Berawal
dari niat untuk mengamalkan ilmu yang dimiliki untuk kemaslahatan sesama, Cak
Yo mencoba bermimpi tentang indahnya membuat taman bacaan masyarakat (TBM). Upaya
mencerdaskan anak bangsa melalui gerakan calistung (membaca menulis dan
berhitung). Dalam mimpinya Cak Yo
tersenyum sendiri melihat anak-anak di desanya berkumpul di salah satu ruangan
PKBM menikmati aneka buku bacaan dengan penuh antusias.
Semuanya
itu diniatkan untuk meningkatkan sumber daya manusia di desanya. Cak Yo
mempunyai keyakinan dengan banyak membaca, anak-anak akan bertambah wawasannya. Mereka secara tidak
langsung juga belajar bermasyarakat, belajar menikmati perbedaan dalam
kebersamaan. Ya, mereka bisa belajar apa saja yang akan turut mewarnai jalan
hidupnya, menjadi bekal berharga untuk mengarungi samudera kehidupan yang ganas
dan berliku.
Koleksi pustaka
yang memenuhi ruang taman baca cukup memadai. Ada buku fiksi, novel, ilmu
pengetahuan, cerita pendek, komik, buku keagamaan, buku keterampilan dan lainnya.
Kebanyakan didapat dari donatur yang mensedekahkan bukunya, menginfaqkan
rejekinya untuk pengadaan buku-buku yang sesuai dengan kebutuhan ‘konsumennya’, anak-anak pinggiran yang
haus pengetahuan, karena keadaan dan keterbatasan. Pinggiran yang dimaksud itu
bisa pinggiran pantai, pinggiran hutan, juga masyarakat yang terpinggirkan
secara ekonomi sosial.
Taman
baca yang diimpikan Cak Yo itu bukan hanya tempat membaca, tapi juga bisa
digunakan untuk bermain, berkesenian, belajar ngaji, juga klekaran, lesehan untuk
jagongan dan diskusi sambil ngopi, menggagas rencana-rencana indah tentang
pemberdayaan masyarakat, mensejahterakan ummat agar roda ekonomi desa
meningkat.
Tidak ada
salahnya jika taman baca itu juga digunakan untuk kegiatan olah raga, juga belajar
tentang pendidikan mitigasi bencana, dan belajar pramuka saka widya bakti
budaya. Semua itu dalam rangka membentuk karakter pemuda yang cerdas berwawasan
luas, tangguh lahir batin dan berkontribusi aktif terhadap pembangunan
masyarakat sebagai ‘agent of change’ dimana
mereka tinggal.
Sungguh,
jika semua impian Cak Yo bisa teraktualisasikan, maka PKBM At-Taubah akan
menjadi pusat pemberdayaan masyarakat yang programnya bisa menjawab kebutuhan
masyarakat secara mandiri, kreatif dan inovatif tanpa menunggu bantuan dari
pemerintah yang sering kali sangat birokratis. Hal ini sangat memungkinkan
karena Cak Yo memiliki banyak relasi yang terdiri dari berbagai profesi yang
mumpuni. Tinggal bagaimana Cak Yo mengkomunikasikan mimpinya agar dimengerti
dan diminati.
Sementara
Cak Yo masih terlena dengan mimpi indahnya, komponen lain dari PKBM At-Taubah
yang berkedudukan di Dusun Susukan Kidul, Desa Gladag, Kecamatan Rogojampi,
Kabupaten Banyuwangi, tetap istiqomah menjalankan perannya mengawal program
yang sudah bergulir, agar semakin berkembang menebar kebermanfaatan bagi
masyarakat. Seperti batik susukan yang sudah mulai menemukan pasarnya.
Berharap
Cak Yo tidak lupa mengajak para pengelola PKBM AT-Taubah untuk bermimpi indah
dalam tidurnya dan diikuti doa yang tulus penuh kepasrahan. Selanjutnya
serahkan semua kepada Tuhan agar mimpi indah itu dieksekusi sesuai takdir
kehidupan. Hal ini sesuai dengan sabda-NYA, “Sesungguhnya Allah tidak akan
mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri,” (QS.
Ar-Ra’d:11).
Untuk itu
mari dukung Cak Yo yang sedang membangun mimpi indah tentang program literasi
untuk anak pinggiran. Semoga Allah memberikan petunjuk, bimbingan dan kemudahan
untuk mewujudkan mimpi Cak Yo. Wallahu a’lam bishowab. [eBas/Senin
pahing-18/11]
.
ayo Cak Yo maju terus pantang mundur tetap istiqomah menebar kebermanfaatan untuk sesama, khususnya masyarakat yang masih terbelakang dibidang pendidikan yang berdampak pada kesejahteraan
BalasHapus