Minggu, 17 November 2019

MIMPI TAMAN BACA UNTUK ANAK PINGGIRAN


Berawal dari niat untuk mengamalkan ilmu yang dimiliki untuk kemaslahatan sesama, Cak Yo mencoba bermimpi tentang indahnya membuat taman bacaan masyarakat (TBM). Upaya mencerdaskan anak bangsa melalui gerakan calistung (membaca menulis dan berhitung). Dalam mimpinya  Cak Yo tersenyum sendiri melihat anak-anak di desanya berkumpul di salah satu ruangan PKBM menikmati aneka buku bacaan dengan penuh antusias.

Semuanya itu diniatkan untuk meningkatkan sumber daya manusia di desanya. Cak Yo mempunyai keyakinan dengan banyak membaca, anak-anak akan  bertambah wawasannya. Mereka secara tidak langsung juga belajar bermasyarakat, belajar menikmati perbedaan dalam kebersamaan. Ya, mereka bisa belajar apa saja yang akan turut mewarnai jalan hidupnya, menjadi bekal berharga untuk mengarungi samudera kehidupan yang ganas dan berliku.

Koleksi pustaka yang memenuhi ruang taman baca cukup memadai. Ada buku fiksi, novel, ilmu pengetahuan, cerita pendek, komik, buku keagamaan, buku keterampilan dan lainnya. Kebanyakan didapat dari donatur yang mensedekahkan bukunya, menginfaqkan rejekinya untuk pengadaan buku-buku yang sesuai dengan kebutuhan ‘konsumennya’, anak-anak pinggiran yang haus pengetahuan, karena keadaan dan keterbatasan. Pinggiran yang dimaksud itu bisa pinggiran pantai, pinggiran hutan, juga masyarakat yang terpinggirkan secara ekonomi sosial.

Taman baca yang diimpikan Cak Yo itu bukan hanya tempat membaca, tapi juga bisa digunakan untuk bermain, berkesenian, belajar ngaji, juga klekaran, lesehan untuk jagongan dan diskusi sambil ngopi, menggagas rencana-rencana indah tentang pemberdayaan masyarakat, mensejahterakan ummat agar roda ekonomi desa meningkat.

Tidak ada salahnya jika taman baca itu juga digunakan untuk kegiatan olah raga, juga belajar tentang pendidikan mitigasi bencana, dan belajar pramuka saka widya bakti budaya. Semua itu dalam rangka membentuk karakter pemuda yang cerdas berwawasan luas, tangguh lahir batin dan berkontribusi aktif terhadap pembangunan masyarakat sebagai ‘agent of change’ dimana mereka tinggal.

Sungguh, jika semua impian Cak Yo bisa teraktualisasikan, maka PKBM At-Taubah akan menjadi pusat pemberdayaan masyarakat yang programnya bisa menjawab kebutuhan masyarakat secara mandiri, kreatif dan inovatif tanpa menunggu bantuan dari pemerintah yang sering kali sangat birokratis. Hal ini sangat memungkinkan karena Cak Yo memiliki banyak relasi yang terdiri dari berbagai profesi yang mumpuni. Tinggal bagaimana Cak Yo mengkomunikasikan mimpinya agar dimengerti dan diminati.

Sementara Cak Yo masih terlena dengan mimpi indahnya, komponen lain dari PKBM At-Taubah yang berkedudukan di Dusun Susukan Kidul, Desa Gladag, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, tetap istiqomah menjalankan perannya mengawal program yang sudah bergulir, agar semakin berkembang menebar kebermanfaatan bagi masyarakat. Seperti batik susukan yang sudah mulai menemukan pasarnya.

Berharap Cak Yo tidak lupa mengajak para pengelola PKBM AT-Taubah untuk bermimpi indah dalam tidurnya dan diikuti doa yang tulus penuh kepasrahan. Selanjutnya serahkan semua kepada Tuhan agar mimpi indah itu dieksekusi sesuai takdir kehidupan. Hal ini sesuai dengan sabda-NYA, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri,” (QS. Ar-Ra’d:11).

Untuk itu mari dukung Cak Yo yang sedang membangun mimpi indah tentang program literasi untuk anak pinggiran. Semoga Allah memberikan petunjuk, bimbingan dan kemudahan untuk mewujudkan mimpi Cak Yo. Wallahu a’lam bishowab. [eBas/Senin pahing-18/11]

.

1 komentar:

  1. ayo Cak Yo maju terus pantang mundur tetap istiqomah menebar kebermanfaatan untuk sesama, khususnya masyarakat yang masih terbelakang dibidang pendidikan yang berdampak pada kesejahteraan

    BalasHapus