasi). Yang penting tetap bergerak dan terus belajar memberi manfaat kepada sesama dan lingkungan, sekecil apapun
Selamat menikmati berkah KN-PRBBK yang ke-16 tahun 2024 dengan penuh suka cita. Semoga harapan Agustiar dari pikiran-rakyat.com (26/09/2024) agar pelaksanaan KN-PRBBK XVI dapat menjadi momentum penting dalam memperkuat kolaborasi antara berbagai pihak, meningkatkan resiliensi masyarakat pesisir, dan mengadvokasi kebijakan yang lebih baik dalam menghadapi ancaman bencana di Indonesia. Alhamdulillah, sampai tulisan ini dibuat, tidak terdengar berita adanya pembubaran kegiatan KN-PRBBK oleg gerombolan yang membubarkan diskusinya Forum Tanah Air, di Hotel Kemang, Jakarta, beberapa hari yang lalu. Wallahu a’lam bishowab. [eBas/RabuPahing-02102024]

Tidak ada komentar:
Posting Komentar