Selasa, 12 November 2019

PKBM AT-TAUBAH MENCOBA TAMPIL BEDA


“Kurikulum jangan kaku, harus fleksibel sejalan dengan perubahan dunia yang kita alami,” Kata  Joko Widodo, saat rapat di istana Presiden. Masih kata presiden yang dimuat harian Kompas, jum’at (1/11), bahwa kurikulum hendaknya bisa memperkuat pendidikan etika, budi pekerti, kebencanaan dan ideologi Pancasila, serta mampu menyiapkan manusia Indonesia yang siap kerja, siap berwirausaha dan berkarya.

Apa yang disampaikan presiden di atas tampaknya sudah banyak dilakukan oleh pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) yang mengusung jargon, “Melayani yang tidak terlayani, menjangkau yang tidak terjangkau” dengan menggelar menu keterampilan yang dibutuhkan oleh masyarakat setempat.

Seperti keterampilan menjahit, sulam, sablon, komputer, dan keterampilan membuat jajanan serta kerajinan tangan memanfaatkan barang bekas, adalah program keterampilan yang biasa digelar untuk membekali peserta didiknya pasca menuntut ilmu di PKBM. Biasanya keterampilan ini melekat pada program keaksaraan dan program kewirausahaan.

Namun sayang, seringkali program keterampilan ini dibiarkan layu sebelum berkembang karena tidak dikoordinir pasca program menjadi sebuah usaha ekonomi produktif. Sehingga yang terjadi, peserta didik kembali tidak berdaya untuk keluar dari lingkaran kebodohan untuk kemudian menunggu program yang sama di tahun depan. Sebuah lingkaran setan yang dekat dengan eksploitasi peserta didik oleh pengelola.

Ke depan praktek semacam ini hendaknya segera dibongkar karena tidak sesuai dengan semangat pak mentri mantan Bos ojol ini. PKBM harus benar-benar bisa menyiapkan peserta didiknya untuk siap berkarya dan bekerja. Baik bekerja sebagai karyawan maupun berwirausaha membuka lapangan kerja untuk orang lain. Tentunya, memanfaatkan keterampilan yang telah dipelajari di PKBM.

PKBM At-Taubah yang baru seumur jagung, diharapkan bisa memulai harapan presiden dengan program yang inovatif dan kreatif. PKBM yang berdomisili di pinggiran kota kecamatan sangat potensial mengembangkan kelompok belajar usaha produk kerajinan tradisional Batik Susukan yang dikemas beraneka corak warna menggoda. Konon usaha ini sudah banyak peminatnya sehingga bisa menginspirasi lahirnya KBU selanjutnya. Alangkah eloknya jika KBU ini dikerjasamakan dengan Dinas Koperasi dan UMKM dalam hal pembinaan dan memperluas jejaring kemitraan.

Apalagi, sebagian besar pengurus PKBM At-Taubah adalah pegiat aksi kemanusiaan di bidang penanggulangan bencana, pastilah mereka paham dengan pemberdayaan masyarakat sekaligus pelestarian lingkungan. Artinya, tidak ada salahnya jika PKBM At-Taubah juga peduli terhadap upaya pengurangan risiko bencana untuk menciptakan budaya sadar bencana.

Sriharini (2010) mengatakan, yang dimaksud dengan masyarakat sadar bencana adalah kondisi masyarakat yang memiliki pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan kepedulian dengan hal-hal yang berkaitan dengan kebencanaan, sehingga memiliki kesadaran untuk bersikap dan melakukan adaptasi di wilayah yang rawan bencana dengan sebaik baiknya, dan dapat berpartisipasi secara  aktif dalam meminimalisir terjadinya bencana atau mengatasi dampak apabila terjadi bencana. 

Apalagi sekarang sudah lahir Permendikbud nomor 33 tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Program Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB). Dimana, dalam pasal 3 dikatakan bahwa sasaran penyelenggara SPAB meliputi satuan pendidikan jalur formal maupun nonformal disemua jenjang dan jenis pendidikan. Itu artinya, PKBM sebagai salah satu satuan pendidikan nonformal wajib menyelenggarakan pendidikan mitigasi bencana. 

Seperti diketahui, jika terjadi bencana, maka yang menjadi korban pertama adalah masyarakat itu sendiri, sekaligus menjadi penolong pertama sebelum bantuan dari luar datang. Untuk itulah personil At-Taubah yang punya pengalaman dibidang kebencanaan, tidak ada salahnya jika menginisiasi terbentuknya desa tangguh bencana secara mandiri dan benar-benar tangguh (bukan tangguh sulapan). Sehingga masyarakat bisa mengenali potensi bencana yang ada di daerahnya dan melakukan mitigasi dan kesiapsiagaan menghadapi bencana secara swadaya, tanpa menunggu bantuan yang tidak seberapa.

Sungguh, jika PKBM At-Taubah berani menjaga marwah untuk tampil beda. Baik dalam pelaksanaan program pembelajaran maupun program usaha ekonomi produktif, maka masyarakat akan semakin percaya dan termotivasi untuk bersama-sama meningkatkan kesejahteraan hidup dalam arti luas. Dampaknya tentu, keberadaan lembaga yang dikelola secara islami ini akan menjadi tolehan berbagai pihak, karena telah mengamalkan amanat presiden, yaitu membekali peserta didik siap terjun ke dunia kerja dengan mewadahinya dalam kelompok belajar usaha. Salam Tangguh, Salam Literasi, tetap menginspirasi. [eBas/selasa legi-12/11].   
  
  


  




   

1 komentar:

  1. roh pkbm itu adalah memberdayakan masyarakat miskin (utamanya miskin pendidikan wawasan pengetahuan dan keterampilan), shg seseorang yg telah lulus dari prograam pkbm harusnya berubah berdaya dan tidak miskin lagi. untuk itulah dosa besar jika pkbm hidupnya hanya mengeksploitir kemiskinan

    BalasHapus