Rabu, 27 November 2019

RELAWAN MILENIAL SRPB MENUJU KONGRES 2020


Sebentar lagi kita akan memasuki tahun 2020. Dimana menurut penanggalan Cina, tahun 2020 itu adalah tahun yang bershio tikus. Konon shio tikus menandakan sebuah kehidupan yang dinamis penuh tantangan.

Ada juga yang bilang, kini saatnya generasi milenial yang tampil di depan dengan segala konsep dan gayanya. Dalam jurnalcowok.com (2014), Generasi Millenial memiliki karakteristik yang khas, kita lahir di zaman TV sudah berwarna dan memakai remote, sejak masa sekolah sudah menggunakan handphone, sekarang tiap tahun ganti smartphone dan internet menjadi kebutuhan pokok, berusaha untuk selalu terkoneksi di manapun, eksistensi sosial ditentukan dari jumlah follower dan like, punya tokoh idola, afeksi pada genre musik dan budaya pop yang sedang hype, ikut latah #hashstag ini #hashtag anu, pray for ini itu dan semua gejala/istilah kekunian yang tidak ada habis-habisnya muncul, membuat generasi orangtua kebingungan mengikutinya.

Begitu juga dengan dunia kerelawanan. Sudah waktunya relawan milenial tampil (ditampilkan/menampilkan/dipaksa tampil) memegang kendali organisasi dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi (konon sekarang ini jamannya aplikasi berbasis komputerisasi). Sehingga dimungkinkan, kerja-kerja kemanusiaan nanti berbasis android. Tidak perlu bertemu untuk sekedar rapat anggota, pun rapat pengurus, termasuk koordinasi dan mobilisasi, karena semuanya bisa dilakukan secara online. Seperti pelatihan navigasi ala Cak Dares yang memanfaatkan kecanggihan android. Ke depan, mungkin bisa dikembangkan untuk materi-materi kebencanaan yang lain. Misalnya diklat dapur umum online, pelatihan evakuasi berbasis aplikasi, dan lainnya. begitu juga dengan InaRisk yang dikembangkan Ridwan dan BNPB, merupakan media informasi bencana berbasis internet.   

Paling tidak, ke depan relawan harus melek teknologi informasi, dan semakin peka terhadap permasalahaan kemanusiaan, lingkungan hidup dan melek kebijakan publik. Untuk itulah ada baiknya jika mulai sekarang harus diwacanakan tentang hal-hal yang berbau milenial (yang bagaimana ya?. Mari belajar bersama ). paling tidak, keberadaan grup WhatsApp lebih diarahkan untuk pertukaran informasi dan gagasan, mendiskusikan permasalahan aktual terkait dengan kebencanaan, kerusakan alam dan kemanusiaan.  

Saking pentingnya milenial ini, presiden kita telah berani memulai mengangkat generasi milenial (yang memiliki prestasi tentunya) untuk menjadi staf khususnya dengan gaji khusus pula. Pastilah tahun 2020 akan muncul gaya kerja milenial yang efisien dan efektif, mengedepankan kreativitas dan inovasi yang berbasis internet.

Nah, jika presiden saja sudah berani memulai menghadirkan generasi milenial di tahun ke dua masa pemerintahannya, tidak ada salahnya jika SRPB JATIM pun mulai mendorong dan memberi panggung para milenial untuk tampil ikut dalam kepengurusan yang akan disusun pada kongres ke dua tahun 2020, sebagai upaya peningkatan mutu program SRPB JATIM di era 4.0.

Harapannya, didalam penanggulangan bencana, relawan milenial tidak hanya peduli dan ngurusi pada fase tanggap darurat bencana. Tapi harus paham dan ikut berperan pada penanganan masalah pra bencana dan pasca bencana, seperti yang tersurat dalam perka nomor 17 tahun 2011.

Itu artinya, relawan milenial tidak hanya mengandalkan okol saja dalam berkegiatan. Namun juga memiliki akal yang cerdas berawasan luas. Ya, idealnya relawan itu harus bisa diajak diskusi yang menawarkan idea tau konsep yang argumentative, rajin mengikuti gelaran diskusi untuk memberikan usulan kebijakan. Mampu menjadi fasilitator pelatihan, bisa melakukan edukasi tentang pengurangan risiko bencana. Tentu saja mumpuni ketika harus turun ke lokasi bencana sesuai denga klaster dan kesempatan.

Untuk itulah SRPB JATIM melalui kegiatanya yang dikemas dengan konsep sersansan (serius tapi santai dan santun) itu diharapkan bisa menginspirasi relawan milenial belajar menduplikasi untuk kemudian berani menggantikan peran “saudara tuanya” untuk menggerakkan roda SRPB JATIM yang semakin kreatif, inovatif dan kekinian agar tidak tertinggal/ditinggalkan. Ya, masalah manajemen organisasi dan manajemen kebencanaan hendaknya semakin menjadi bahan obrolan disaat jagongan sambil nyruput kopi.

Semoga rapat koordinasi yang digelar di Hotel Arca, Trawas, Mojokerto, tanggal 28 -29 November 2019, bisa menelorkan gagasan menarik tentang program SRPB JATIM dalam upaya meningkatkan kapasitas relawan penanggulangan bencana.Tentu peran peserta rakor akan sangat menentukan lahirnya usulan kebijakan yang akan dijadikan agenda dalam kongres tahun depan. Salam Tangguh, Salam Kemanusiaan. [eBas/Rabu Legi-27Nov2019]    





  



3 komentar:

  1. ingat ya
    SRPB (sekretariat bersama relawan penanggulangan bencana) itu dibentuk oleh BPBD Prov. Jawa Timur sebagai wadah berkumpulnya organisasi relawan (dan pegiat kemanusiaan dan lingkungan) untuk saling berkoordinasi, berkomunikasi, saling peduli untuk berbagi informasi serta tukar pengalaman sekaligus membangun sinergi untuk bersama-sama meningkatkan kapasitas relawan. baik dibidang PB maupun PRB.
    relawan sebagai salah satu unsur pentahelix diharapkan mumpuni dalam perannya pada saat pra bencana, saat tanggap darurat bencana dan pada saat pasca bencana seperti yang tersurat dalam perka 17 tahun 2011

    salam tangguh salam kemanusiaan
    seduluran sak lawase
    mgopi bareng penuh keakraban

    BalasHapus
  2. Memang sangat penting peran Relawan pada fase tanggap darurat, tapi tidak kalah pentingnya juga kita berperan pada fase pra bencana.
    Karena setidaknya kita bisa menguatkan atau meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana serta dapat meminimalisir korban dan risiko bencana..

    Bravo SRPB Jatim..

    BalasHapus
  3. Suksesi kepengurusan organisasi yang tidak disiapkan dapat mengakibatkan konflik internal. Oleh karena itu perencanaan suksesi menjadi penting karena pada hakekatnya bertujuan mempertahankan dan mengembangkan performa organisasi serta meningkatkan kompetensi yang dimiliki untuk menjawab kebutuhan jaman.

    BalasHapus